Saya ingin memberi ulasan tentang kredit macet yang terus bergema itu: 1. Setiap bank, sesuai dengan ketentuan, wajib mencantumkan laporan keuangan per periode tertentu di media massa. Karena laporan yang disajikan itu terlalu umum, hanya dalam bentuk angka tanpa kualitas, sulit mengetahui sehat atau tidaknya suatu bank. Memang rahasia bank harus dipegang teguh. Tapi, pada kondisi perbankan dan masyarakat yang belum perfect, rasanya, proteksi dari otoritas moneter perlu diberikan pada kita semua agar trauma kasus Bank Summa terhindarkan. Itu, umpamanya, dengan mewajibkan pada pihak bank agar dalam neraca bank yang disajikan di media massa, khususnya pada pos pinjaman yang diberikan, lebih dirinci per collectibility. Tapi ini pun dengan syarat Bank Indonesia sudah mengetahui kemurnian collectibility pinjaman yang dilaporkan. Dengan demikian, setidak-tidaknya secara sepintas kita tahu tentang kesehatan angka laporan bank. 2. Besarnya kredit macet tak lepas dari faktor manajemen. Dewan Komisaris Bank di Indonesia, khususnya bank pemerintah, harus kita akui hampir tak berfungsi. Kedudukannya sebagai pengawas terkesan hanya sebagai simbol. Masalahnya, mungkin, karena ketidaktahuan mereka akan hak dan kewajibannya yang spesifik. Soalnya, dunia perbankan mempunyai karakter bisnis yang khas, sehingga untuk memahaminya diperlukan pula pengalaman manajerial yang spesifik dalam jangka panjang. 3. Kebocoran pada sektor perbankan di Indonesia, menurut saya, sebenarnya relatif sama dengan kebocoran di bidang lain. Hanya saja, dalam dunia keuangan satu rupiah saja hilang, langsung terlihat. Sebab, neracanya menjadi tidak seimbang. Berbeda dengan kebocoran pada aktivitas lainnya yang baru terlihat setelah melalui periode waktu yang lama, dan terkadang sulit dibuktikan dalam takaran nilai kuantum dan uang. 4. Rancunya misi perbankan di Indonesia juga merambah ke dunia pendidikan tinggi. Bidang studi perbankan tadinya ada di Jurusan Manajemen (Fakultas Ekonomi). Kemudian dialihkan di Jurusan Studi Pembangunan. Entah, apa alasannya. Mungkin untuk lebih menekankan fungsi bank sebagai agen pembangunan ketimbang unit usaha. DR. HARRY SUSATYO Direktur Banking Business Institute Jalan Buah Batu 99 Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini