Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perusahaan susu hampir bangkrut : bukan salah rumput gajah

Di indonesia, dalam pemilihan bibit sapi belum disesuaikan dengan kebutuhan produk akhir. sehingga masih memprioritaskan jenis sapi yang mampu beradaptasi dan banyak memproduksi susu.

29 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya kurang yakin pada alasan yang ditulis TEMPO (1 Februari 1992, Ekonomi & Bisnis), tentang hampir bangkrutnya dua anak perusahaan Mantrust (TAA dan NAA) yang bergerak dalam bidang persusuan karena salah dalam memilih bibit. Alasan itu seolah-olah sapi yang didatangkan dari Amerika itu hanya mampu berproduksi tinggi bila diberi pakan hijau jagung. Sebagaimana lazimnya perusahaan susu besar, pemilihan bibit sapinya disesuaikan dengan kebutuhan produk akhir dari perusahaan tersebut seperti susu segar pasteurisasi, mentega, keju, dan produk olahan lain dari susu. Dari tujuan pokok ini, baru ditetapkan jenis ras sapi mana yang paling cocok dan menguntungkan untuk usaha tersebut. Pertimbangan semacam itu untuk Indonesia memang belum lazim dilakukan, mengingat usaha persusuan di negara kita belum mengarah ke produksi-produksi tersebut, sehingga pemilihan rasa sapi perah masih diprioritaskan kepada jenis sapi yang mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungan Indonesia dan kemampuan voluminous memproduksi susu. Mengingat NAA dikelola oleh para ahli yang terdiri dari sarjana peternakan, dokter hewan, dan beberapa konsultan, baik dalam maupun luar negeri, terasa aneh mendengar perusahaan NAA hampir bangkrut karena rumput gajah. Jagung memang merupakan makanan alternatif yang lebih baik sebagai pakan pokok sapi perah, mengingat kandungan energinya lebih tinggi dari rumput gajah. Tapi itu tidak berarti bahwa dengan rumput gajah sapi tidak mampu berproduksi tinggi. Secara teori, sapi-sapi yang berproduksi tinggi perlu diberikan makanan tambahan yang kaya energi, protein, dan mineral untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Industri persusuan di negara maju berkembangan sangat pesat dengan tingkat efisiensi sangat tinggi, sehingga biaya per unit produksi dapat ditekan serendah mungkin. Ini memang bukan pekerjaan mudah. Penelitian yang berkesinambung dari berbagai lembaga penelitian dan pemanfaatan secara langsung hasil penelitian oleh perusahaan susu sangat membantu tercapainya kondisi tersebut. Penelitian-penelitian di bidang nutrisi sapi perah sebaiknya mendapat prioritas utama untuk mengantisipasi semakin majunya rekayasa genetik, sehingga seekor sapi perah mampu berproduksi sangat tinggi. Untuk memantapkan perkembangan persusuan nasional, sudah saatnya Pemerintah memikirkan berdirinya sebuah pusat penelitian persusuan nasional yang berfungsi sebagai pusat informasi untuk masyarakat persusuan di Indonesia. Dalam hal ini, Induk Pembibitan Ternak (IPT) Baturraden mungkin dapat lebih difungsikan sebagai lembaga penelitian tersebut, dengan menambah beberapa fasilitas dana yang diperlukan. Memang patut disayangkan, impor sapi perah dalam jumlah besar sejak tahun 1979 untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan susu nasional belum mampu memantapkan perkembangan persusuan di Indonesia. Itu bukan kesalahan para petani penerima kredit sapi perah, yang dibebankan Pemerintah untuk mengembangkan sapi perah di Indonesia. Sebenarnya, usaha peternakan sapi perah adalah sebuah industri yang banyak membutuhkan teknologi dan pengetahuan yang sangat prima bagi pelakunya. Nah, siapa yang salah seandainya perusahaan susu semodern NAA hampir bangkrut? Yang pasti, bukanlah karena rumput gajah. ADIARTO Institut fuer Tierphysiologie und Tierernaehrung Universitaet Goettingen Kellnerweg 6 3400 Goettingen Germany

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus