Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Banten: bukan hukum adat sunda

Banten didirikan oleh orang islam demak, penduduknya terdiri dari orang jawa, makasar, sunda, bali dll. banten bukan negara sunda. ada panglima keturunan nabi muhammad. (kom)

24 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERLATAR belakang Hindu Indonesia, Taruma Negara yang beragama Hindu, Banten didirikan oleh negara beragama Islam Demak, untuk mengusir kolonialisme Portugis yang mengadakan perjanjian dengan Pajajaran yang mengancam Sunda Kelapa. Tidak dapat dikatakan Banten negara Sunda. Sebab, penduduk Banten sebagian orang Jawa, Sunda, Makasar, Bali dan lain-lain. Bahkan wilayah Banten bukan hanya di Jawa Barat, melainkan juga Lampung, Bengkulu, dan Kalimantan bagian Barat. di Jawa Barat bukan hanya meliputi ex Karesidenan Banten, melainkan juga Cianjur, Limbangan Garut, Karawang, dan barang tentu pengaruhnya besar terhadap Cirebon. Prasasti Banten ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan bukan Sunda, ketika sultan-sultan Banten memerintah. Sampai abad ke-20 Pangeran Achmad Jayadiningrat, kakak Prof Dr Husein Jayadiningrat, guru besar Universitas Indonesia, semasa kecilnya bukan hanya diajar bahasa Sunda tapi juga bahasa dan kebudayaan Jawa. Dari sejak berdirinya, Sultan Banten mengdakan perkawinan-perkawinan dengan Sumadera (misalnya Indrapura) Sulawesi (misalnya Makasar), Jawa (misalnya Mataram). Hal ini diteruskan sampai abad ke-20 ketika Kesulanan Banten telah dibubarkan oleh Belanda. Hingga kini, bila kita pergi ke Tangerang atau Serang, akan masih menjumpai penduduk berbahasa Jawa dialek Banten. Sebagian kecamatan di Tangerang menggunakan bahasa Jawa, Sunda, sebagian lagi Melayu. Penduduk Daerah Banten, Serang dan Tirtayasa dan lain-lain menggunakan bahasa dan kebiasaan Jawa. Di Ciruas penduduk banyak menggunakan bahasa Jawa. Dan di Banten Selatan terdapat banyak pengaruh Jawa. Kedatangan orang Jawa di Banten umumnya waktu peng-lslaman oleh Demak. Di daerah antara Jakarta-Bogor pada permulaan zaman VOC didatangkan juga petani-petani Jawa (misalnya Tegal dan Banyumas) Dan dalam zaman Mataram, Karawang, Bandung dan Sumedang diisi oleh Sultan Agung dengan penduduk Jawa juga. Memang Banten didirikan sebagai negara Islam oleh Demak, yang memiliki kepala negara yang pertama Rd Fatah (dari Palembang) dan Panglima Perang Ja'far as Sadiq (keturunan Muhammad SAW melalui Sunan Ngudung di Jipangpanilan terus sampai Husein dan Ali ra). Umumnya Sultan Banten juga menggunakan nama ahlul bait (keluarga Rasulullah). Sultan Ageng Tirtayasa ditahan oleh Belanda (VOC) sampai wafatnya di Jakarta. Sultan Arifin diasingkan ke Ceylon. Ratu Fatimah diasingkan ke Ternate (pelaksanaannya batal karena keburu wafat). Begitu juga dengan pemimpin lain dari Banten, bahkan Syeich Jusuf yang berasal dari Makasar diasingkan sampai Afrika Selatan. Semuanya itu menunjukkan bahwa mereka menentang kolonialisme Belanda, jadi bukan hanya Portugis. Bila terjadl kerjasama dengan Belanda, hal itu dilakukan mengingat bahwa peperangan yang terus-menerus akan memberatkan rakyat. Tentu ada pihak Belanda yang memusuhi Banten dan memburuk-burukkan Banten seperti dilakukan terhadap Ratu Fatimah, RAA Suryakartanagara dan lain-lain untuk mematahkan perlawanan Banten. Cenderung pada Sutan Syahrir, yang sosialis sekuler dan revisionis dan promotor ncgara federal bersama kolonialis Belanda, SI Puradisastra mau meninjau Banten dengan kebenaran suku dan adat Sunda. Tapi Banten bukan itu. Di Banten seorang wanita bisa menjadi kepala negara (Ratu Fatimah). Orang dari lain daerah juga bisa (Ratu Fatimah, keturunan Arab dari Jakarta), seperti halnya Ratu Kalinyamat di Japara yang masuk Demak adalah negarawan Islam (suaminya dari Aceh). Nyai Ageng Serang dari Mataram adalah pemimpin peperangan. Islam memberi hak yang sama bagi wanita dan pria, juga dalam melihat keturunan Husein adalah keturunan Muhammad SAW, sungguh pun dari puterinya Fatimah. Dan Banten adalah ini. Penamaan Universitas Negeri di Jakarta yang dahulu termasuk Banten, Universitas Indonesia dan bukan Universitas Sunda Kelapa. suatu hal yang wajar di sini. Dan merupakan kewajaran juga bahwa di Universitas Indonesia para wanita memegang pimpinan seperti halnya Prof. Dr. Haryati. Harus diperhatikan bahwa Banten tidak memusuhi para cendekiawan Belanda yang beritikad baik, seperti halnya arsitek Belanda Lucas Cardeel yang membangun istana Tirtayasa dan masuk Islam. Ir. AHMAD NATAHAMIJAYA Jl. Sungai Sambas II No. 13, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus