Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kritik membangun,kritik ...

Kritik bukan suatu usaha berdasarkan selera. harus ilmiah berdasar pada pengetahuan yang lebih dari yang dikritik. kritik adalah bagian sikap hidup yang saling terbuka, berakar pada kenyataan.

2 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MODERATOR: Nah, untuk mudahnya maka panelis yang setuju 'kritik membangun' kita singkat Kribang. Untuk yang setuju 'kritik membantut Kritut, dan untuk 'kritik doang' Krido. Peringatan saya cuma satu, waktu kita amat terbatas. Mari silakan bicara! (Moderator melihat Kribang mengangkat tangan) Ya, tentu saja saudara Kribang. Kribang: (Mengambil ancang-ancang) Berbicara mengenai kritik berarti berbicara mengenai kegunaannya. Kalau ketentuan ini kita lewati ia akan menjadi dasar kelemahan kita sendiri dalam mengemukakan kritik. Kritik kita tak akan mampu menjadikan keadaan lebih baik. Kecilnya kita ngomel, besarnya maki-maki dan paling banter demonstrasi tapi kita tak bisa berbuat apa-apa. Kita tak sanggup memberi jalan keluar serta pemecahan terhadap masalah-masalah yang kita hadapi Ini tak ada gunanya. Kita tak akan pernah maju dengan cara begitu. Percayalah! Kritut: (Tanpa ijin bicara) Guna dari kritik adalah untuk mengemukakan kesalahan Kita harus langsung mengkritik kesalahan. Soal bagi kita sekarang adalal1: seberapa jauh kita menganggap serius kesalahan yang kita buat. Diskusi kita tak akan ada manfdatnya kalau tak membuat kita sadar betapa kesalahan yang ada telah membuat kita mandul dan lumpuh. Saya mau maju selangkah lagi. Masalah yang kita hadapi saat ini lahir dari kesalahan kita yang asasi dalaun cara kita memahaminya. Dan tak mungkin lagi kita jawab secara memadai kecuali jika cara kita mempersoalkan masalah tersebut kita bongkar sampai ke akar-akarnya. Pada dasarnya kita merumuskan masalah di dalam bingkai jawaban yang sudah kita sediakan sebelumnya. Padahal jawaban itulah justru yang harus kita pertimbangkan. Bingkai itulah yang harus kita kritik. Apabila cara kita melihat masalah sudah salah, maka setiap hari kita akan sibuk dengan pertanyaan palsu dan jawaban palsu. Yang ada setiap hari adalah pameran kekuasaan. Moderator: (Kesal wewenangnya dibajak) Untuk menghemat waktu, agar diusahakan supaya saya tak usah mengingatkan tatatertib diskusi: dilarang nyrobot! Nah, saudara Kritut peringatan ini untuk anda. Tapi, apakah anda bisa menyebutkan contoh dari apa yang anda katakan? Kritut: Baik, sekedarnya saja. Dapatkah dibayangkan kemungkinan untuk menumbuhkan cara hidup yang kritis bertolak dari cara berpikir dan gaya hidup feodal? Atau dapatkah kita nenganjurkan demokrasi kalau selalu dihantui oleh suasana seolah-olah kita ini sedang perang? Bagaimana kita mencapai keadilan sosial sementara nafsu dan kcrakusan akan barang mahal dianjurkan dan diselenggarakan oleh para pengambil keputusan di mana-mana? Bagaimana kita melaksanakan pendidikan kalau kreatifitas dicurigai? Dalam jangkauan kita terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut timbullah persoalan palsu dan jawaban palsu. Sebab itu kita perlu lebih dulu meruntuhkan secara radikal cara berpikir kita, agar dapat kita temukan masalah yang sesungguhnya. Moderator: Sebenarnya bukan itu yang saya maksudkan sebagai contoh, tapi baiklah sudah terlanjur. Bagaimana scbenarnya pemahaman kita mengenai Kritik, saudara Krido mau bicara? Krido: Kritik adalah kritik, titik. Kata yang sudah senyawa dengan sifatnya. Kritik membangun bagi saya bukan kritik, karena ia merupakan bagian dari pengiyaan terhadap apa yang sedang terjadi. Sedang kritik membantut adalah bagian dari destruksi. Saya tak percaya kepada dua-duanya. Kritik bukan suatu usaha berdasarkan selera. Ia harus ilmiah, harus berdasar pada pengetahuan yang lebih dari yang dikritik. Ini prasyarat kritik. Kalau tak tahu persoalannya, jangan mengkritik. Di sinilah wibawa kritik dipertaruhkan. Moderator: Melihat Kribang nengangkat tangan) Begitu. Cuma ingat, waktu kita sedikit. Kribang: Saudara moderator menghabiskan waktu kita dengan mengingatkan waktu. Baiklah memang tak bisa lain. Saya melihat kedua posisi kritik yang dilontarkan tak berpijak pada kenyataan, sebab itu tak akan membawa perbaikan. Saya perlu mengingatkan bahwa kita tidak hanya berhadapan dengan angan-angan ideal yang kita cita-citakan, juga tidak dengan prestasi ilmiah yang gampang dimanipulasikan akan tetapi kita berhadapan dengan kenyataan yang hidup. Sesuatu yang radikal, ditinjau dari segi harga yang harus kita bayar jatuhnya akan sangat mahal dibanding dengan suatu upaya yang sabar dan tekun untuk melewati tahap-tahap alamiah yang sudah ditentukan. Suatu pembaharuan perlu ausdauer. Kita harus berakar pada kenyataan. Kritut: (Tanpa ijin bicara lagi) Pemahaman kita mengenai kenyataan itulah yang justru sedang kita hadapi secara kritis. Kenyataan itu sendiri belum kita pengapakan. Saya mau katakan bahwa andalan-andalan di belakang kenyataan ini tak akan membawa kita kepada sikap yang serius terhadap kesalahan asasi yang ada. Kesabaran bagi saya mempertumpul kritik. Kritik memang bukan alamiah akan tetapi insaniah. Kritik saya mau langsung membongkar asumsi yang mendasari kenyataan kita sekarang ini. Perlu untuk mencegah katastropi. Ini inti kritik. Krido: (Minta ijin bicara dan langsung bicara) Begini saudara ketua, kita ini di sini 'kan sedang berdiskusi. Kalau saudara Kritut mau pesan satu sloki revolusi ya jangan di sini. Kalau ia mau praktek, jangan lagi menghadiri diskusi seperti kata Yesus kepada Yudas: Pergilah kamu, lakukan apa yang hendak kamu perbuat! Nah, bagi saya kritik membantut sama konyolnya dengan tokoh Yudas. Sedang kritik membangun adalah sepcrti tokoh Herodes, seorang pangeran pribumi yang dikontrol habis oleh imperialis Romawi. Dua-duanya isapan jempol. Dua-duanya seperti tutup botol. Duaduanya mau menutup diri dalarn botol. Yang penting saudara moderator, adalah: harus kita selenggarakan suasana yang terbuka. Kritik adalah bagian dari sikap-sikap hidup yang saling terbuka satu sama lain. To? Kritut: Kritik tanpa tujuan adalah sport otak. Kritik untuk kritik adalah keahlian yang hanya enak untuk ditonton. Seperti sirkus, tidak ada etika. Saya ingatkan, bahwa dilema-dilema kita yang nyata jangan hanya dinilai sebagai bahan untuk mengisi kepala. Saya melihat urgensi yang tak dapat ditunda-tunda. Saudara Kribang tak mengenal urgensi sedang saudara Krido bersenang-senang dengan keilmiahan. Apa begitu? Moderator: Kalau begitu, berhubung dengan waktu, bagaimana kalau saudara Kribang menerangkan serba sedikit tentang apa yang dimaksudkan dengan realisme. Silakan! Kribang: Tentu, saudara ketua, kenapa tidak? Itu penting bagi kita semua. Say akui dengan terus terang hahwa keadaan sekarang banyak cacad dan celanya. Tapi jangan lupa bahwa keadaan sekarang dibanding dengan sebelumnya toh sudah jauh lebih memadai. Kita toh tak bisa membuta tuli terhadap kenyataan ini. Kritik harus proporsionil dong. Kita harus mempertimbangkan segala segi dari kenyataan secara adil dan menyeluruh Keadaan sekarang adalah pilihan yang terbaik dari pilihan buruk yang lain. Moderator: (Melihat Kritut mengacungkan tangan) Saudara mau bicara soal apa? Kritut: Soal, bahwa kita toh tak menganggap serius kesalahan kita semua. Bila keadaan seperti ini berketelanjuran, maka akan tiba saatnya kita akan menyesali sikap kita sekarang ini. Krido: Itu statemen, bukan argumen. Itu styleparanabi, style-nya doang! Moderator: Saya mengundurkan diri, saya merasa tak kuasa lagi memimpin diskusi ini. Krido: Saudara ketua, tapi saya belum dapat kesempatan bicara, saya belwn puas! Moderator: Sudah saya katakan sejak tadi, waktu kita sempit. Saudara tak percaya, ya, sudah!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus