Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Etos, sportivitas, dan pohon kamboja

Etos adalah anggapan yang diterima oleh sekelompok orang tentang baik dan buruk dan etik adalah penjelasan tentang anggapan itu. dalam olah raga, sportivitas adalah etos. etos adalah kehidupan itu sendiri.

23 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM sebuah ceramah tentang etos kerja, seorang pendengar yang belakangan ketahuan sangat kritis bertanya, "Apakah beda arti etik dan etos? Atau barangkali kedua istilah itu sama saja maknanya?" Penanya adalah seorang ibu setengah baya dan penceramah kita rupanya terlatih baik dalam metodik-didaktik. Maka, dengan senyum seorang guru, dia menjawab, "Etik adalah saatnya Ibu menjelaskan kepada anak Ibu bahwa mencuri sepatu teman adalah jahat, dan mengapa perbuatan itu harus dianggap jahat. Etos adalah situasi dalam rumah, di mana sang anak merasa takut atau bahkan jijik untuk mencuri." "Apakah berarti etik adalah teori sedangkan etos prakteknya?" Semua mata tiba-tiba terarah pada penanya. "Bisa dikatakan begitu. Namun, dalam pengertian formal, etik dianggap suatu kategori rasional, sementara etos adalah kategori budaya." Penceramah tampaknya agak kehilangan kontrol dan mulai berkicau dengan bunyi sekolahan. "Kurang jelas," penanya itu memburu tabah. "Maksud saya etik adalah keterangan yang memberikan dasar-dasar rasional tentang apa yang baik dan jahat, sedangkan etos adalah keadaan kongkret ketika sesuatu dianggap baik atau jelek, pantas atau tak pantas." "Kalau saya menangkap dengan benar, etos adalah anggapan tentang baik dan buruk dan etik adalah penjelasan tentang anggapan itu. Kira-kira begitu?" Ruangan ceramah mulai terasa gelisah. "Barangkali saya belum cukup jelas. Etos bukan saja anggapan, melainkan anggapan yang diterima oleh sekelompok orang dan berlaku dalam kelompok itu." "Dapatkah dijelaskan dengan contoh?" "Itulah yang ingin saya lakukan sekarang. Para bandit, tukang suap, atau bahkan para koruptor sebetulnya hidup dan bekerja berdasarkan suatu etos juga. Tanpa etos mereka tak mungkin bekerja sama. Ada aturan mengenai pembagian daerah atau sektor operasi. Ada aturan mengenai pimpinan dan yang dipimpin. Demikian pun ada ketentuan mengenai hak dan kewajiban tiap orang dan bentuk serta prosedur pembagian keuntungan. Ada suatu sistem nilai yang berlaku di antara mereka. Walau demikian, seluruh etos ini sudah jatuh secara etis dan harus ditolak, karena apa yang mereka lakukan tidak mengandung nilai kebaikan yang dapat dipertahankan secara rasional." Penceramah itu mulai letih. "Barangkali soal ini cukup sekian," suara bariton moderator membelah jeda, "kesempatan bertanya akan diberikan kepada penanya lainnya." Dengan menggunakan perumpamaan lain dapat juga kita berkata, etik adalah ibarat ilmu tumbuh-tumbuhan, sedangkan etos seumpama sebatang kamboja yang tumbuh subur atau kerdil di atas sebidan tanah. Kekuatan ilmu tumbuh-tumbuhan terletak pada rasional tidaknya suatu penjelasan tentang bekerjanya akar dan fungsi zat hijau daun sedangkan kesuburan sebatang kamboja akan bergantung pada keadaan tanah, air, dan sinar matahari. Etik dan ilmu tumbuh-tumbuhan adalah pengetahuan, sedangkan etos dan pohon kamboja adalah kehidupan. Pengetahuan bergantung pada syarat-syarat berpikir, sedangkan kehidupan akan bergantung pada syarat-syarat berbuat dan bertindak. Begitulah, sportivitas sebagai etos olah raga umpamanya adalah juga sejenis kehidupan. Dalam etos ini diandaikan bahwa kalah menang dalam pertandingan adalah akibat permainan tetapi bukanlah tujuannya, seperti juga gelar sarjana adalah akibat pendidikan tinggi tetapi sama sekali bukanlah tujuannya. Kalau sportivitas adalah etos dan kalau etos adalah kehidupan, maka pertumbuhan dan perkembangan etos akan bergantung pada syarat-syarat hidupnya. Tak ada tukang tanaman yang memarahl sebatang kamboja karena daunnya kekuning-kuningan atau karena batangnya mulai membusuk. Yang pasti dilakukannya adalah menyelidiki syarat-syarat hidup taltaman itu: apakah tanah tempatnya bertumbuh terlalu keras, atau entah ada cukup air dan sinar matahari. Itulah sebabnya timbul pertanyaan: Mengapa para penggemar sepak bola marah besar karena ada pemain menerima suap untuk tidak menang dan bahkan untuk kalah? Mengapa tidak lebih baik diselidiki dan diperbaiki syarat-syarat pertumbuhan sportivitas? Berbicara tentang syarat hidup sportivitas olah raga sebetulnya menegaskan kembali etos, bahwa akibat suatu tindakan tidaklah sama dengan tujuan tindakan tersebut. Jelas pula bahwa ketentuan ini tidak hanya berlaku dalam pertandingan sepak bola. Jumlah besar klien dan pemasukan uang yang lancar, misalnya adalah akibat kerja profesional dan hasil ketekunan seorang dokter atau akibat reputasi besar seorang pengacara. Tapi celaka dan malapetaka akan segera muncul kalau hal itu dijadikan tujuan kerjanya. Untuk para pelajar dan mahasiswa, lulus ujian adalah akibat disiplin belajar yang terencana dan sungguh-sungguh. Namun, kalaulah lulus ujian dijadikan tujuan belajarnya, orang tak akan segan menyontek atau mengancam gurunya. Sama halnya status yang terpandang adalah akibat kerja seseorang sebagai bupati atau gubernur. Namun, akan timbul lelucon nasional kalau ada orang berjuang keras menjadi gubernur dengan tujuan mendapatkan status yang terpandang. Kembali ke soal sportivitas, kalau para pemain bola mulai bertanding hanya untuk mendapatkan uang (dan tidak lagi menerima uang hanya sebagai akibat permainannya), atau menjadikan kemenangan sebagai tujuan akhir pertandingan, maka itu tampaknya bukan hanya masalah olah raga. Ada suatu etos yang mulai menghilang dari tengah-tengah kita. Yang muncul bukan hanya rasa gusar dan kecewa, melainkan rasa kecut karena hati dan pikiran dihadang pertanyaan Apa yang telah terjadi dengan tanah, air, dan sinar matahari sehingga pohon kamboja itu kekuning-kuningan daunnya atau mulai membusuk akarnya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus