PEMAIN Puteri tahun 1975 memang pemain-pemain yang terkuat dewasa ini. Dominasi mereka yang sudah bertahun-tahun membuktikan ini semua. Karena dominasi yang riil inilah menyebabkan mereka begitu-begitu saja. Soalnya memang sedikit pelik. Materi pemain wanita di Indonesia ini tidak banyak dan sepuluh tahun terakhir ini cuma bertambah dua pasang dari Manado. Dari kira-kira tigapuluh pasang di seluruh Indonesia ini, tipe permainannya tak berkembang dan pola penggarapannya tidak pernah maju. Karena itu, team yang sekarang adalah yang terbaik dari yang tidak baik. Dari jumlah yang tak banyak itu, sisa dua orang saja yang termasuk cukup baus, yaitu Ny.Laya dan Ny.Tobing. Tapi mereka berpasangan justru dengan pemain yang di bawah ukuran sedang. Pemain-pemain ini tampaknya tidak pernah maju dan berkembang,karena lebih banyak segi santainya daripada pola teknik bermainnya. Karena itu, mereka praktis tidak mengenal strategi dan taktik bermain, baik datam memainkan kontrak, maupun sebagai defender. Di bawah ini terdapat sebuah distribusi melawan Jepang: di mana duduk di ruang terbuka pasangan Ny. Hartono/Linda Sitompul dan di ruang tertutup pasangan Ny. Suparto/Ny. Rasad. Utara S-A5 Q-987 D-K9872 C-Q5 Barat Timur S-QJ10864 S-3 r H- 104 H-K653 D-54 D-AJ3 C-984 C-KJ1073 Selatan S-K972 H-AJ2 D-Q106 C-A62 Jalannya penawaran Ruang Terbuka Ruan Tcrtut U T SBU T S B - 2C PP- 1H X P 2D P 3CP2NT P 3NTP 3H P 4HPsemua Pass. Waktu Timur lead dengan S 3, maka Ny. Hartono mengambil dengan S -A. Kunci wasiat permainan ini adalah melokalisir di mana adanya D J. Kunci ini ditempatkan salah, sehingga kontrak gugur tiga. Sedangkan di ruang tertutup. Ny. Rasad lead dengan C-J, yang dimenangkan dengan C-Q,lalu memainkan D kecil ke arah D-10. Kontrak bikin 5 dan kita kalah total 14 IMP. Dari sistim penawaran dan teknik bermain, tampaknya pemain puteri Indonesia ini lemah. Sedangkan defender Ny. Rasad memang terlalu riskan, yang kemudian toh tergantung kepada dapat tidaknya pemain Jepang ,mencari kunci wasiat yang di sini berupa D-J. Lain halnya dengan distribusi di bawah ini, ketika berhadapan dengan Pilipina. Utara S-void H-62 D-1086 C-AKQJ87 52 Barat Timur S-Q1083 S-AKJ7542 H-A53 H-1094 D-KQ9 D-532 C-964 C-void Selatan, S-96 H-KQJ87 D-AJ74 C-103 Di ruang terbuka, pasangan Pilipina membuka dengan 3C yang oleh Ny. Syarif dijawab dengan 3S dan Selatan 4C serta Ny. Wibowo masuk ke 4S. Tapi pasangan Pilipina menaikkan kontrak SC yang didobel oleh Ny. Wibowo. Kontrak selalu bikin, bagaimanapun tajamnya defender. Indonesia-950. Di ruang tertutup, pasangan Ny. Hartono/Linda Sitompul pas terus, sehingga ketika Timur membuka dengan 3S, oleh Barat ditutup ke 4S tanpa ada gangguan. Kontrak bikin kita ka]ah 420. Total kalah 161MP. Dari dua distribusi di atas yang justru dijadikan bahan siaran oleh panitia, memperlihatkan kepada kita kelemahan sistim penawaran dan defender dari Team Puteri kita. Kelemahan ini bukannya tidak diketahui oleh Komisi Tekhik Gabsi serta pengamat bridge Ibukota sehingga sebelum berangkat ke Bangkok tawaran untuk melatih mereka yang juga diminta oleh pemain justru ditolak oleh NPC Yan Raturandang. Kita tidak memahami ini, apalagi penunjukan NPC waktu itu dengan jaminan untuk ke luar sebagai juara. Namun demikian, NPC Yan Raturandang yang dalam tulisan pertama saya sebut seakan-akan didikte oleh pemain telah menimbulkan purbasangka. Maksudnya ialah, bahwa NPC tidak dapat berbuat banyak, tidak dapat berbuat sebaik mungkin, karena ulah pemain yang memaksa NPC untuk tiada pilihan lain, selain menuruti kondisi pemain waktu itu. Para pemain memang sudah kehilangan gairah bermain. Apa sebabnya? Sebuah misteri telah lahir dan sukar diselami. Karena itu pendapat Ny. Sumitro, salah seorang pengurus Ikatan Bridge Wanita Indonesia, agar penetapan partnership perlu penunjukan, merupakan fikiran yang perlu dipertimbangkan masak-masak. Kunci wasiat kali ini ada di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini