BERBAGAI perkembangan perekonomian dunia dan nasional akhir-akhir ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara persepsi dan harapan pasar (dunia usaha atau swasta) dan pengambil kebijaksanaan (pemerintah). Kesenjangan tersebut telah mengganggu tercapainya perbaikan keadaan yang diharapkan masyarakat luas. Di samping belum adanya kesepakatan antara para ahli mengenai apakah sebenarnya yang menjadi sebab-musababnya, kejutan pasar saham yang sekarang dikenal sebagai "Senin Hitam" masih mengandung teka-teki. Yaitu, kalau jatuhnya harga saham-saham yang sangat tajam tersebut merupakan akibat reaksi pasar terhadap tidak adanya penyelesaian masalah desifit kembar AS. Dengan lain perkataan, ketidakpercayaan pasar terhadap kemauan dan kemampuan pemerintah AS untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kini timbul pertanyaan lain: mengapa reaksi tersebut timbul justru pada waktu terdapat perbaikan dalam kedua hal itu. Sebagaimana diketahui, defisit neraca perdagangan yang baru diumumkan dan mengejutkan pasar waktu itu justru menunjukkan perbaikan dari angka sebelumnya, demikian pula defisit anggaran pemerintah federal. Pasar memang melihat adanya perbaikan, tetapi perbaikan tersebut dianggap tidak mencukupi, terlalu kecil, terlambat, dan kurang drastis. Pasar mengharapkan perbaikan yang lebih besar, yang lebih meyakinkan. Inilah yang menjadi persoalan. Reaksi pasar memang sering ekstrem atau berlebihan. Hal ini tentunya didasarkan atas persepsi dan harapan pasar yang serupa pula. Pada waktu kesenjangan mulai terjadi, pasar tidak memberikan reaksi, atau bahkan ikut mendorong kesenjangan menjadi lebih besar. Pada waktu bereaksi tindakannya ekstrem. Defisit anggaran yang suatu saat lebih dari 200 milyar dolar dan defisit neraca perdagangan yang lebih dari 150 milyar dolar tidak terjadi dalam sekejap, akan tetapi lewat proses beberapa tahun. Bahkan defisit kembar tersebut telah bersifat struktural timbul karena pada dasarnya ada ketimpangan produktivitas, teknoiogi, dan sebagainya, yang mendorong terjadinya pergeseran keuntungan komparatif dari setiap perekonomian. Jadi, berjangka panjang. Apakah terhadap masalah ini diharapkan penyelesaian yang seketika? Bahkan seandainya kita boleh menganggap enteng dampak negatif dari penyelesaian seketika (kemungkinan timbulnya resesi, bahkan depresi dunia dalam seketika), tampaknya tetap ada pertanyaan yang mengusik: Apakah persepsi pasar dengan harapannya ini tidak terlalu besar dan terlalu cepat? Tidak realistis? Perbedaan persepsi dan harapan ini terjadi pula dalam hubungan ekonomi antarbangsa. Dalam interdependensi yang makin menguat antara negara-negara, makin disadari perlunya koordinasi kebijaksanaan ekonomi makro negara-negara industri utama, seperti disepakati dalam dua tiga KTT ekonomi terakhir. Masalahnya adalah adanya perbedaan persepsi yang menimbulkan gejala adjustment fatigue. Yaitu bahwa setiap negara merasa telah banyak sekali melakukan tindakan penyesuaian terhadap perubahan ang terjadi. Permasalahannya ada pada negara lain yang dianggap kurang cukup melakukan tindakan yang diperlukan. Jalan keluar masalah hubungan ekonomi AS dengan Jepang dan Jerman Barat menjadi lebih sukar karena AS merasa sudah cukup berusaha melakukan tindakan penyesuaian (mengurangi defisit), sedangkan kedua negara terakhir dianggap kurang bersungguh-sungguh mengalihkan sumber pertumbuhan ekonominya ke dalam negeri. Sebaliknya, Jepang dan Jerman Barat merasa sudah cukup melakukan tindakan penyesuaian dalam perekonomiannya dan menganggap justru AS yang kurang bersungguh-sungguh menurunkan defisitnya. Perbedaan persepsi terhadap permasalahan ini memang besar sehingga semua mempunyai harapan yang kurang realistis. Akibatnya, masalahnya menjadi lebih sulit dipecahkan, meskipun akhir-akhir ini ada sedikit kemajuan. Dalam bentuk lain, perekonomian kita menghadapi masalah yang serupa. Perbedaan persepsi dan harapan antara pasar dan pengambil kebijaksanaan tampak dalam proses penyesuaian dan restrukturalisasi perekonomian. Pemerintah dengan serangkaian paket kebijaksanaan deregulasinya menunjukkan kemajuan yang cukup besar di dalam upayanya melakukan tindakan penyesuaian yang diharapkan dapat mendorong kegiatan swasta, terutama dalam peningkatan produksi dan ekspor nonmigas. Reaksi pasar terhadap langkah-langkah tersebut memang kerap berbeda. "Kok cuma begitu", "Memang dirasakan ada perbaikan tetapi...", "Terlalu sedikit dan terlambat", dan yang senada. Tampaknya ada kesenjangan persepsi dan harapan antara pemerintah dan pasar, yang masih mengganggu tercapainya hasil yang optimal dan upaya yang sangat penting dalam proses pembangunan ini. Untuk mencapai hasil yang lebih baik, hal ini tidak boleh dibiarkan berlanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini