Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Diakhiri Dengan Es Kopyor

Pertemuan singkat Presiden Suharto dengan PM. Muangthai Kriangsak di Medan. Kriangsak ingin mendengar pendapat Asean tentang kunjungan ke Moskow. Disinggung pula masalah Indocina, RRC & pengungsi. (nas)

24 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR 3 jam setelah berunding 4 mata di lobby selatan gedung Gubernuran Medan Sabtu lalu, Presiden Soeharto dan PM Muang Thai Kriangsak Chomanan keluar dengan wajah berseri-seri. Tidak ada keterangan penting yang diberikan pada pers seusai pertemuan. Kunjungan singkat sekitar 4 jam itu diakhiri dengan makan siang bersama. Menunya antara lain sayur lodeh rebung, ikan kakap asam manis ayam Buleleng, lalap sambal dan juga capcai yang diakhiri dengan es kopyor dan kopi. Kunjungan tidak resmi Kriangsak ini oleh kalangan Bangkok sendiri dianggap mendadak. Sebelum ke Medan, ia menginap semalam di Penang dan bertemu dengan PM Malaysia Hussein Onn. Dari Medan ia mampir semalam ke Singapura untuk berbincang-bincang dengan PM Lee Kuan Yew. Rangkaian pertemuan ini rupanya ada kaitannya dengan rencana kunjungan Kriangsak ke Moskow antara 21 sampai 27 Maret ini. Walau acara pembicaraannya di Moskow belum ditentukan, "saya ingin mendengar pendapat dari para anggota Asean karena kita percaya pada solidaritas Asean," kata Kriangsak seperti ditulis Bangkok Post. Lalu mengapa Pilipina tak dikunjunginya? "Karena kontak bilateral sudah sering kita lakukan," jawab Kriangsak. Penjelasan itu kedengarannya ngambang. Tapi sesudah pertemuan Kriangsak dengan Hussein Onn sehari sebelumnya, kedatangan Menteri Dalam Negeri Malaysia Tan Srie Ghazalie Shafei, 25 menit sebelum pesawat Royal Thai Air Force yang membawa Kriangsak mendarat, amat menarik perhatian. Ghazalie sempat bertemu Presiden Soeharto sebelum Kriangsak tiba. Dia juga berbicara dengan Soeharto di ruang VIP Lapangan Udara Polonia sebelum Presiden kembali ke Jakarta. Pesan apa yang dibawa Ghazalie untuk Hussein Onn? Kunjungan Kriangsak ini dilakukan belum cukup 2 minggu setelah Presiden Soeharto bertemu dengan Hussein Onn di Yogyakarta. Rangkaian pertemuan Soeharto-Onn, Soeharto-Kriangsak dan Soeharto-Ghazalie ini jelas suatu paket pertemuan yang direncanakan. Kabarnya Hussein Onn meminta Soeharto menyampaikan beberapa hal pada Kriangsak. Mengapa hal itu tidak disampaikannya sendiri? Di sini peranan Soeharto yang kabarnya menonjol dalam rangkaian pertemuan 'empat mata' -- agaknya yang menjadi alasan. Dalam pertemuannya dengan Kriangsak, kabarnya Soeharto sempat menceritakan "pengalaman" Indonesia dalam hubungannya dengan Uni Soviet. Di antaranya kesulitan suku cadang peralatan militer ABRI yang berasal dari Rusia karena tidak adanya suplai. Ini mungkin ada hubungannya dengan tawaran Rusia untuk memberi bantuan pada Muang Thai karena Uni Soviet agaknya tidak menginginkan Muang Thai terbujuk oleh pendekatan RRC. Tapi Kriangsak sendiri sekembalinya di Bangkok membantah kunjungannya ke ketiga negara Asean ini untuk membahas kunjungannya ke Uni Soviet. Kedudukan Muang Thai dalam sengketa Indocina memang sulit. Sebagai negara yang berbatasan langsung, negeri ini merasakan ancaman langsung pertempuran yang terjadi. Bangkok selama ini menganggap Vietnam sebagai ancaman utama sedang gerakan komunis dalam negeri sendirl tampaknya agak diabai kan. Tapi menghadapi sengketa Indocina serta pertikaian Vietnam-RRC ini, sikap Asean sama: tidak ingin melihat Asia Tenggara menjadi ajang perebutan kekuasaan dari super powers. Hingga masuknya Uni Soviet dan negara besar lain langsung dalam sengketa ini tidak diingini Asean. Pengungsi Meredanya pertempuran Vietnam RRC memang melegakan Asean, tapi itu belum menjamin tercapainya perdamaian. Kriangsak rupanya membawa pesan Asean untuk Moskow: Asean ingin melihat tercapainya pemecahan masalah Indocina secara damai antara Uni Soviet dengan RRC. Agaknya Asean khawatir, apabila Vietnam makin terpojok oleh RRC, negeri ini akan lari ke dalam rangkulan Moskow. Asean dikabarkan telah mendekati beberapa negara Barat dan Jepang untuk mencegah kemungkinan ini. Masalah pengungsi kabarnya sempat disinggung juga. Soal ini sekarang dianggap tidak mendesak lagi karena Hanoi kabarnya sudah menghentikan arus pengungsi ke Asean lewat laut untuk tidak makin menimbulkan permusuhan. Wakil Ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi Dale de Haan pekan lalu malahan mengatakan, pulau pengungsi yang disediakan Indonesia mungkin tidak perlu lagi karena Vietnam belakangan ini sudah mulai mengijinkan rakyatnya untuk meninggalkan negeri itu secara "teratur". (lihat Luar Negeri). Setelah pertemuan Soeharto-Kriangsak, siapa lagi yang bakal bertemu dalam rangkaian pertemuan para kepala pemerintahan Asean? Mensesneg Sudharmono membenarkan pertemuan yang direncanakan adalah antara Presiden Soeharto dan Presiden Marcos di Pilipina. Tapi sumber TEMPO mengatakan pertemuan itu mungkin tidak terburu-buru akan diadakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus