Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Demam dan aturan-aturannya

Demam politis memiliki aturan-aturan permainan, seperti demam pemilu. demam pemilu pertama thn 1955 lebih liar, demam pemilu 1977 lebih tertib dan beraturan. demam politis, segalanya bisa diatur dgn persis.

24 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"DEMAM" bolehlah dibagi dalam dua bagian besar yang tergolong penyakit dan yang tergolong politis. Sepanjang menyangkut demam-penyakit, orang boleh berdemam kapan saja, apabila sudi. Tidak ada aturan kapan boleh mulai. Yang ada, aturan bagaimana cara mengobatinya. Siapapun, kapanpun, boleh mengidap demam apa saja. Flu atau malaria atau gusi bengkak. Terserah mau pilih salah satu atau ketiga-tiga sekaligus. Lain halnya demam-politis. Berhubung demam yang satu ini bukan sebangsa penyakit, nyata tersurat dalam istilahnya, orang tidak bisa berdemam sesuka hati. Tidak bisa memutuskan atas keinginan sendiri, begitu mau lantas segera menggigil. Atau tarik selimut. Atau tengkurap. Sebab musababnya mudah dipaham, karena politik itu -- dan ini sering dilupakan orang -- punya pula aturan-aturan permainannya, seperti halnya pada sepakbola atau alisan. Pada sepakbola, boleh mulai tendang sesudah bunyi peluit. Dan tendangpun tidak boleh tendang kepala atau selangkangan. Pada arisan, sesudah tarik nomor mesti setor terus, tidak boleh mabur begitu saja. Begitu pula pada politik berikut demamnya. Salah satu contoh penting dari jenis demam-politik adalah demam pemilu". Penduduk Indonesia sudah dua kali terkena demam ini, tahun 1955 dan 1971. Sifat demamnya barangkali ada beda di sana-sini, tapi inti pokoknya serupa. Demam 1955 bolehlah disebut lebih liar, berisik meronta-ronta sampai tempat tidur bergoyang kian kemari. Maklum, berkat sistim, orang rasanya kepingin melulur habis kepala tetangganya. Demam 1971 ada beda. Menggigilnya lebih tertib dan beraturan. Teriak-teriak ada juga, namun tidak seberapa, karena baik suara maupun gerak-gerik bisa diarahkan sehingga tidak sia-sia. Pendek kata, demam yang penuh irama, ada gairah tapi sekaligus ada pola. Sekarang, kapankah demam pemilu 1977 bisa dimulai, dan bagaimana pula aturan-aturannya. Bagi mereka yang lebih suka akan hal-hal teknis, sebetulnya sudah boleh mulai sekarang-sekarang. Malahan, sudah boleh bergegas bulan lalu. segera sesudah Bustanil Arifin dari bagian logistik membeberkan apa-apa keperluan materiil pemilu di depan rapat Gubernur se Indonesia. Berapa jip, berapa motor tempel, berapa mesin ketik, berapa mesin hitung, berapa motor, berapa tape-recorder. Kemudian, berapa formulir barang cetakan, berapa kotak-suara, berapa selot. Buat para leveransir dan komisioner, waktu sudah sampai buat berdemam-demam. Tanpa kelincahan mereka, demokrasi bisa terganggu jalannya. Sebelum Menggigil Bagi yang mau demam-politis, pelbagai aturan mesti dipahami sebelum boleh menggigil betul-betul, baik yang mau demam itu pemilih atau yang dipilih. Dia mesti baca baik-baik UU No. 15/ 1969 dan UU 13 No. 4/1975 tentang Pemilu. Yang pertama ada 37 pasal, yang kedua 4 pasal. Sesudah rapi dibaca, silakan buka Pasal-pasal UU No. 15/1969 sesudah dirubah dengan UU No. 4/1975. Banyaknya juga 37 pasal. Kalau kira-kira punya syarat, misalnya umur cukup dan tidak tersangkut organisasi terlarang dan tidak gila, bolehlah terus simak UU No. 16/1969 dan W No. 5/1975 tentang susunan dan kedudukan MPR/DPR/DPRP. Buat pemilih, ini penting supaya jangan beli kucing dalam karung. Buat yang mau dipilih, ini penting supaya nantinya tidak keliru duduk. Mestinya orang kantor, jadinya orang dewan. Khusus buat Parpol dan Golkar, supaya tidak salah langkah, perlu berpegang kuat-kuat pada UU No. 3/1975. Berpegang kuat- kuat pun belum cukup, melainkan perlu pula meneliti Peraturan Pemerintah No. 9/1976 yang maksudnya mengatur pelaksanaan UU itu, tapi siapa tahu ada hal-hal baru yang tidak terduga sebelumnya. Begitu pula aturan-aturan pelaksanaan yang lain, entah itu dari Menteri atau bawahannya, yang biasanya akan datang beruntun-runtun. Sesudah baca-membaca ini selesai, tinggal lagi hitung hari serta bulan. Kapan pendaftaran pemilih, kapan pencalonan, kapan tanda-gambar disepakati, kapan kampanye. Pada tingkat-tingkat ini sudah boleh demam ala kadarnya, tapi jangan sungguhan. Kaki, gigi, kuping, boleh digerakkan berdikit-dikit serta tertib. Baru sesudah sampai saat kampanye, demam yang tulen boleh diperlihatkan, lengkap dengan segala ciri-cirinya yang lazim. Itupun tidak bisa berlarut-larut. Seperti halnya ada mula tentu ada akhir demam. Di inilah letak keistimewaan demam-politis, segala-galanya bisa diatur dengan persis dan diawasi dengan cermat. Akhir demam disusul dengan minggu tenang. Semua orang dipersilakan duduk baik-baik, polos serta pasrah, seperti anak-anak. Begitu hari pemilu tiba, marilah antri satu-satu, jangan main serobot dan main kayu, karena ini urusan demokrasi. bukan kemidi kuda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus