Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bukan hanya persoalan orang film

Tanggapan pembaca soal FFI. tahun 1993 FFI ditiadakan disebabkan tidak munculnya film-film yang bermutu, dan jumlah produksinya tidak memenuhi untuk difestivalkan

5 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedih membaca berita: tahun 1993 lalu dunia perfilman Indonesia tidak menyelenggarakan Festival Film Indonesia (TEMPO, 8 Januari 1994). Hal ini disebabkan tidak munculnya film-film yang bermutu, dan jumlah produksi tidak memenuhi untuk difestivalkan. Tapi persoalan ini tampaknya bukan hanya milik orang film. Jadi, orang film tak perlu menyesali keadaan kurangnya minat penonton terhadap film Indonesia, ketatnya sensor, dan bumerang dari slogan "film Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri". Juga tak perlu menyesali mengapa minat di kalangan bisnis untuk membiayai produksi film dirasakan sangat kurang. Tampaknya, pemerintah, dunia bisnis, dan masyarakat perlu menyelesaikan kesuraman perfilman Indonesia ini. Pemerintah perlu memberikan iklim yang merangsang bagi para produser film untuk berkreasi dan membantu memecahkan soal monopoli peredaran film. Orang film Indonesia sudah sepantasnya mencontoh cara kerja orang perfilman Amerika. Mereka berkerja dengan riset yang teliti, mencari data yang akurat, dan sigap mengikuti perkembangan teknologi untuk menunjang produksi film. Soalnya, untuk beberapa tahun mendatang, bukan hanya piringan laser yang menjadi saingan film layar perak, tapi juga teknologi komputer. Itu terlihat dengan perkembangan multimedia dan virtual reality, yakni teknologi yang penontonnya bisa memutar film dengan menggunakan komputer pribadi di rumah, tanpa sensor, dan gambar lebih jelas. Namun begitu, saya tetap berharap, film Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Itu bukan hal yang mustahil. Pertama, populasi kita beragam dengan jumlah yang cukup besar. Kedua, kebutuhan masyarakat akan hiburan belum terpenuhi seluruhnya. Jadi, sekarang, tinggal kemauan orang film sendiri, siapkah mereka bekerja keras. Juga, adakah dukungan dari dunia bisnis untuk memacu produksi film kita. Dan tentu saja orang film harus mengikuti lajunya teknologi, yang membantu tercapainya film yang bermutu. Mungkin, suatu saat nanti, kita bisa membuat film server, yakni melayani pemutaran jenis film yang sesuai dengan selera penonton melalui saluran telepon secara sentral. Sehingga monopoli dalam pemasaran film dan biaya produksi bisa ditekan. Siapa tahu.ROHMAD HADIWIJOYO1011 Arlington Blvd. 808 Arlington, VA 22209-2208 USA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus