Iklan yang menyinggung: yang kuno belum tentu tak berbudaya

Sudah dua kali saya membaca surat pembaca -- dari dua orang yang berbeda -- yang mengkritik penayangan iklan pasta gigi Colgate di RCTI. Yang satu di media lain, yang satu di TEMPO. Kedua pembaca tersebut menganggap iklan tersebut menyakiti hati karena mencemoohkan penggunaan alat-alat yang sudah dianggap "kuno". Padahal sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan alat-alat yang dianggap "kuno" itu. Jadi tidak bijaksana bila iklan seperti itu disuguhkan dalam kondisi masyarakat seperti itu. Hemat saya, persoalannya bukan hanya sekadar ketersinggungan sosial kita terhadap iklan tersebut. Tapi lebih jauh dari itu, yaitu menyangkut soal orientasi budaya dan peradaban masyarakat kita yang lagi sakit. Karena, menurut saya, "yang kuno" itu belum tentu tidak berbudaya dan beradab. Begitu pula sebaliknya. Persoalannya adalah, bagaimana sikap kita terhadap penggunaan peralatan yang serba modern. Sebagai contoh, di negara-negara maju sekarang ini ada trend yang cukup kuat untuk menolak penggunaan alat-alat teknologi yang tidak efesien dan merusak lingkungan. Slogan-slogan "back to nature", "recycling", "reusing", dan sebagainya, sudah seperti ideologi baru. Makanya banyak pelajar dan mahasiswa di mancanegara lebih suka menggenjot sepeda ke kampus ketimbang naik mobil. Dan itu tidak kuno. Justru efisien, sehat, dan tidak mencemari udara. S. ABDULLAH Jalan Dewi Sartika Gang H.M. Ma'i Nomor 21 Cililitan Jakarta 13640