Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah perlu bekerja sama dengan perusahaan penyedia platform media sosial dan komunitas pemeriksa fakta untuk mengurangi hoaks seputar pandemi Covid-19 dalam percakapan publik kita. Tindakan cepat berupa penghapusan konten soal teori konspirasi dan narasi sesat lain tentang penyebaran virus corona, yang disebarkan selebritas ataupun pemilik akun media sosial berpengaruh, penting dilakukan agar khalayak ramai tidak terombang-ambing dalam disinformasi yang berpotensi membahayakan keselamatan mereka sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Urgensi untuk membersihkan ruang-ruang percakapan publik dari kesimpangsiuran informasi tentang Covid-19 tersebut mengemuka belakangan ini setelah muncul sejumlah kontroversi mengenai unggahan komentar beberapa selebritas dan pemilik akun media sosial dengan jumlah pengikut besar. Ada yang memperlihatkan diri secara terbuka melanggar protokol kesehatan. Ada juga yang sengaja meniupkan informasi sesat dengan merujuk pada sumber informasi yang tidak kredibel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tindakan para pemilik akun media sosial dengan pengikut sampai puluhan juta orang ini tentu kontraproduktif dengan kampanye pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dalam mengendalikan penularan penyakit Covid-19. Apalagi warga yang kehidupannya terganggu akibat kebijakan pembatasan sosial atau pendapatannya terkena dampak oleh pagebluk amat mudah dipengaruhi dengan narasi-narasi yang menyepelekan bahaya wabah ini.
Di banyak negara lain, perusahaan teknologi dan media sosial, seperti Google, Facebook, dan Twitter, sudah mengambil tindakan tegas atas hoaks dan teori konspirasi seputar Covid-19. Bahkan unggahan video hoaks dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun sudah dihapus dari jagat maya agar tidak membahayakan publik. Tidak ada alasan mengapa tindakan serupa tidak bisa diterapkan di Indonesia.
Senin pekan lalu, jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia sudah menembus angka 100 ribu kasus. Jumlah mereka yang meninggal akibat wabah ini juga terus meningkat. Akibat krisis kesehatan ini, ekonomi Indonesia juga kini di jurang resesi. Pemerintah mengumumkan, pada kuartal kedua 2020, untuk pertama kalinya sejak krisis 1998, perekonomian kita mencatatkan pertumbuhan negatif.
Di hadapan krisis seperti ini, para selebritas dan tokoh publik yang perilaku ataupun pernyataannya amat dipercaya orang ramai perlu menyaring konten yang mereka unggah di media sosial. Mereka perlu menyadari tanggung jawab sosial mereka dengan memikirkan baik-baik dampak dari informasi yang mereka sebarkan di ruang publik. Jika memang tak yakin pada bahaya Covid-19, mereka harus berkonsultasi dengan pakar yang ahli di bidangnya. Itu jelas lebih bijak ketimbang mengumbar teori konspirasi atau mengajak follower mereka untuk beramai-ramai menantang bahaya dengan melanggar protokol kesehatan.
Pengendalian atas pandemi Covid-19 ada di tangan kita semua. Tak ada satu pihak pun yang bisa mengklaim punya satu-satunya peran kunci untuk mengatasi wabah paling mematikan dalam sejarah peradaban manusia ini. Sudah saatnya para selebritas dan pemilik akun media sosial menyadari hal ini. (*)