MODERATOR: Nah, untuk mudahnya maka panelis yang setuju 'kritik
membangun' kita singkat Kribang. Untuk yang setuju 'kritik
membantut Kritut, dan untuk 'kritik doang' Krido. Peringatan
saya cuma satu, waktu kita amat terbatas. Mari silakan bicara!
(Moderator melihat Kribang mengangkat tangan) Ya, tentu saja
saudara Kribang.
Kribang: (Mengambil ancang-ancang) Berbicara mengenai kritik
berarti berbicara mengenai kegunaannya. Kalau ketentuan ini kita
lewati ia akan menjadi dasar kelemahan kita sendiri dalam
mengemukakan kritik. Kritik kita tak akan mampu menjadikan
keadaan lebih baik. Kecilnya kita ngomel, besarnya maki-maki dan
paling banter demonstrasi tapi kita tak bisa berbuat apa-apa.
Kita tak sanggup memberi jalan keluar serta pemecahan terhadap
masalah-masalah yang kita hadapi Ini tak ada gunanya. Kita tak
akan pernah maju dengan cara begitu. Percayalah!
Kritut: (Tanpa ijin bicara) Guna dari kritik adalah untuk
mengemukakan kesalahan Kita harus langsung mengkritik kesalahan.
Soal bagi kita sekarang adalal1: seberapa jauh kita menganggap
serius kesalahan yang kita buat. Diskusi kita tak akan ada
manfdatnya kalau tak membuat kita sadar betapa kesalahan yang
ada telah membuat kita mandul dan lumpuh. Saya mau maju
selangkah lagi. Masalah yang kita hadapi saat ini lahir dari
kesalahan kita yang asasi dalaun cara kita memahaminya. Dan tak
mungkin lagi kita jawab secara memadai kecuali jika cara kita
mempersoalkan masalah tersebut kita bongkar sampai ke
akar-akarnya. Pada dasarnya kita merumuskan masalah di dalam
bingkai jawaban yang sudah kita sediakan sebelumnya. Padahal
jawaban itulah justru yang harus kita pertimbangkan. Bingkai
itulah yang harus kita kritik. Apabila cara kita melihat masalah
sudah salah, maka setiap hari kita akan sibuk dengan pertanyaan
palsu dan jawaban palsu. Yang ada setiap hari adalah pameran
kekuasaan.
Moderator: (Kesal wewenangnya dibajak) Untuk menghemat waktu,
agar diusahakan supaya saya tak usah mengingatkan tatatertib
diskusi: dilarang nyrobot! Nah, saudara Kritut peringatan ini
untuk anda. Tapi, apakah anda bisa menyebutkan contoh dari apa
yang anda katakan?
Kritut: Baik, sekedarnya saja. Dapatkah dibayangkan kemungkinan
untuk menumbuhkan cara hidup yang kritis bertolak dari cara
berpikir dan gaya hidup feodal? Atau dapatkah kita nenganjurkan
demokrasi kalau selalu dihantui oleh suasana seolah-olah kita
ini sedang perang? Bagaimana kita mencapai keadilan sosial
sementara nafsu dan kcrakusan akan barang mahal dianjurkan dan
diselenggarakan oleh para pengambil keputusan di mana-mana?
Bagaimana kita melaksanakan pendidikan kalau kreatifitas
dicurigai? Dalam jangkauan kita terhadap pertanyaan-pertanyaan
tersebut timbullah persoalan palsu dan jawaban palsu. Sebab itu
kita perlu lebih dulu meruntuhkan secara radikal cara berpikir
kita, agar dapat kita temukan masalah yang sesungguhnya.
Moderator: Sebenarnya bukan itu yang saya maksudkan sebagai
contoh, tapi baiklah sudah terlanjur. Bagaimana scbenarnya
pemahaman kita mengenai Kritik, saudara Krido mau bicara?
Krido: Kritik adalah kritik, titik. Kata yang sudah senyawa
dengan sifatnya. Kritik membangun bagi saya bukan kritik, karena
ia merupakan bagian dari pengiyaan terhadap apa yang sedang
terjadi. Sedang kritik membantut adalah bagian dari destruksi.
Saya tak percaya kepada dua-duanya. Kritik bukan suatu usaha
berdasarkan selera. Ia harus ilmiah, harus berdasar pada
pengetahuan yang lebih dari yang dikritik. Ini prasyarat kritik.
Kalau tak tahu persoalannya, jangan mengkritik. Di sinilah
wibawa kritik dipertaruhkan.
Moderator: Melihat Kribang nengangkat tangan) Begitu. Cuma
ingat, waktu kita sedikit.
Kribang: Saudara moderator menghabiskan waktu kita dengan
mengingatkan waktu. Baiklah memang tak bisa lain. Saya melihat
kedua posisi kritik yang dilontarkan tak berpijak pada
kenyataan, sebab itu tak akan membawa perbaikan. Saya perlu
mengingatkan bahwa kita tidak hanya berhadapan dengan
angan-angan ideal yang kita cita-citakan, juga tidak dengan
prestasi ilmiah yang gampang dimanipulasikan akan tetapi kita
berhadapan dengan kenyataan yang hidup. Sesuatu yang radikal,
ditinjau dari segi harga yang harus kita bayar jatuhnya akan
sangat mahal dibanding dengan suatu upaya yang sabar dan tekun
untuk melewati tahap-tahap alamiah yang sudah ditentukan. Suatu
pembaharuan perlu ausdauer. Kita harus berakar pada kenyataan.
Kritut: (Tanpa ijin bicara lagi) Pemahaman kita mengenai
kenyataan itulah yang justru sedang kita hadapi secara kritis.
Kenyataan itu sendiri belum kita pengapakan. Saya mau katakan
bahwa andalan-andalan di belakang kenyataan ini tak akan membawa
kita kepada sikap yang serius terhadap kesalahan asasi yang ada.
Kesabaran bagi saya mempertumpul kritik. Kritik memang bukan
alamiah akan tetapi insaniah. Kritik saya mau langsung
membongkar asumsi yang mendasari kenyataan kita sekarang ini.
Perlu untuk mencegah katastropi. Ini inti kritik.
Krido: (Minta ijin bicara dan langsung bicara) Begini saudara
ketua, kita ini di sini 'kan sedang berdiskusi. Kalau saudara
Kritut mau pesan satu sloki revolusi ya jangan di sini. Kalau ia
mau praktek, jangan lagi menghadiri diskusi seperti kata Yesus
kepada Yudas: Pergilah kamu, lakukan apa yang hendak kamu
perbuat! Nah, bagi saya kritik membantut sama konyolnya dengan
tokoh Yudas. Sedang kritik membangun adalah sepcrti tokoh
Herodes, seorang pangeran pribumi yang dikontrol habis oleh
imperialis Romawi. Dua-duanya isapan jempol. Dua-duanya seperti
tutup botol. Duaduanya mau menutup diri dalarn botol. Yang
penting saudara moderator, adalah: harus kita selenggarakan
suasana yang terbuka. Kritik adalah bagian dari sikap-sikap
hidup yang saling terbuka satu sama lain. To?
Kritut: Kritik tanpa tujuan adalah sport otak. Kritik untuk
kritik adalah keahlian yang hanya enak untuk ditonton. Seperti
sirkus, tidak ada etika. Saya ingatkan, bahwa dilema-dilema kita
yang nyata jangan hanya dinilai sebagai bahan untuk mengisi
kepala. Saya melihat urgensi yang tak dapat ditunda-tunda.
Saudara Kribang tak mengenal urgensi sedang saudara Krido
bersenang-senang dengan keilmiahan. Apa begitu?
Moderator: Kalau begitu, berhubung dengan waktu, bagaimana kalau
saudara Kribang menerangkan serba sedikit tentang apa yang
dimaksudkan dengan realisme. Silakan!
Kribang: Tentu, saudara ketua, kenapa tidak? Itu penting bagi
kita semua. Say akui dengan terus terang hahwa keadaan sekarang
banyak cacad dan celanya. Tapi jangan lupa bahwa keadaan
sekarang dibanding dengan sebelumnya toh sudah jauh lebih
memadai. Kita toh tak bisa membuta tuli terhadap kenyataan ini.
Kritik harus proporsionil dong. Kita harus mempertimbangkan
segala segi dari kenyataan secara adil dan menyeluruh Keadaan
sekarang adalah pilihan yang terbaik dari pilihan buruk yang
lain.
Moderator: (Melihat Kritut mengacungkan tangan) Saudara mau
bicara soal apa?
Kritut: Soal, bahwa kita toh tak menganggap serius kesalahan
kita semua. Bila keadaan seperti ini berketelanjuran, maka akan
tiba saatnya kita akan menyesali sikap kita sekarang ini.
Krido: Itu statemen, bukan argumen. Itu styleparanabi, style-nya
doang!
Moderator: Saya mengundurkan diri, saya merasa tak kuasa lagi
memimpin diskusi ini.
Krido: Saudara ketua, tapi saya belum dapat kesempatan bicara,
saya belwn puas!
Moderator: Sudah saya katakan sejak tadi, waktu kita sempit.
Saudara tak percaya, ya, sudah!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini