Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dari Islandia dengan mimpi-mimpi

Pertemuan puncak ronald reagan dan michael gorbachev di islandia, membuktikan situasi hubungan as-us. persetujuan pengurangan nuklir 30% dari 11.000 dan kapal selam bersenjata nuklir dari 42 jadi 15.

18 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Ronald Reagan berangkat ke pertemuan puncak di Reykjavik, Islandia, dari posisi yang ironis. Selama enam tahun lawan politiknya mengkritik sikapnya yang keras terhadap Uni Soviet. Sekarang, tiba-tiba para pendukungnya mengkritik cara dia menangani peristiwa Nicholas Daniloff, dan kesediaannya menghadiri pertemuan puncak dengan Michael Gorbachev itu. Tak ada manfaatnya untuk membicarakan pertukaran Daniloff dan Gennady Zakharov atau pertemuan puncak, yang hasilnya masih harus dibuktikan. Yang perlu dikaji, saat ini, adalah situasi hubungan Amerika-Soviet secara menyeluruh. Tidak seperti pendukungnya, saya, kali ini, setuju dengan Presiden bahwa dalam zaman nuklir ini, kami memerlukan satu hidup bersama dengan Soviet. Seperti dia, saya percaya bahwa Amerika mempunyai kewajiban terhadap rakyat dan sekutu-sekutunya untuk memperbaiki prospek perdamaian. Saya juga percaya bahwa tekad Presiden untuk mengukuhkan strategi Perang Bintang-nya, dan sikap yang tegas terhadap terorisme, telah membantu melahirkan situasi yang menguntungkan untuk perundingan. Sekalipun demikian, saya khawatir satu kesempatan akan lepas. Pengawasan persenjataan hampir menjadi permainan angka yang mengaburkan realita keseimbangan militer, dan mengancam kemajuan dalam masalah geopolitis, yang merupakan inti ketegangan Timur-Barat. Persetujuan yang akan dicapai dalam pertemuan puncak mungkin dikuranginya jumlah kepala nuklir sekarang ini dari 11.000 dengan 30%. Ini tak mengurangi kemampuan kedua pihak dalam melakukan serangan tiba-tiba, atau menghancurkan penduduk musuh. Karena itu, menghentikan strategi Perang Bintang merupakan harga yang terlalu mahal untuk sebuah hasil, yang sebagian besar simbolis. Kalau Presiden Reagan gagal memanfaatkan kesempatan yang menguntungkan untuk melakukan perubahan pada sumber ketegangan, bahayanya adalah bahwa perkembangan di dalam negeri Soviet akan mendorong negeri ini memasuki babak baru ekspansionime. Tapi, kalau program dalam negeri Gorbachev gagal -- dan ini yang mungkin -- Soviet menghadapi sebuah mimpi buruk. Setelah bertahun-tahun menderita di bawah Tsar dan Komisar, Soviet akan balik ke titik semula: sebuah kawasan luas dengan kekuatan militer yang tak seimbang, yang menghadap ke negeri-negeri yang mengelilinginya. Apakah, dalam keadaan seperti ini, pimpinan Soviet akan meninggalkan obsesinya terhadap persenjataan, dan mengerahkan lebih banyak sumber untuk pembangunan dalam negeri? Atau, seperti yang sudah terjadi dalam sejarah Rusia, mereka akan menggunakan alat yang paling efisien, yaitu militer, untuk menekan Cina, Timur Tengah, bahkan Berlin, guna mengambil napas sejenak? Gorbachev sudah menggunakan strategi yang benar-benar diperhitungkan. Tujuannya, membatasi perdebatan pada hal-hal di mana pilihan Barat terbatas, sambil mempertahankan keunggulan geopolitik Soviet. Terus terang saya tidak tahu keyakinan pribadi Gorbachev. Mungkin dia juga tidak tahu, apakah dia ingin mengubah sistem, dan sejauh mana. Tapi harus diingat bahwa seluruh kariernya di Partai Komunis. Dia anak didik Kepala KGB Yuri Andropov dan teoretikus partai Mikhail Suslov. Apa yang menjadi kemauan Gorbachev harus diuji lewat tindakannya, bukan dari gaya, umur, atau potongan jasnya. Sedangkan kebijaksanaan Amerika harus diuji lewat kemampuan menentukan kriteria yang tepat untuk perdamaian, bukan lewat hubungan pribadi antara Presiden dan sang sekretaris jenderal. Gorbachev tak henti-hentinya mengajak diadakannya pertemuan puncak. Sebagai orang yang pernah hadir dalam empat pertemuan puncak, saya menyadari manfaatnya. Tapi forum seperti ini mengandung risiko yang bisa menyimpangkan masalah. Kesan yang ditimbulkan adalah bahwa ketegangan timbul dari konflik kepribadian, dan bukan dari sebab-sebab sebenarnya. Waktu yang dipersiapkan untuk suatu pertemuan puncak, kalau tak dipergunakan secara hati-hati, bisa menggagalkan pembahasan masalah secara serius. Ini akan membantu Soviet dalam memusatkan isu yang abstrak, seperti "perdamaian", "pengawasan persenjataan", "hidup berdampingan", yang semuanya dibikin untuk menghindari perubahan-perubahan dalam kebijaksanaan utamanya. Terlalu banyak menekankan pertemuan puncak juga bukan tanpa risiko. Kesalahpahaman dan perselisihan di antara kepala pemerintahan adalah masalah yang berat. Kesalahan oleh kepala pemerintahan tidak bisa dihapuskan dengan mudah. Kalau mereka tidak setuju, konsekuensinya bisa serius, karena tak ada tempat naik banding. Pada pertemuan puncak, suasana dengan gampang mengganti inti permasalahan, dan persetujuan dapat merupakan akhir pada dirinya. Usul yang sedang dibicarakan adalah penggunaan peluru kendali (rudal) jarak sedang. Kedua pihak akan membatasi pemilikan kepala nuklir dengan hanya 100 saja di Eropa. Lalu, Soviet boleh memegang 100 lagi di wilayah yang berbatasan dengan Asia, dan Amerika juga 100 di daratannya. Harus diingat pembahasan masalah ini lebih bersifat politis daripada strategis. Dari segi militer, serangan nuklir Soviet ke Eropa tak perlu dibalas dengan serangan nuklir dari Eropa. Amerika bisa membalas serangan ini dari daratannya. Masalahnya adalah kredibilitas Amerika untuk melindungi Eropa dari serangan nuklir Soviet. Sekutu Amerika di Eropa khawatir, persenjataan nuklir Soviet yang makin meningkat akan menyebabkan Amerika tak bersedia membalas suatu serangan terhadap Eropa. Dengan menempatkan rudal Amerika di Eropa, maka balasan terhadap serangan Soviet dianggap akan otomatis. Kehadiran senjata ini di Eropa akan bisa mencegah Soviet melakukan serangan. Menempatkan 100 rudal dengan jarak tempuh 1.500 mil di Amerika untuk menghadapi rudal Soviet di tempat yang 8.000 mil jauhnya tidak relevan. Menempatkan 100 rudal Soviet di Asia juga tak bisa diterima oleh negara-negara Asia, terutama Jepang dan Cina. Lagi pula, rudal tersebut mobil, bisa dipindahkan ke Eropa dalam dua minggu. Zaman nuklir dimulai dengan suatu monopoli Amerika atas senjata itu selama lima tahun, yang lalu diikuti dengan keunggulan selama 20 tahun. Ketika krisis Kuba berlangsung pada 1962, Amerika memiliki 4.000 rudal kepala nuklir, dan Soviet tidak lebih dari 100. Tetapi, sejak krisis tersebut, Soviet membangun persenjataannya sccara besar-besaran. Mereka membangun rudal-rudal berat dengan tembakan yang jauh lebih besar dari Amerika, yang masih menggantung pada sistem tiga landasan: rudal dari darat, dari kapal selam, dan dari pesawat pengebom. Selama rudal hanya mempunyai kepala nuklir tunggal, keunggulan Soviet tak menjadi masalah. Dan, kenyataannya, teori pengawasan persenjataan sekarang ini berasal dari teori yang dikembangkan pada 1950-an, ketika peluncur hanya mempunyai kepala nuklir tunggal, dan dengan ketepatan yang jelek. Ini berarti, kedua pihak tak bisa bertahan dari suatu serangan tiba-tiba, apabila jumlah peluncur yang dimiliki kurang lebih sama. Karena untuk memusnahkan peluncur lawan diperlukan lebih dari satu kepala nuklir, suatu serangan tiba-tiba akan segera menghabiskan senjata nuklir penyerang. Sementara itu, yang diserang masih mempunyai cadangan peluncur nuklir untuk melakukan pembalasan, yang juga bisa menghancurkan penduduk. Dari sini muncul doktrin "kehancuran bersama", yang mengukur daya cegah dengan persentase penduduk dan kapasitas industri, yang bisa dihancurkannya lewat suatu serangan balasan. Dikembangkannya rudal yang berisi beberapa kepala nuklir, dan ketepatan yang makin canggih, menghancurkan persamaan tersebut. Sekarang, dengan lebih banyak kepala nuklir daripada peluncurnya, sebuah serangan tiba-tiba secara teoretis menjadi mungkin. Dan, berat lempar rudal Soviet, sekarang merupakan masalah karena mereka sanggup membawa lebih banyak kepala nuklir daripada rudal Amerika. Berat lempar rudal Amerika terlalu rendah untuk suatu serangan dini yang efektif. Karena jumlah pengurangan rudal tidak akan menghapuskan ketidakseimbangan antara jumlah kepala nuklir dan peluncur, pengawasan persenjataan dalam arti tradisional telah kehilangan arti. Teori ini masih terus dianut karena semangat para perumusnya. Selain itu, karena belum munculnya teori baru yang berbobot menggantikannya. Dalam pidato di PBB, Presiden Reagan mengusulkan dikuranginya jumlah kepala nuklir dari 11.000 menjadi 8.000 buah. Bahaya serangan tiba-tiba tak akan hilang dengan 8.000 kepala nuklir itu karena rasio antara jumlah kepala nuklir dan peluncur tak berubah sekalipun dengan pengurangan jumlah rudal. Amerika diusulkan untuk mengurangi kapal selam bersenjata nuklirnya dari 42 menjadi 15. Tapi senjata antikapal selam tidak merupakan bagian perundingan. Per definisi, ini berarti bahwa kekuatan bertahan Soviet yang utuh akan menghadapi kekuatan kapal selam strategis Amerika yang sudah dipotong dengan dua pertiga. Kelemahan ini bisa menggoda sebuah serangan. Soviet akan mengalami kerugian yang sama. Tapi, mereka kurang bergantung pada kapal-kapal selam sebagai peluncur rudalnya. Usul pengurangan persenjataan nuklir tidak boleh membenarkan penghentian strategi pertahanan Perang Bintang. Tapi saya khawatir, justru hal itulah yang akan merupakan hasil moratorium yang diusulkan. Ada beberapa tujuan dari strategi ini, selain memberi perlindungan sempurna terhadap penduduk, yaitu mempersulit perhitungan yang dilakukan agresor, perlindungan dari serangan pihak ketiga, perlindungan dari ancaman nuklir, dan perlindungan terhadap kekuatan pembalasan. Saya tidak percaya bahwa sebuah masyarakat demokratis secara terus-menerus mengandalkan kebijaksanaan militer yang berlandaskan kapasitasnya akan menimbulkan kehancuran total warganya, dan tidak berusaha memberi perlindungan kepada mereka. Kemajuan riil dari pertemuan puncak kali ini akan tergantung kesediaan kedua pemimpin kembali ke pokok permasalahan. Hanya dengan membaca angka-angka kuno di bidang persenjataan, yang dipersiapkan para ahli masing-masing, tidak akan membawa perubahan di bidang pertahanan. Pertemuan puncak akan memberi sumbangan berarti kalau kedua pemimpin setuju prinsip-prinsip berikut: * rudal kelas berat harus dilarang, dan pengurangan segera dimulai untuk diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan. * penambahan kepala nuklir ganda dilarang, dan jumlahnya segera dikurangi untuk waktu yang ditetapkan. Tindakan ini akan mengurangi kepala nuklir sccara drastis (70%). Senjata pertahanan juga harus dikurangi secara bertahap sejalan dengan pengurangan senjata ofensif. Jumlah kongkret mesti ditetapkan sekarang, dan bukan pada saat moratorium yang diusulkan berakhir. Sebuah perundingan yang serius harus mcmpcrhatikan masalah politik. Perundingan terdahulu tersendat-sendat karena menyinggung permasalahan terlalu umum. Jelas, kedua kekuatan tak bisa diharapkan meninggalkan keyakinan masing-masing. Mereka bisa mencoba membatasi diri, misalnya dalam pengiriman senjata ke daerah-daerah bergolak, tidak membantu gerakan subversif, dan gerakan rahasia lainnya. Hal ini mungkin bisa dilakukan untuk Afrika. Pertemuan puncak harus diuji dari adanya perubahan yang dihasilkan. Sering dikemukakan bahwa persetujuan -- betapapun kecil pengaruhnya -- menimbulkan kepercayaan. Tapi, pada suatu titik tertentu, "pertumbuhan kepercayaan" harus melahirkan persetujuan yang mengubah realitas bukan mengubah suasana saja. Dan untuk meminjam kata-kata Presiden Reagan yang terkenal: kalau tidak sekarang, kapan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus