Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Cuma Konsultan Gitu Aja, kok, Ribut

Dewan Ekonomi Nasional diresmikan, tapi sebelumnya presiden harus berkali-kali meredakan kontroversi seputar lembaga ini. Gus Dur terlalu percaya diri, pakar ekonomi telanjur vokal, atau pasar teramat peka?

5 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional—sering disebut DEN—mungkin satu dari beberapa keinginan Presiden Abdurrahman Wahid yang realisasinya tertunda-tunda. Barulah Sabtu akhir pekan lalu, DEN diresmikan di Wisma Negara, Jakarta. Lebih dari satu bulan DEN tak putus-putus dihebohkan, mungkin karena lembaga yang seratus persen baru ini juga sangat kontroversial. Soalnya, sebagai lembaga baru, DEN justru diisi orang-orang lama. Kenyataan itu konon yang membuat pasar uang dan pasar modal loyo karena mengkhawatirkan bau-bau status quo. Kecurigaan itu terkait dengan dua nama: Subiakto Tjakrawerdaya dan Fuad Bawazier. Keguncangan pasar pula agaknya yang menyebabkan Gus Dur sampai berkomentar, ''DEN itu semacam dewan penasihat, tidak lebih. Cuma konsultan. Gitu aja, kok, diributkan." Dalam versi baru keanggotaan DEN masih muncul beberapa nama lama, tapi Fuad tersisihkan, dan (hebatnya) Subiakto bertahan. Informasi terakhir menyebutkan, bekas Menteri Koperasi yang kini konon ''ingin bertobat" setelah dulu pernah berjasa menyukseskan proyek tata niaga cengkeh bagi Tommy Soeharto ini diturunkan ke posisi Wakil Ketua DEN. Adapun Ketua DEN dijabat oleh Emil Salim, yang juga orang lama. Setelah pro-kontra DEN yang seakan tak habis-habisnya, lalu sekarang apa dan bagaimana? Tentu semua terpulang pada Gus Dur. Yang pasti, presiden telah menjanjikan DEN itu bukan superkabinet. Jadi, tak perlu ditakuti. DEN berfungsi sebagai dewan penasihat yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Pada intinya, DEN mungkin hanya membantu presiden menilai kebijakan ekonomi pemerintah yang dirumuskan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri. Dengan pembentukan DEN, Gus Dur secara tak langsung mengisyaratkan bahwa ia memerlukan pemikiran alternatif dalam merumuskan kebijakan bidang ekonomi. Ini wajar karena dalam kondisi ekonomi yang separah kini, setiap orang bijak tentu mencari second opinion, bahkan opini ketiga atau keempat. Mungkin saja Gus Dur sekali-kali bisa terjerat dalam nasihat-nasihat—ini manusiawi. Tapi ia semestinya memiliki jurus-jurus untuk bisa lepas dari jerat dan perangkap. Bukankah pemimpin itu, seperti kata Gus Dur sendiri, harus tahu apa yang dia lakukan? Setiap era melahirkan tipe pemimpin yang cocok dengan tantangannya, dan pemimpin sejati mendesain rekayasa demi rekayasa untuk menaklukkan tantangan itu. Khusus di bidang ekonomi, dituntut strategi canggih agar negara tetap dapat memenuhi sasaran jangka pendek seraya menyelamatkan aset. Secara sederhana, maksudnya ialah: walaupun penerimaan minimal, rakyat tetap bisa makan dan negara tidak harus melepas aset yang ada, apakah itu kekayaan alam, pulau, atau beberapa BUMN yang diincar investor asing. Setelah capital outflow yang sedemikian besar, maka pelepasan aset, apa pun bentuknya, tak bisa ditolerir lagi. Dalam hal ini, DEN sebagai think tank agaknya bisa merancang lebih dari satu solusi untuk masalah (induk) tersebut. Hal-hal lain satu demi satu pada waktunya mudah-mudahan juga bisa teratasi. Yang diperlukan adalah kecemerlangan strategi dan political will—keduanya tentu layak ditunggu dari seorang Gus Dur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus