Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Gerbong

Eko Endarmoko

18 September 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semenjak pelayanan jasa angkutan kereta api listrik di seputaran Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi jauh membaik, kontan saya ikut dalam barisan penggemar angkutan umum murah nyaman itu. Selalu ada saja aspek penyelenggaraannya yang mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu. Hingga dewasa ini dapat kita saksikan banyak sekali perubahan ke arah yang lebih positif, menggembirakan. Bukan saja di dalam rangkaian gerbong kereta api yang sejuk, tapi juga di lingkungan sekitar tiap stasiun yang dilewati atau dituju. Dengan satu-dua perkecualian, semua langkah penyempurnaan itu seperti menuju satu agenda: mengajak khalayak membiasakan diri bersikap tertib dan santun sambil bersama-sama berupaya menciptakan lingkungan yang aman bersih nyaman.

Berada dalam gerbong kereta yang tengah melaju, para penumpang terus-menerus disuguhi tayangan pandang-dengar berisi beragam informasi remeh, namun dianggap perlu digemakan, misalnya tentang faedah aneka buah dan sayuran atau guna gerak badan untuk manula lengkap dengan petunjuknya. Tayangan itu disajikan dalam kemasan menarik dengan durasi pendek-pendek lewat layar kaca yang menggantung di atap gerbong (tak semua gerbong punya layar kaca ini). Secara berkala tampak satu atau beberapa petugas lalu-lalang demi menjamin kenyamanan para penumpang, serta dua orang lagi petugas, seorang menyapu dan lainnya mengepel. Semua petugas kita lihat dalam seragam serta punya sikap dan bahasa tubuh yang patut. Tidak terlihat lagi pedagang asongan, pengemis, dan pengamen yang berseliweran bising seperti pada beberapa waktu lalu.

Di sisi semua itu, cukup sering berulang kedengaran siaran maklumat lewat pengeras suara yang rupanya berasal dari rekaman, mengumumkan bermacam-macam informasi. Tak jarang dalam volume yang cukup membuat telinga pekak. Tapi tahukah anda bahwa kata gerbong tak pernah terdengar di sana? Cukup bikin heran, sebab hampir tak mungkin jawatan ini tidak mengenalnya. Lingkungan ini tentu akrab dengan senarai kata yang berhubungan dengan perkeretaapian (selain gerbong), seperti bumel, lori, rel, masinis, ataupun lokomotif.

Kata yang disebut terakhir, lokomotif, pun boleh dibilang tak pernah kita dengar di gerbong kereta listrik. Sebabnya, tak lain, lokomotif pada jenis kereta listrik, bukan diesel, bukan berupa gerbong tersendiri, melainkan menempel pada, atau menyatu dengan, gerbong (yang terletak paling depan). Menurut kamus, lokomotif adalah kepala kereta api (yang menarik gerbong kereta). Di zaman pemerintahan Soeharto, kita ingat, lokomotif kadang-kadang dipakai sebagai metafor untuk aktivis, penggerak. Dewasa ini, dengan pengertian sedikit berbeda, kata yang lebih sering dipakai adalah motor (penggerak). Yang pertama selalu mengambil tempat di muka (pemimpin, gembong, otak), sedangkan yang kedua bisa di belakang, namun tak jarang malah berada di tengah (aktivis, pegiat).

Tentang gerbong, tanpa melihat sendiri barangnya, yaitu apa yang diacu kata itu, orang boleh jadi akan menemui sedikit kesulitan dalam memahami artinya. Sebab yang utama saya kira, kamus bahasa Indonesia memberi definisi melingkar. Di dalam kamus tercantum: gerbong adalah wagon kereta api (untuk orang atau barang). Lalu apa itu wagon? Di dalam kamus tertulis bahwa wagon adalah gerobak kereta api; gerbong. Namun, dari informasi yang cekak berputar-putar ini, kita bisa mendapat bayangan yang lumayan bahwa gerbong dan wagon punya kesamaan arti. Keduanya kurang lebih serupa gerobak, kendaraan angkut- untuk barang, hewan, tapi bisa juga untuk orang- yang rupanya kotak kubus dan punya roda empat.

Kesamaan arti kedua kata itu tentu tak sempurna. Cukup sering kita menemukan konstruksi gerbong makan atau restorasi, tapi tak pernah kita dapati wagon makan, bukan? KBBI edisi daring (dalam jaringan, online) tidak mencatat gerbong makan, tapi bentuk itu ada dalam KBBI edisi IV (cetak, 2008). Di situ lagi-lagi kita menjumpai definisi melingkar: gerbong makan adalah restorasi, dan restorasi adalah gerbong kereta api yang dipakai sebagai tempat makan (restoran). Redaksi KBBI online rupanya sedikit berbeda: gerbong kereta api yang dijadikan restoran.

Dalam pemahaman masyarakat awam, gerbong adalah bagian dari kereta api. Baca saja pemeriannya oleh kamus: kereta api adalah kereta yang terdiri atas rangkaian gerbong (kereta) yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan dengan tenaga uap (atau listrik), berjalan di atas rel (rentangan baja dan sebagainya).

Jadi mengapatah gerbong seperti asing bagi jawatan kereta api (listrik) kita? Pastilah bukan karena kata itu bisa membangkitkan ingatan kolektif bangsa Indonesia tentang Gerbong Maut yang mengangkut pejuang Republik tawanan Belanda untuk dipindahkan dari penjara Bondowoso ke penjara Koblen, Bubutan, di Surabaya pada November 1947. Dan kiranya juga ini bukan ekses dari peningkatan kualitas pelayan jasa angkutan umum murah nyaman itu. l

Penyusun Tesaurus Bahasa Indonesia (Tesamoko)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus