Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bab 'wartawan-amplop'

Tulisan wartawan suara karya, tentang ucapan jagung ali said yan0g mengatakan wartawan dengan 100 amplop. kalangan menanggapi ucapan itu sebagai penghinaan wartawan, tapi pwi belum memberi reaksi. (kom)

19 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA karya 19 April 1976 memberi informasi yang saya kira menarik. Wartawan dan reporter hukum koran itu menulis artikel pendek dengan judul Jaksa-Jaksa pun mulai ditangkapi. Jaksa dan wartawan dalam sorotan. Di situ Karni Ilyas antara lain menulis: "Bahkan Jaksa Agung Ali Said sendiri tidak tanggung-tanggung menyerang korps wartawan dalam konperensi persnya tanggal 1 Maret yang lalu. Ia menyatakan:"Jika Napoleon lebih takut kepada wartawan dari 100 divisi tentara, saya lebih takut 10 orang tentara dari 100 wartawan. Karena seratus wartawan bisa dihadapi dengan 100 amplop". Berapa bulan sebelumnya ia pun telah mengatakan demikian dalam konperensi persnya di Bakolak", tulis Suara Karya. Di bagian lain Karni menulis pula. "Ketika itu seorang anggota Komisi III meminta agar Kejaksaan mengusut kekayaan pejabat-pejabat yang tidak sebanding dengan gajinya. Kontan Jaksa Agung Ali Said menceritakan pengalamannya di Surabaya ketika seorang wartawan mengusulkan hal yang serupa. Menurut Jaksa Agung, ketika itu ia balik berkata: "Jika itu harus dilakukan, yang pertama diusut adalah saudara sendiri". Alasan Jaksa Agung: si wartawan mempunyai mobil VW yang masih baru dan keren, tidak sebanding dengan honornya sebagai wartawan". Setahu saya, sampai kini baik PWI maupun wartawan-wartawan terkemuka Indonesia belum ada yang memberi reaksi cukup tegas terhadap kata-kata Jaksa Agung itu. Apakah kalimat: . .seratus wartawan bisa dibeli dengan 100 amplop" tidak dirasakan sebagai penghinaan? Apakah wartawan-wartawan kita tidak mempunyai kebanggaan professi lagi'? Haruskah Jaksa Agung mengejek dengan kata-kata yang lebih tajam agar kalian bisa sedikit beringsut? Saa percaya hahwa Jaksa Agung Amerika tidak akan berani mengeluarkan kata-,kata yang serupa terhadap wartawan-wartawan di sana. Bukan karena Jaksa Agung Amerika penakut, tapi karena ia tahu banyak wartawan yang berani di sana. ARMAN ABD. RAHMAN SALEH Kebon Binatang III/20 Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus