Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Empat Sehat, Bukan Lima Bakteri

Temuan kontaminasi bakteri pada susu bayi harus ditindaklanjuti. Standar internasional keamanan pangan perlu diterapkan.

3 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RESPONS terlambat Departemen Kesehatan atas penelitian tim Institut Pertanian Bogor, yang menemukan susu bayi formula terkontaminasi Enterobacter sakazakii, bisa mengundang bahaya. Kesimpulan penelitian sudah dua tahun lalu dilaporkan ke Departemen, tapi sangat mencemaskan mengetahui reaksi baru diberikan sekarang, setelah masyarakat panik.

Semestinya Departemen Kesehatan yang ”panik” dan segera bertindak. Bahaya bakteri Enterobacter pada bayi tak bisa disepelekan, karena bisa menyebabkan mencret hebat, keracunan darah, sampai radang otak. Setidaknya 50 kasus sudah dilaporkan di seluruh dunia. Karena itu, keputusan tim peneliti Institut Pertanian Bogor untuk membuka temuan sangat tepat, walaupun publikasinya terlambat.

Ada banyak alasan untuk memberikan ”alarm” kepada publik. Susu formula telah menjadi andalan lebih dari separuh ibu Indonesia. Pada 2003 saja, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 61 persen bayi usia hingga enam bulan bergantung pada susu formula. Survei Hellen Keller International pada 2002 menemukan air susu ibu hanya digunakan rata-rata 1,7 bulan, jauh dari syarat ideal pemakaian ASI selama enam bulan.

Temuan IPB menunjukkan 23 persen sampel susu formula yang diuji tercemar. Ini berarti hampir seperempat dari sekitar tiga juta bayi yang lahir setiap tahun berpotensi meminum susu tercemar. Yang lebih menakutkan, penelitian menemukan hampir separuh dari 15 sampel makanan bayi ternyata juga tercemar bakteri yang sama.

Alasan terpenting pengungkapan pada publik: kontaminasi masih terus terjadi. Sebab, instansi yang paling berwenang, Departemen Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), belum melakukan langkah berarti untuk menindaklanjuti temuan itu. Sangat disarankan Departemen bergerak cepat, dan tidak membuang energi untuk hal yang tidak produktif.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari tak perlu repot mencari-cari motif di balik riset IPB itu. Benar belum ada korban infeksi bakteri Enterobacter yang dilaporkan, tapi lebih baik mengambil langkah preventif ketimbang kuratif. Tidak ada korban bukan berarti semua beres. Tugas paling urgen Fadilah adalah memastikan adanya mekanisme yang dapat menjamin produk susu itu aman dikonsumsi.

Jelas itu merupakan pekerjaan besar. Pengujian mesti dilakukan dari hulu ke hilir. Bakteri bisa datang dari peternakan sapi, mesin pengolahan yang tak higienis, atau ketika susu didistribusikan. Kontaminasi Enterobacter pada susu formula memang terjadi juga di negara maju. Tapi mereka terus menemukan cara menanganinya.

World Health Organization juga terus memperbarui standar internasional keamanan pangan, misalnya dengan mendorong diterapkannya sistem HACCP (hazard analysis and critical control points) pada industri susu dan makanan olahan. Indonesia termasuk negara berkembang yang belum menerapkan sistem ini. Sayangnya, dalam simposium A Revolution in Food Safety Management yang dihadiri 100 pakar internasional bulan lalu di Bali, tidak seorang pun wakil Departemen Kesehatan hadir.

Kalau wakil Badan POM hadir di Bali, mungkin mereka bakal belajar betapa cermat negara maju melindungi keamanan pangan warganya. Sambil belajar, tindakan administratif perlu dikenakan pada yang melanggar, umpama- nya memeriksa ulang merek susu formula yang tercemar dan mengambil tindakan secara proporsional. Badan POM perlu menjamin susu menjadi makanan kelima yang me-nyempurnakan asupan gizi bayi. Bukan malah menimbulkan penyakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus