Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak seperti debat pertama, debat calon presiden (capres) yang berlangsung Minggu malam diwarnai kejutan dan peristiwa tidak terduga. Ganjar Pranowo yang pada debat sebelumnya cenderung datar dan kurang greget, pada malam itu tampil agresif, bahkan menyerang dengan berbekal data-data mengenai pertahanan, salah satu tema debat. Yang menjadi “korban” serangan Ganjar adalah capres Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Esensi debat memang beradu argumen, sehingga tidak harus ada yang dikompromikan. Ini terlihat dari sikap Anies Baswedan yang tak gentar saat beradu argumen dengan Prabowo mengenai peralatan tempur bekas yang dibeli Kementerian Pertahanan. Juga gagalnya “food estate” di tangan Prabowo. Alhasil, Prabowo seperti mendapat serangan dan tekanan dari kiri-kanan, cukup kerepotan mendapat serangan tak terduga dari dua arah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tema debat Pilpres 2024 yang diikuti oleh tiga kandidat presiden tersebut memang tentang pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri. Dari tema-tema itu, debat yang paling panas terkait pertahanan.
Karena Prabowo, capres yang diusung Gerindra, Demokrat, PAN dan Golkar itu menjabat sebagai menteri pertahanan, maka serangan kedua pesaingnya, yaitu Ganjar dan Anies, terkesan menggugat, mempertanyakan dan bahkan menilai kinerja kementrian pertahanan di bawah kendalinya.
Ganjar yang diusung PDIP, misalnya, dengan berani memberi nilai 5 untuk kinerja Kementerian Pertahanan, nilai sama yang ia berikan untuk Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia beberapa waktu lalu. Anies menilai bahkan di bawah 5. Ganjar sempat meminta Anies untuk berani memberikan penilaian dengan angka yang tepat, bukan sekadar “di bawah lima”. Anies pun menjawab, “Nilainya sebelas dari seratus.”
Mendapat penilaian ini emosi Prabowo nyaris tersulut, tetapi mantan Pangkostrad ini mampu mengendalikan diri dengan mengatakan penilaian itu sebagai tidak adil. Dari layar kaca, wajah Prabowo tampak berkeringat, sedangkan Ganjar dan Anies cenderung lebih tenang karena pada posisi bertanya atau mempertanyakan.
Untuk data-data yang ditunjukkan Ganjar mengenai ranking Kementrian Pertahanan berdasarkan sejumlah lembaga, Prabowo menyatakan akan membukanya di tempat lain, yakni di tempat tertutup, karena masalah pertahanan menyangkut kerahasian negara. Akan tetapi Ganjar tegas menolak dengan mengatakan lebih baik dibuka saat forum debat berlangsung.
Di sini Ganjar mencecar capres Prabowo terkait penurunan indeks pertahanan Indonesia di saat Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Ia menantang Prabowo untuk membantah ketidakbenaran data yang disampaikannya, bila perlu dibantu staf Prabowo untuk mendampinginya.
Ganjar mengungkapkan, penurunan indeks pertahanan Indonesia dimulai Global Based Index yang bersumber Institute for Economics and Peace. Ia meminta kamera untuk meng-close up data yang disampaikannya.
“Mari kita bicara data yang benar, Global Militarisation Index kita sumbernya Bonn International Centre for Conflict Studies (BICC) turun, semua skornya ada. Kapabilitas militer kita, ini dari Lowy Institute Asia Power Index turun. Proporsi anggaran pertahanan kita sumbernya IISS (International Institute for Strategic Studies) sumbernya Military Balance+ turun,” Papar Ganjar.
Tidak hanya itu, Ganjar juga mencecar Prabowo terkait Kekuatan Pokok Minimum atau Minimum Essential Forces (MEF) yang diperlukan untuk mewujudkan kekuatan pertahanan negara ideal yang tidak mencapai target, hanya 65,49 persen dari target 79 persen. “Mengapa terjadi penurunan dan apa solusinya?” tanya Ganjar.
Menjawab pertanyaan sengit itu Prabowo mengatakan, selaku Menteri Pertahanan dirinya sudah membuat perencanaan, namun yang menentukan adalah Menteri Keuangan khususnya terkait anggaran. Selain itu, selama empat atau lima tahun memimpin Kementerian Pertahanan, ia dihadapkan pada Covid-19.
Serangan terhadap Prabowo
Seperti debat sebelumnya, debat yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta, Minggu (8/1/2024) berlangsung dalam enam segmen dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik. Ketiga capres menyampaikan pendalaman visi-misi, sesi tanya jawab, hingga “closing statement”.
Debat berlangsung selama dua jam, dipandu dua moderator dari kalangan jurnalis, yaitu Anisha Dasuki dan Ariyo Ardi serta melibatkan 11 panelis dari kalangan akademisi, peneliti, hingga purnawirawan TNI.
Berbicara politik luar negeri, Ganjar menyebutnya sebagai “alat negosiasi”, tetapi ia menekankan kepentingan nasional yang harus diutamakan. Ganjar ingin infrastruktur diplomasi untuk meningkatkan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan rakyat diperkuat dan memastikan dekolonisasi bagi seluruh bangsa terutama untuk kemerdekaan Palestina.
Ganjar sempat Menyebut Ibukota Nusantara (IKN) sebagai pusat gravitasi baru. Di akhir penyampaian visi-misinya, Ganjar ingin anggaran Kementerian Pertahanan ditinhkatkan 1 hingga 2 persen dari PDB serta memastikan adanya reformasi kepolisian melalui sistem cyber.
Anies Baswedan ingin mengembalikan posisi Indonesia sebagai pelaku utama konstelasi global dan penentu arah perdamaian di level global maupun regional. Usaha itu antara lain memastikan Indonesia menjadi tuan di rumah sendiri dan menempatkan Presiden sebagai panglima diplomasi, dan menghapuskan penjajahan di muka bumi terutama untuk Palestina.
Pada momen ini Anies melancarkan serangan terhadap Prabowo dengan mengeritik kinerja Kementrian Pertahanan selama lima tahun terakhir terkait pencurian ikan, pasir, pembelian alutsista bekas, hingga program “food estate” yang disebutnya hanya menguntungkan pihak tertentu dan merusak alam.
Tentang pembelian alutsista bekas, Anies mengatakan, Rp700 triliun anggaran Kementerian Pertahanan hanya dibelanjakan untuk pembelian alutsista bekas di saat separuh dari anggota TNI tidak memiliki rumah dinas.
Prabowo menanggapi pernyataan Anies sebagai “asal bicara tanpa data” dan didorong oleh ambisi yang menggebu-gebu sehingga menjadi tidak objektif. Prabowo menekankan, dirinya berpegang pada doktrin dan strategi nasional untuk kepentingan bangsa dan negara. Ia meyakini dirinya mampu mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditempuhnya itu.
Menurut Prabowo, istilah "barang-barang bekas" untuk alutsista itu menyesatkan rakyat dan tidak pantas dikemukakan oleh seorang profesor. Alasannya, dalam pertahanan hampir 50 persen alat-alat dimanapun adalah bekas, tapi usianya masih muda. Prabowo menilai Anies tidak memahami masalah pertahanan, sehingga seharusnya tidak membahas mengenai alutsista bekas.
Pada paparan visi-misinya Prabowo mengingatkan bahwa dasar dan tujuan nasional yang tercantum dalam UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa indonesia. Ia memastikan Indonesia tetap berpegang teguh pada politik bebas aktif dan tidak memihak dan berpegang teguh pada strategi nasional atas dasar kepentingan bangsa Indonesia.
Saat membahas kerja sama multilateral Indonesia, ketiga capres beradu argumen menemukan langkah konkret dalam meningkatkan Kerja Sama Selatan-Selatan. Pada sesi ini terjadi argumen keras antara Prabowo dengan Anies.
Prabowo mengaku banyak setuju dengan Ganjar dibandingkan Anies yang disebutnya hanya “omon omon”. Baginya, Indonesia sudah menjadi panutan di negara-negara Afrika sebagai negara Selatan yang berhasil dari segi pertumbuhan ekonomi.
Ganjar mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam tambang (nikel dan lithium) yang bagus untuk meningkatkan kerja sama di antara negara-negara Selatan.
Anies mengeritik Prabowo yang cenderung membahas agenda umum Indonesia yang tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai panutan negara Afrika. Ia juga menyebut bahwa pemerintah harus berupaya ikut serta dalam agenda Kerja Selatan-Selatan, bukan hanya menunjukkan agenda Indonesia saja.
Ketegangan memuncak saat debat masalah etik di mana ketiga capres saling melempar pertanyaan dan saling menanggapi argumen satu sama lain. Prabowo dan Anies berdebat soal etik yang menjurus saling sindir. Anies mengatakan, panglima tertinggi (Presiden) wajib memiliki standar etika yang baik.
Secara terbuka Anies mengatakan adanya orang dalam (Kementrian Pertahanan) dalam pengelolaan “food estate” dan pengadaan alutsista bekas. Bahkan ia tak segan menyebut adanya pelanggaran etika yang melibatkan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo.
Ganjar dalam kesempatan ini menambahkan, penundaan pengadaan alutsista laut (kapal selam) dari Korea sebagai sebagai tindakan gegabah.
Prabowo mengingatkan, makin tinggi dan kompleks kepemimpinan semakin membutuhkan nilai-nilai yang fundamental, termasuk cinta Tanah Air, kejujuran, dan kebersihan. Prabowo balik mengeritik Anies untuk tidak menyesatkan rakyat karena ambisi pribadi. Prabowo menyebut data yang disampaikan oleh Anies keliru sehingga tidak pantas berbicara soal etik.
Sudah selayaknya ketiga capres saling mengeritik dan beradu argumen. Debat bukan diskusi karena tidak menghasilkan kompromi sebagaimana ditemukan dalam sebuah diskusi, sehingga kurang elok sependapat dengan peserta debat lainnya.
Menurut Rachmat Nurcahyo dalam buku “Panduan Debat dalam Bahasa Indonesia”, ketiadaan kompromi tersebut mendorong pembicara untuk mencari argumentasi yang kuat atas pendiriannya. “Tujuan dari pelaksanaan debat adalah untuk berbicara secara meyakinkan dan juga mendengarkan pendapat yang berbeda dan di ahir debat dapat menghargai perbedaan tersebut,” katanya.
Pengaruh Debat Capres
Cukup mencengangkan bahwa paparan Ganjar pada debat capres tadi malam itu demikian komprehensif, tidak mengawang-awang, “real” dan tidak sekadar mengumbar teori. Bahkan mengenai data ini Ganjar mengaku kesulitan memperolehnya dari kementerian pertahanan, padahal data itu sangat penting. Ganjar menguasai materi debat baik dari sisi konsep, argumen maupun strategi komunikasi simpatik yang dilancarkannya. Ia tetap tenang dan tidak terbawa emosi meski sedang beradu argumentasi secara sengit.
Anies tidak mengendorkan serangan bertubi-tubinya, khususnya ke arah Prabowo, yang membuat debat capres tadi malam sungguh menggairahkan dan enak ditonton. Meski dikritik Prabowo mengemukakan data yang keliru, Anies tidak goyah atas pendiriannya itu.
Harus diakui, meski mendapat serangan dari dua arah yang seolah-olah mengeroyoknya, Prabowo tetap berusaha tenang meski pada beberapa momen emosinya tersulut juga oleh pertanyaan Anies. Boleh jadi inilah strategi Anies maupun Ganjar, yakni “mengocok” emosi Prabowo yang berpasangan dengan cawapres Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo.
Dengan telah diadakannya tiga kali debat capres-cawapres (dua kali debat capres dan sekali debat cawapres), pertanyaan yang selalu muncul usai debat adalah; apakah debat capres mempengaruhi elektabilitas capres-cawapres?
Sebagai gambaran, LSI Denny JA telah melakukan survei di bulan Desember 2023 yang juga merekam perdebatan capres sebelumnya. Hasilnya, yang menonton debat itu sebanyak 47,5 persen dari populasi pemilih Indonesia, tetapi tak semua menonton penuh. Ada yang menonton hanya satu menit, 5 menit, di bawah 10 menit.
Yang menonton debat secara penuh dari awal hingga akhir hanya 31 persen . Jika angkanya dikalikan, yang menonton debat capres secarabpenuh hanya 14-15 persen dari populasi pemilih.
Dari yang populasi yang menonton penuh debat presiden itu, seberapa banyak setelah menonton mengubah pilihan mereka?
Berdasarkan survei tersebut, ternyata hanya 22,2 persen yang mengubah pilihannya dari yang menonton debat secara penuh. Karena yang menonton penuh itu hanya 14-15 persen, maka yang mengubah pilihannya setelah menonton debat hanya 2-3 persen saja.
Perubahan terjadi untuk semua kategori, yaitu dari yang memilih menjadi tidak mau memilih, dan sebaliknya sebaliknya. Juga dari capres A, B, dan C, yang bertukar posisi memilih capres lain. Alhasil, setelah debat tadi malam pun tidak banyak mengubah elektabilitas capres.
Bagaimanapun, kecakapan seorang calon pemimpin, dalam hal ini untuk kedudukan Presiden RI, teruji dalam debat capres-cawapres saat masing-masing mempertahankan argumennya. Setidak-tidaknya, warga negara yang sudah punya hak memilih tidak “membeli kucing dalam karung”.