Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Doa politik:menghina islam

Penyampaian doa dengan pengumpulan tanda tangan oleh alamsjah menghina ajaran islam demi ambisi politik pribadi dan menimbulkan sikap sektarianisme.

23 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah gagal mengukir prestasi politik lewat Kelompok 21, kali ini Alamsjah muncul dengan kreasi baru: kebulatan tekad yang dikemas dalam paket doa plus tanda tangan. Manuver yang seperti ini tentu saja tidak bisa dilihat sebagai keisengan seorang tokoh untuk mengisi waktu luangnya, tapi lebih dari itu sudah menyangkut penggunaan simbol-simbol primordial agama yang menjurus kepada pengkultusan individu. Alamsjah sebagai bekas pejabat tinggi negara seharusnya bisa mengendalikan obsesi untuk tidak beraksi dengan cara yang sangat naif. Menurut kami, Alamsjah telah melakukan kekeliruan fatal, yaitu: Dari sudut agama, menghina ajaran Islam karena penyampaian doa (politik) yang tidak lazim dengan pengumpulan tanda tangan. Dalam hal ini ajaran Islam yang luhur dan mulia direndahkan derajatnya oleh seorang bekas menteri agama yang beragama Islam dengan cara manipulatif demi ambisi politik pribadi. Dari segi integrasi nasional, upaya Alamsjah dapat diterjemahkan sebagai tindakan yang disintegratif, yang tercermin dari penggalangan kekuatan yang berasal dari satu golongan agama saja. Perbuatan ini dapat memunculkan sikap sektarianisme yang berlebihan dan bisa membawa umat pada tingkat emosi praasas tunggal Pancasila. Dalam konteks kepemimpinan Pak Harto, perbuatan yang diperlihatkan Alamsjah seolah-olah memberi kesan bahwa rakyat Indonesia sudah tidak mencintai dan menginginkan Pak Harto lagi, sebab itu perlu mobilisasi kekuatan agar Pak Harto tetap bertahan. Atau sebaliknya, Alamsjah justru ingin mendewakan Pak Harto (kultus individu) padahal hal tersebut sangat ditentang oleh Pak Harto seperti tercermin dalam berbagai pernyataannya yang sangat antipengkultusan. Saya berharap manuver ini marupakan episode terakhir dari rangkaian permainan Alamsjah yang sama sekali tidak bermanfaat bagi pendidikan dan peningkatan partisipasi politik masyarakat. Sebaiknya, Pak Alamsjah tenang-tenang saja menghabiskan hari tua sambil mengamati mereka yang sekarang menjadi aktor politik seperti orang lain mengamati Pak Alamsjah di masa jaya. HERMAWI F. TASLIM Jakarta Pusat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus