Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Di bawah jurus deng terakhir

Menjelang kongres rakyat nasional (krn) ke-8, rrc malakukan peremajaan kepemimpinan nasional. posisi li peng diperkirakan tak tergoyahkan. tapi, pengaruh deng masih kuat.

3 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH boleh baru, gaya tetap saja kuno. Menjelang pembukaan masa persidangan Kongres Rakyat Nasional (KRN) ke-8 dua pekan lalu Presiden Yang Shangkun dan Ketua KRN Wan Li digantikan oleh Sekjen PKC Jiang Zemin dan anggota Politbiro Qiao Shi. Peremajaan kepemimpinan nasional RRC sudah menggelinding. Namun penunjukan itu masih saja mengandung unsur mengejutkan. Dengan pengangkatan tersebut Jiang adalah orang yang paling berkuasa di Cina. Ia menduduki tiga jabatan top: Sekjen PKC, Ketua Komisi Militer Pusat, dan sekarang Presiden RRC. Besarnya kekuasaannya, setidaknya di kertas, hanya bisa diimbangi oleh Ketua Mao semasa hidupnya. Analisa seketika yang muncul mengatakan, itu semua telah diatur si orang kuat Deng agar kelangsungan reformasi terjamin. Dasar pemikirannya, di RRC yang berlaku bukanlah rule of law tapi rule by man. Karena Cina tak punya tradisi demokrasi dan tak punya sistem politik dengan pemerintahan yang terbuka dan transparan, siapa atau golongan mana yang akan berkuasa sangat menentukan corak dan arah kebijaksanaan. Tapi, tanpa mengecilkan peranan manusia, apakah benar seorang atau sekelompok individu di Cina sekarang mampu menentukan atau mengganti arah perkembangan yang sedang berlangsung? Melihat berbagai kenyataan objektif yang ada di Cina dewasa ini, kelompok pemimpin muda di bawah Jiang akan menghadapi banyak keterbatasan. Ruang untuk melakukan manuver politik sebebas Mao dan Deng makin sempit. Para pemimpin angkatan muda tak memiliki pengalaman revolusioner seperti halnya Mao dan Deng. Mao adalah arsitek dan bapak revolusi komunis di Cina. Deng Xiaoping, walau tak bisa menyamai kehebatan Mao, sebagai arsitek modernisasi ia menempati posisi tinggi. Banyak kata dan perbuatan Deng menentukan arah perkembangan Cina sejak tahun 1979. Pada tahun 1989 Ketua PKC pada waktu itu, Zhao Ziyang, mengatakan, ''kamerad Deng'' memang tak punya kedudukan resmi. Tapi, ia selalu dikonsultasi dalam pengambilan segala keputusan yang ''penting.'' Namun, dalam mengambil keputusan dan menentukan kebijaksanaan, Deng tak punya keleluasaan seperti yang dimiliki Mao. Dalam banyak hal ia sering harus berkonsultasi dengan rekan-rekannya para senior politisi, seperti Chen Yun, Yao Yilin, dan Peng Zhen. Konsep ekonomi bebasnya tak bisa terlepas dari keberatan ekonom konservatif Chen Yun. Maka ia terpaksa berkompromi dengan menelurkan Empat Prinsip Utama (si xiang jiben yuanze), yakni: Kediktatoran Proletar, Jalan Sosialis, Kepemimpinan PKC, dan Ideologi Marxisme-Leninisme-Pikiran Mao empat prinsip yang membelenggu kebebasan reformasi. Kompromi Deng kelihatan pula dalam menunjuk dan memecat tokoh- tokoh yang akan menjadi calon pengganti kepemimpinan. Korban kompromi itu antara lain Ketua PKC Hu Yaobang, yang dipecat di akhir tahun 1987, dituding kelewat memberi hati kepada mahasiswa. Lalu Zhao Ziyang yang senasib dengan Hu dalam peristiwa lain, peristiwa demonstrasi Tiananmen 1989. Kesimpulannya, Deng adalah tipe politisi broker yang piawai. Untuk mencapai cita-citanya, antara lain modernisasi Cina, ia harus tawar-menawar dengan menggunakan cara politik dagang sapi, sedikit menggunakan paksaan dan ancaman, dan menanamkan vested interest kepada lawan politiknya. Ia memberi jaminan kepada lawan-lawannya bahwa politik a la Maois dengan ciri kampanye massa, pemecatan, pendidikan kembali, dan kekerasan yang begitu dibenci, tak akan terulang lagi. Pendeknya, ia menjanjikan stabilisasi yang dikombinasikan dengan persatuan. Keuntungan lain yang mendukungnya, karena latar belakangnya yang militer, Deng selalu mendapat dukungan tentara. Generasi penerus pengganti Deng lebih tak memiliki modal untuk menyetir Cina ke arah yang mereka kehendaki. Mereka adalah produk dari sistem, sehingga sukar bagi mereka secara bersama maupun secara individual keluar dari sistem itu. Mereka tidak punya guanxi (koneksi) dengan tentara, tak punya karisma. Yang menjadi modal utama mereka hanyalah pendidikan. Mereka adalah teknokrat. Keterbatasan ruang gerak mereka makin dipersulit lagi dengan kenyataan bahwa dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun terakhir ini birokrasi, baik dalam pemerintahan maupun partai, telah menjadi begitu dominan. Lalu apa yang akan terjadi andai kata Deng sudah tak aktif lagi atau malahan ''pergi menghadap Marx''? Tanpa kehadiran Deng, reformasi ekonomi akan tetap berjalan dan ekonomi Cina tak akan banyak berubah. Karena berbagai keterbatasan, antara lain tak adanya guanxi dengan tentara, politik dagang sapi dan tawar- menawar akan tetap berjalan. Malah ada kemungkinan dua ciri itu makin menjadi gejala utama politik di Cina. Berdasarkan pengamatan ini posisi Li Peng tampaknya takkan tergoyahkan. Ia masih akan tetap menduduki kursi empuk perdana menteri. Deng pernah mencoba menyingkirkannya karena perannya dalam pembantaian peristiwa Tiananmen. Tapi, lantaran Deng mesti tawar-menawar dengan saingan-saingan politiknya, ia terpaksa membiarkan Li Peng. Jadi, kalaupun usaha untuk menyingkirkan Li Peng masih tetap ada, itu harus dilakukan selagi Deng masih aktif atau hidup. Dengan demikian salah satu hal yang bisa disimpulkan, tak akan banyak perubahan berarti di Cina meski terjadi peremajaan kepemimpinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus