Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Bencana laut terburuk

Bencana laut terburuk di dunia, terjadi pada tampomas ii. 500 penumpang yang tenggelam sudah 1 minggu belum ditemukan. peristiwa yang dijadikan bahan untuk meningkatkan perlindungan penumpang di masa depan.

7 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI jumlah korban yang mati dan hilang, bencana Tampomas II merupakan bencana laut terburuk di dunia selama 10 tahun terakhir ini. Menurut perhitungan yang berhati-hati, lebih 500 penumpang sampai awal pekan ini tidak diketemukan hidup. Kecelakaan lain yang bisa merupakan tandingan besarnya adalah tabrakan dua kapal di Sungai Hsi, Cina, awal Agustus 1975. Dalam musibah sungai ini, 500 orang diperkirakan tewas. Korban yang agak besar lain terjadi ketika malapetaka menimpa sebuah kapal perusak Soviet, September 1974: kapal yang membawa peluru kendali itu meletus, dan menyeret korban sebanyak 350 nyawa. Ia tenggelam di Laut Baltik. Tapi dibanding dengan bencana laut yang dicatat di dunia sejak awal abad Ini, malapetaka Tampomas II relatif masih kecil. Menurut almanak 1980 yang diterbitkan majalah Amerika Reader's Digest, di pertengahan 1904 kapal General Slocum terbakar di East River, kota New York. Ada 1.000 orang mati hangus. April 1912, sebuah kapal termasyhur yang baru dibuat (dan dianggap tak akan bisa tenggelam), ternyata rontok ketabrak gunung es di Atlantik Utara: Titanic menenggelamkan 1.500 orang. Tahun 1912 mungkin tahun jelek bagi pelayaran. Lima bulan setelah Titanic tenggelam, sebuah kapal Jepang, Kichemaru juga tenggelam di lepas pantai Jepang. Ada 1.000 orang tewas. Kecelakaan besar berikutnya: di tahun 1914 Empress of Ireland milik Kanada menabrak sebuah kapal Norwegia di Sungai St. Lawrence, dengan kematian 1.024 jiwa. Di tahun 1916, Kapal Hsin Yu tenggelam di lepas pantai Cina, dengan korban 1.000 orang. Sejak itu, sampai dengan tahun 1954, sedikitnya ada 4 kali kapal tenggelam yang tiap kali membunuh sekitar 1.000 manusia. Tapi di tahun 1916 itu ada sebuah bencana yang tak disebut oleh almanak Reader's Digest. Bencana itu tercantum dalam almanak majalah Time 1980 dan The World Almanac 1980. Yakni tenggelamnya kapal penjelajah Prancis Provence di Laut Tengah bulan Februari. Korbannya tak tanggung-tanggung: 3.100 orang. Namun korban terbesar yang tercatat dalam sejarah malapetaka laut sejak perengahan abad 19 diakibatkan oleh perang. Kapal Wilhelm Gustloff, ketika di Laut Baltik, ditembak torpedo Rusia, Januari 1945. Sebanyak 6.100 orang tewas. Apakah arti angka-angka ini -- selain sebagai rekor kesedihan? Bagi ibu yang memeluk anaknya di dek Tampomas II, ibu yang terbaring hangus bersama bocah kecil tiga tahun itu, angka-angka itu berbicara dengan jangat yang terbakar. Ada napas yang dicekik asap, ada paru yang dirobek air laut. Mereka telah memberikan suaranya dengan ajal, dalam suatu pemungutan pendapat untuk perlindungan penumpang di masa depan. Itulah akhirnya cara mereka. Sebab ada yang memberikan suaranya dengan cara lain. Di sebuah hari Sabtu bulan September 1980, di Teluk Alaska yang dingin, kapal pesiar termasyhur Prinsendam terkena api. Hotel mewah yang berlayar dengan berat 8.655 ton itu beruntung mempunyai sistem pendeteksi asap, sejumlah lonceng dan peluit untuk menyiagakan penumpang bila bahaya tiba. Dalam umurnya yang 7 tahun, Prinsendam memang tak punya sistem penyemprot, tapi Holland America Lines, yang mengoperasikan kapal foya-foya itu tahu bahwa para penumpangnya -- tentu saja kaum milyuner yang berlibur -- telah mempercayakan diri mereka dengan bayaran tinggi. Maka ketika api tercium dan SOS dikumandangkan, suatu usaha penyelamatan cepat dilakukan. Wartawan New York Times menulis, bahwa usaha ini mungkin "yang terbesar dalam sejarah modern yang pernah dilakukan terhadap sebuah kapal". Pengawal pantai Amerika mengirimkan pesawat C-130, dan sejumlah helikopter, kapal tambahan, di samping munculnya kapal tangki raksasa Williamsburgh. Pada akhirnya, seluruh 506 penumpang dapat selamat. Cuma satu yang luka, itu pun luka ringan. Orang-orang kaya memang bisa berbicara lebih efektif -- dengan apa yang disebut 'the dollar votes". Di Kapal Tampomas II, awal kapal, penumpang gelap, anak-anak kecil yang tak berpesiar, tak memiliki itu. Tapi jumlah besar mereka yang direnggutkan dari hidup barangkali bisa jadi suara keras. Bertalu-talu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus