Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Lapangan tenis tanpa garis

Daya pengaruh surat kabar bergeser dari editorial ke kolom berita. kebebasan pers harus dimulai dari bebas diri dari bias, distorsi, prasangka & ambisi. kebebasan sebagai tanggung jawab kepada masyarakat.

1 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG penulis di Kompas mencatat pengalamannya di Amerika Serikat. "AS adalah negara bebas-freedom country,"tulisnya. "Tetapi teman saya diderlda US$ 16 karena menyeberang Jalan sembarangan." Lucu. Namun ini contoh yang begitu sederhana dan tepat untuk menjelaskan logika yang rumit bahwa kebebasan pun berarti tanggung jawab. Kita sering menggalaukan kedua pengertian ini. Anda pemain tenis? Nah, Anda bebas untuk bermain atau tidak bermain. Anda pun bebas untuk memukul bola atau membiarkannya lewat. Tetapi jelas Anda terikat pada garis-garis yang menujuri lapangan. Ada kesepakatan yang membatasi: bola yang jatuh di luar garis disebut out, dan menentukan biji. Anda toh tidak bisa bermain di lapangan yang tidak ada garisnya? Pun tidak bisa bermain tenis di lapangan bulu tangkis. Beberapa minggu yang lalu, di Wall Street Journal tampak sebuah iklan sehalaman dari Dr. Edward Teller. Doktor Teller ini bukan penemu formula es teler yang alpukat, kelapa muda, dan nangka itu. Iklan itu memang tidak untuk mengiklankan es teler. Siapakah dia? "I was not the only victim of the New York Times," begitulah pernyataannya, yang menjadi tajuk iklan itu. "Saya bukan korban satu-satunya koran New York Times." Lho? "Tanggal 28 April 1983, saya menyatakan di depan Komisi Angkatan Bersenjata tentang langkah-langkah pertahanan efektif sebagai tindakan balasan untuk mengimbangi laju pertambahan senjata nuklir Rusia. Dalam pernyataan itu, saya kemukakan bahwa usul Presiden Reagan mempunyai dasar yang kuat, baik alasannya maupun segi-segi teknisnya." Doktor Teller memang penasihat Gedung Putih untuk masalah-masalah teknologi dan ilmu pengetahuan."Setelah menyampaikan pernyataan itu, para awak televisi segera mengerumuni saya. Tetapi tidak seorang pun mengajukan pertanyaan tentang pernyataan yang menurut saya merupakan topik paling mustahak bagi setiap warga Amerika. Semua yang mengerumuni saya hanya menanyakan berita utama yang menjadi tajuk New York Times pagi itu." Pagi itu, New York Times memang membuat berita tentang Dr. Teller. "Penasihat Reagan Mendapat Saham di Perusahaan Laser," begitu bunyi tajuk berita. Koran itu melaporkan adanya kegiatan saham Helionetics yang luar biasa sejak pidato Reagan tentang masalah pertahanan dan persenjataan. Helionetics adalah perusahaan yang bergerak di bidang hi-tech - teknologi tinggi. Perusahaan itu sendiri sebenarnya sudah hampir bangkrut pada masa Carter. Pada saat itulah, ketika nilai sahamnya rendah, Dr. Teller yang baru saja pensiun sebasai ahli fisika membeli cukup banyak saham. "Sejak saat itu, saya tidak pernah membeli lagi atau menjual saham-saham saya di Helionetics," katanya. Koran Los Angeles Times -- tanpa bantuan Dr. Teller - menyambut berita New York Times itu dengan mengirim investigative reporters untuk menyusuri riwayat saham Teller. Ternyata penemuan Los Angeles Times berbantahan dengan berita New York Times. New York Times pun salah menyebut: 70% bisnis Helionetics merupakan order pemerintah melalui Departemen Pertahanan dan Energi (perhatikan: di AS masalah energi dimasukkan bidang pertahanan, bukan pertambangan). Padahal, bisnis Helionetics hanya 23% tergantung pada order Pemerintah: 13% dari pegembangan energi dan 10% dari pengembangan sinar laser. Produk utama Helionetics adalah alat mengubah tenaga DC menjadi tenaga AC yang terkendali dengan presisi tinggi. Produk inilah yang menyelamatkan Helionetics dari kebangkrutan. Sedangkan sinar laser yang dikembangkan Helionetics sama sekali tidak ada hubungannya dengan senjata nuklir, hal yang dituduhkan New York Times sebagai unsur yang membuat naiknya nilai saham Helionetics. Berita itu tentu saja membuat Teller gusar. Apalagi ia sempat diinterogasi Gedung Putih. Tetapi, sanggahan yang dikirimnya ternyata tidak digubris New York Times. Dr. Teller segera menghadap Accuracy in Media, sebuah biro yang menangani dampak negatif yang ditimbulkan oleh kekeliruan pemberitaan. Setelah menyelidiki kebenarannya, juga setelah mendapat pernyataan resmi Gedung Putih bahwa pidato Reagan tidak ada hubungannya sama sekali dengan naiknya nilai saham Helionetics, Accuracy in Media pun meminta New York Times mengoreksi pemberitaannya. Itu pun tidak diacuhkan. Akhirnya, Accuracy in Media terpaksa menyediakan anggaran sebesar US$ 72.531 (lebih dari Rp 70 juta) untuk memasang iklan di Wall Street Journal. Iklan itu menjelaskan kebenaran kasus Dr. Teller. Selain menuding New York Times yang tidak cermat membuat laporan, dan terlalu tinggi hati untuk mengakui kesalahan, iklan yang ditandatangani Dr. Teler itu juga mempertanyakan: mengapa New York Times menyiarkan kabar bohong tentang dirinya justru pada saat rakyat AS sebenarnya lebih memerlukan berita tentang kebijaksanaan pertahanan dan persenjataan AS untuk mengimbangi Rusia. Bahkan Radio Moskow mengutip berita itu dan menyiarkannya berulang-ulang. "Jelas, saya bukan korban satu-satunya berita New York Times itu. Tetapi seluruh rakyat Amerika," kata Dr. Teller. Benarkah New York Times telah mempergunakan kebebasan persnya secara tidak bertanggung jawab? Sulit agaknya bagi warga Dunia Ketiga untuk ikut menghakimi. Terutama karena kebebasan pers di sana punya unsur berbeda. Di AS tidak diperlukan izin apa pun dari siapa pun untuk menerbitkan koran. Benar juga apa yang ditulis Aleksandr Solzhenitsyn: the press has become the greatest power within Western countries, more powerful than the legislature, the executive and the judiciary. One would then like to ask: By what law has it been elected and to whom is it responsible ? Di Barat pun sudah diakui, daya pengaruh surat kabar sudah bergeser dari halaman editorial ke kolom berita. Berita tidak lagi sekadar berita, tapi telah mengandung opini, bahkan keberpihakan wartawannya. Adagium news columns belong to the reader the editorial columns belong to the editor kini sudah tidak berlaku karena nyatanya everything belongs to the editor. Redaktur memilih berita yang pantas disajikannya. Berita yang kurang berkenan di hati redaktur tidak akan lulus. Yang jelas harus digarisbawahi, kalau kita bicara soal kebebasan pers, adalah kenyataan bahwa pers adalah human instruments. Berita tidak merupakan keluaran komputer, tapi ditulis oleh para wartawan. Sebaik-baiknya niat wartawan, ia tetaplah seorang manusia yang tidak luput dari bias, distorsi, prasangka, dan . . . mungkin juga ambisi. Kebebasan pers haruslah dimulai dari setiap wartawan untuk membebaskan dirinya dari bias, distorsi, prasangka, dan ambisi. Kebebasan pers harus diartikan setiap wartawan sebagai tanggung jawabnya kepada masyarakat. Kebebasan pers tanpa tanggung jawab sama artinya dengan bemain tenis tanpa garis. Anda boleh memukul dan terus memukul bola, tidak seorang pun akan menganggap Anda sedang bermain tenis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus