Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Cina: Menuju Kontradiksi Baru ?

Empat modernisasi Cina yang dipusatkan pada industri & teknologi di kota-kota besar, menyebabkan timbulnya demonstrasi petani dari luar Peking. Akan jadi kontradiksi baru yang muncul dalam masyarakat Cina.

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT modernisasi" merupakan slogan RRC sekarang. Negeri itu setiap harinya sibuk mengirim dan menerima utusan buat berbelanja, menanda tangani perjanjian kerja sama atau mencari pinjaman luar negeri untuk mensukseskan program itu. Ribuan pemuda Cina berbakat sudah siap dikirim ke luar negeri untuk belajar -- terutama di Eropa Barat, Jepang dan Amerika. Keterbukaan Peking terhadap dunia luar ini diimbangi pula dengan keterbukaan para penguasa RRC sekarang ke dalam. Hak milik pribadi yang tadinya diharamkan diperbolehkan lagi. Bahkan menurut kabar sekarang ini pemerintah sedang mempersiapkan pengembalian hak milik para kapitalis dan tuan tanah yang dulu disita. Dunia pendidikan tak ketinggalan. Sejak beberapa tahun terakhir ini sistem ujian diperkenalkan kembali. Penerimaan mahasiswa di universitas tak lagi berdasar pada "klas kelahiran," tapi melulu dipertimbangkan atas hasil ujian dan kemampuan. Seorang murid sekolah yang semasa jayanya Chiang Qing dianggap sebagai pahlawan karena berani menyerahkan kertas kosong dalam ujian, sekarang dikritik habis-habisan. Semua prinsip liberalisasi ekonomi, pendidikan dan politik seperti yang dilukiskan di atas baru dijalankan setelah Mao Zedong tak ada lagi dan setelah para pengikutnya yang doktriner tersingkirkan. Dalam sejarah modern, barangkali cuma RRC semasa Mao Zedonglah satu-satunya negara konunis yang selalu mengusahakan agar prinsip hakiki komunisme -- yaitu samarata atau proletarianisme -- selalu dipraktekkan. Revolusi Kebudayaan yang dilaksanakan tahun 1966-1969, adalah untuk memaksakan prinsip itu. Sekarang keadaannya berubah. Revolusi Kebudayaan: Desa & Kota Koalisi modernisasi Hua Guofeng-Deng Xiaoping yang berkuasa sekarang nampaknya akan meninggalkan "hal-hal baru yang lahir dari Revolusi Kebudayaan" itu. Namun, program liberalisasi yang dimaksudkan sebagai penunjang modernisasi itu tak akan mudah dijalankan begitu saja. Revolusi Kebudayaan tak akan hilang tanpa bekas begitu saja. Juga keliru kalau dikatakan bahwa gerakan itu cuma merugikan saja. Ada aspek-aspek yang menguntungkan. Salah satu tujuan Revolusi Kebudayaan adalah mengubur jurang pemisah ahtara desa dengan kota. Sudah sejak lama desa Cina di anak tirikan, padahal negara itu adalah negara agraria. Sebagian besar penduduknya tinggal di pedalaman, dan hidup dari pertanian. Pada dasarnya Revolusi Kebudayaan adalah gerakan kota. Pertarungan-pertarungan politik sebagian besar dilakukan di kota-kota besar, dan para pelaku revolusionernya adalah para pekerja kota, mahasiswa dan golongan intelektuil. Boleh dikatakan pada umumnya daerah pedesaan tak terpengaruh atau sedikit sekali terkena oleh gerakan masal kota selama Revolusi Kebudayaan berlangsung. Bahkan menurut Maurice Meisner dalam bukunya Mao's China, orang desa kebanyakan tak tahu tentang Revolusi Kebudayaan apalagi tentang artinya. Ini menurut Meisner memang disengaja oleh penguasa. Kalau desa kacau karena seluruh petani sibuk dengan kampanye politik, sawah-ladang akan terbengkalai. Dan bagaimana memberi makan ratusan juta mulut? Selama Revolusi Kebudayaan pun ada juga instruksi khusus dari pusat untuk pedalaman yang memerintahkan agar "perjuangan klas" tidak menghambat produksi. Walaupun Revolusi Kebudayaan merupakan gerakan kota pedesaanlah yang memetik keuntungan sosialnya. Dan di sinilah uniknya. Sejak Revolusi Kebudayaan berakhir desa mendapat perhatian yang lebih besar dan suatu hubungan baru desa-kota muncul. Ini berkat adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan baru yang memungkinkan pengalihan sebagian sumber-sumber dari kota ke desa. Orang Udik Juga di bidang pendidikan. Anak-anak desa mendapat perhatian yang sama dengan rekan-rekan mereka di kota. Malahan mereka cenderung lebih mendapat perhatian. Kalau ingin masuk universitas mereka tak perlu bersaing keras dengan anak-anak kota. Karena sistem ujian dihapuskan. Kebijaksanaan baru merubah semua ini. Modernisasi akan lebih dipusatkan pada industri dan teknologi di kota-kota besar. Walaupun pertanian tercantum sebagai bidang yang dicakup 'Empat modernisasi." Ini berarti desa tak akan jadi titik perhatian utama lagi. Sistem ujian dihidupkan kembali. Ini berarti pula bahwa anak-anak desa yang cenderung mendapat pendidikan lebih sedikit tak akan mampu bersaing. Modernisasi dan westernisasi selamanya cenderung disambut dengan hangat oleh orang kota. Tapi ini akan melemparkan kembali desa dengan segala isinya ke keadaan seperti dulu lagi. Keadaan seperti di atas kemungkinan besar akan jadi sumber ketegangan baru dalam masyarakat Cina. Di universitas gejala ini sudah kelihatan. Mahasiswa yang sudah ada di bangku universitas karena terpilih sebagai "keturunan klas buruh tani," kini tak senang terhadap mahasiswa baru yang datang karena harus bersaing keras dalam ujian. Mahasiswa hasil ujian yang sebagian besar orang kota, cenderung memandang rendah rekan-rekan mereka dari dusun sebagai "orang udik" atau "kampungan." Beberapa waktu yang lalu serombongan petani dari luar Peking telah berdemonstrasi ke ibu kota. Mereka menuntut perubahan nasib. Sebagian ahli Cina menduga kejadian itu didalangi Deng untuk memberi kesan bahwa modernisasi memang merupakan program mendesak. Namun sebagian ahli lagi berpendapat lain. Demonstrasi terjadi lantaran nasib mereka mulai tak mendapat perhatian penuh sebagai akibat negatif "Empat modernisasi." Sejarah Partai Komunis Cina dan RRC adalah"sejarah konflik." Itulah sebabnya Mao sangat memperhatikan apa yang dinamakan "kontradiksi." Barangkali apa yang dilukiskan di atas akan jadi kontradiksi baru atau kontradiksi yang muncul lagi dalam masyarakat Cina setelah zaman Mao lewat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus