Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Mesir & Kita Persamaan & Perbedaan

Persamaan Mesir dengan Indonesia adalah menganut kebijaksanaan penanaman modal asing. Perbedaannya yaitu birokrasi Mesir sangat kuat, di Indonesia birokrasi masih sedikit, tapi perbedaan ini mengecil.

10 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA beberapa persamaan antara perkembangan keadaan di Mesir dan negeri kita dewasa ini. Perbedaan yang terdapat dalam hal-hal yang di luar tampak sama penting untuk dikaji, sebagai salah satu alat pengukur efektivitas kerja yang kita lakukan sebagai bangsa. Mesir dewasa ini sedang berada pada tahap konsolidasi perekonomiannya yang sejak beberapa tahun belakangan ini menganut kebijaksanaan 'pintu terbuka' bagi modal asing. Sama juga halnya dengan pemerintahan kita, pemerintahan Presiden Sadat harus bergulat dengan beberapa masalah dasar yang memerlukan pemecahan segera: penyediaan kebutuhan pokok setelah sekian lama dilalaikan oleh perekonomian sosialistisnya mendiang Presiden Nasser. Bagi Presiden Sadat, masalahnya memiliki urgensi lebih besar lagi, karena rasa tidak senang kepada politik perdamaiannya dengan Israel tidak dapat dibiarkan menjadi sumber sengketa politik lebih dahsyat, kalau dibiarkan bergabung dengan issue langkanya kebutuhan pokok. Demonstrasi menuntut pangan sebelum persetujuan Camp David saja sudah sulit ditangani, apalagi kini, setelah dua kali Perdana Menteri Israel Manachem Begin ke Mesir dan Sadat sendiri ke Jerusalem. Demikian pula, serangkaian keadaan tidak menguntungkan harus dihadapi sebagai kenyataan: laju pertumbuhan penduduk yang sangat besar, masih terbatasnya kemampuan mengembangkan industri menengah, dan sektor pedesaan yang masih belum mampu menyediakan pangan, dan seterusnya. Pada deretan hal-hal yang tidak menguntungkan itu harus ditambahkan pula belum adanya konsensus nasional tentang orientasi pembangunan yang diingini. Dua faktor utama menunjukkan perbedaan menyolok dalam persamaan keadaan antara Mesir dan kita. Yang pertama adalah alotnya birokrasi di sana untuk diarahkan kepada kebutuhan membangun. Terlepas dari perbaikan kecil di sana-sini, birokrasi Mesir telah membengkak dan mengeras begitu rupa, sehingga ia justru merupakan ancaman terhadap keberhasilan pembangunan. Faktor lain juga tampak menyolok: kurang mampunya sektor nonpemerintah untuk melakukan hal-hal berarti di tingkat bawah, sehingga semakin hari semakin terasa tingginya laju proses 'penegerian' kehidupan sosial-ekonomi secara menetap dan menipisnya kemampuan pihak nonpemerintah untuk melakukan pengawasan atas birokrasi. Salah satu bukti dari kenyataan ini adalah tidak berlanjutnya dengan memuaskan prakarsa Presiden Sadat untuk memulai demokratisasi kehidupan politik di Mesir sejak tahun 1975. Gagasan Sadat semula adalah menciptakan beberapa partai politik, ada yang memerintah dan ada yang menjadi oposisi loyal. Kini gagasan itu mengalami ujian berat. Partai Wafd di bawah Fuad Sirageldine membubarkan diri daripada 'diatur' terus-menerus oleh pihak yang memerintah. Kelompok moderat dalam Partai Aksi Sosialis pimpinan Ibrahim Shukri terjepit oleh unsur-unsur keras, yang menginginkan perlawanan lebih konsisten terhadap campur-tangan aparat pemerintah dalam kehidupan politik mereka. Front Progresif Nasional yang menghimpun sekian banyak tokoh-tokoh kiri, dari yang Marxis-Leninis tulen hingga yang dinamai 'muslim kiri' (yasari dini), juga mengalami tekanan-tekanan berat dari partai-nya Sadat, Partai Demokrat Nasional. Khalid Muhyiddin, pemimpin Front tersebut, lang dulunya menjadi sesama anggota teras bersama Sadat dalam gerakan Opsir Merdeka yang menumbangkan monarki dalam tahun 1952, kini mendapati ruang gerak partainya semakin lama semakin mengecil, hingga ia menghentikan penerbitan organ mingguan front-nya itu, Al-Ahrar. Ternyata banyak yang dapat dipelajari dari keadaan Mesir kini. Yang terpenting adalah keharusan menghentikan pemekaran kekuasaan birokrasi pemerintahan, karena ia akan membawa kepada penghancuran krativitas sektor nonpemerintah. Padahal tanpa pertisipasi nyata dari sektor ini, pembangunan politik yang demokratis tidak akan terlaksana. Sedangkan pembangunan politik akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan di bidang lain. Syukurlah, sedikit banyak ada perbedaan antara bangsa kita dan bangsa Mesir dalam hal ini. Walaupun perbedaan ini semakin hari juga semakin mengecil--karena birokrasi pemerintahan di negeri kita semakin hari juga semakin membengkak ukuran dan kekuasaannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus