Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kampanye ala indonesia

Berendah-diri merupakan model kampanye partai persatuan pembanguan th 1977. menurut ketua umumnya, mintareja, buat ppp menang atau kalah sama saja. soalnya programnya sama dengan program pemerintah.

12 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMANG kebangetan pemerintahan Truman itu. Coba tengok "Badan Pertimbangan Sekuriti"nya yang membagi-bagi jenis informsi sebanyak kelas-kelas stadion sepakbola: classiffed information - top secret- secret- confidential - restricted - unclassified information. Koran News Times negara bagian Connecticut terima release pemerintah yang berstempel "rahasia". Biji mata redaksi hampir melompat keluar tatkala membaca isinya: perihal kenaikan pangkat seorang kopral jadi sersan. Apabila perbuatan ini diterus-teruskan, nyaris tak ada tindakan pemerintah yang bisa disiarkan pers tanpa risiko-risiko tertentu. Kami akan bawa angin baru, kata kampanye Eisenhower. Pendek kata jangan khawatir, kalau Partai Republik menang, yang bungkuk jadi tegak, yang miring jadi lempang, percayalah. Pers tanggung akan peroleh kenikmatan seperti yarg diimpikan nenek moyangnya, Thomas Jefferson. Pemerintah tidak lagi menganggap dirinya guci wasiat yang tak boleh dilongok sembarang orang. Kantornya terbuka buat siapa saja, seperti setasiun atau gereja. Karena sudah terbuka, kasak-kusuk tak perlu lagi. Bahwa tatkala Partai Republik sudah menang dan keadaan masih begitu-begitu juga, ini soal lain. Saya kepingin jadi Presiden yang bisa mengembalikan kepercayaan rakyat. Penduduk AS berkepentingan peroleh informasi sebanyak mungkin, dan seorang Presiden harus menerima informasi dari mereka, kata kampanye Kennedy dari Partai Demokrat. Berani sumpah, ini betul-betul, lho. Tapi, begitu Kennedy jadi Presiden, jalan cerita berbeda. Yang mestinya terbuka tetap tetutup Waktu pers menyiarkan berita rencana penyerbuan Kuba yang diatur CIA, pemerintah marah-marah. Pers dianggap tidak tahu arti "kepentingan nasional". Pers sontoloyo. Apa Jawab Bapak? Jangan terburu nafsu begitu, jawab George Beebe dari koran The Miami Herald. Kami di Miami sudah tahu rencana penyerbuan itu 2 bulan sebelumnya. Bahkan, pelarian-pelarian Kuba yang diorganisir untuk menyerang Fidel Castro itu ramai-ramai datang ke kantor redaksi dan obral cerita apa yang bakal terjadi. Bahkan, mereka juga undang jurupotret dan wartawan ikut sekapal. Apa kami lekas-lekas siarkan? Oh, tidak. Demi tanggung jawab kepentingan nasional kami pergi ke Washington. Pergi ke kantor CIA. Pergi ke kantor Deparlu. Pergi ke markas FBI. Kami tanya beliau-beliau itu, apa yang layak kami lakukan dengan fakta-fakta di tangan. Apa jawab bapak-bapak itu? Tidak tahu menahu rencana penyerbuan Kuba, sambil bersumpah tujuh turunan. Nah, sekarang tolong jelaskan, apa sih yang namanya merugikan atau tidak merugikan kepentingan nasional? Itu model kampanye muluk. Ada pula model sadis. Di masa kampanye Presiden Pilipina tahun 1953, lawan politik calon Magsaysay tempel plakat di pohon dan dinding yang bunyinya: "Ayo, kunjungilah beramai-ramai. Bawa anak bini. Jangan lewatkan kesempatan ini, bisa menyesal! Calon Presiden Ramon Magsaysay mau pidato dalam bahasa Inggeris, bukan Tagalog. Dan harap diketahui, pidato itu digagas oleh si Fulan, disusun oleh si Dadap, diperiksa oleh si Waru, diketik oleh si Badu, dan tinggal dibaca saja oleh Magsaysay. Marilah kita sama-sama berdoa, mudah-mudahan bacaannya tidak meleset !". Bahwa akhirnya Magsaysay anak petani Zambales yang dapat menyelesaikan pemberontakan Hukbalahap lewat pembagian tanah garapan itu menang dan menjadi Presiden Pilipina terbesar dalam sejarah negerinya, itu soal lain. Model kampanye apa sebaiknya ditampilkan dalam Pemilu 1977? Model sadis rasanya kurang sepadan. Model muluk masih bisa, walau jangan tinggi-tinggi. Sudah jamak kampanye itu sedikit melambung, supaya para hadirin ternganga-nganga mendengar impiannya segera terbukti dalam tempo yang tidak terlalu lama. Apabila ternyata tidak, juga tidak mengapa, karena alhamdulillah penduduk kita pelupa serta pemaaf. Sama Saja Atau model berendah-rendah diri seperti ucap Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan HMS Mintaredja SH. Jauhjauh hari sebelum saat kampanye yang sesungguhnya, beliau sudah bikin pengumuman, buat partainya, menang atau kalah "sama saja". Mengapa sama saja? Karena programnya dengan program pemerintah sama saja. Karena sama saja, kampanyepun tidak penting-penting betul. Buat apa kampanye sampai pecah gendang telinga orang kalau menang atau kalah sama saja, bukan? Jangan heran, masalah "sama saja" ini bukanlah barang baru. Di tahun 50-an ada lagu yang syairnya: "Yang kurus yang gendut ya sama saja. Yang pendek yang jangkung ya sama saja". Belakangan ada lagi lagu Sama saja dari Yanti Sisters: * Biar hujan biar panas, sama saja Biar siang biar malam, sama saja Ini maunya kita Ini hidupnya kita Menghibur siapa yang perlu hiburan * Biar sana biar sini, sama saja Biar tua biar muda, sama saja Yang sakit karena asmara Obatnya hanya cinta Soal cinta, tua muda sama sajaaa!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus