Kasus tka rrc:sebuah pelajaran berharga

SAMPAI saat ini, penggunaan TKA asal RRC masih jadi bahan pembicaraan masyarakat. Itu menunjukkan betapa pekanya masalah kesempatan kerja di negara kita ini. Sebetulnya dapat kita lihat dari berbagai sisi. Dari segi perdagangan murni, misalnya. Setiap pembeli mesin yang harganya ratusan juta rupiah itu sudah pasti ingin memperoleh jaminan, mesin dapat dioperasikan dengan aman dan selamat. Barangkali, untuk masa mendatang, pengertian tentang turnkey project perlu diperjelas batasannya. Dalam hal ini, saya tak meragukan kemampuan tenaga kerja bangsa kita. Namun, bukan rahasia umum lagi kalau ada "rahasia bisnis" yang hanya dikuasai negara pencipta sesuatu teknologi. Rahasia ini tak akan diungkapkan kepada negara pembelinya. Untuk mesin rusak saja -- seperti pada kebanyakan industri elektronika, perlu didatangkan tenaga ahli dari negara pembuat untuk memperbaiki mesin tersebut. Sementara itu rencana mengirim tenaga ahli kita ke negara tempat mesin tersebut dibuat, ditolak karena tujuan belajar ke sana jelas untuk memperbaiki alat tersebut dan sekaligus bertanya langsung pada ahlinya. Inilah contoh bahwa transfer of knowledge and technology memang masalah besar. Dalam kasus TKA, perlu dihargai sikap Menteri Cosmas Batubara yang mau mengakui kesalahan, sabar, terbuka, dan tidak bertahan pada sikap departemennya. Ia dengan jiwa besar bersedia bertatap muka dengan para wakil rakyat di DPR dan rekan-rekan menterinya yang terkait dalam persoalan ini untuk menjelaskan duduk masalah yang sebenarnya. Marilah dengan kepala dingin semua pihak mengkaji dan memberi masukan dalam soal ini. Siapa tahu peraturan mengenai penggunaan TKA di berbagai sektor industri & jasa sudah waktunya ditinjau kembali sesuai perkembangan teknologi. SUSANTO JOSEPH Jalan Cendrawasih. 24 Cipayung - Ciputat 15411 Jawa Barat