ADA beberapa persamaan antara perkembangan keadaan di Mesir dan
negeri kita dewasa ini. Perbedaan yang terdapat dalam hal-hal
yang di luar tampak sama penting untuk dikaji, sebagai salah
satu alat pengukur efektivitas kerja yang kita lakukan sebagai
bangsa.
Mesir dewasa ini sedang berada pada tahap konsolidasi
perekonomiannya yang sejak beberapa tahun belakangan ini
menganut kebijaksanaan 'pintu terbuka' bagi modal asing. Sama
juga halnya dengan pemerintahan kita, pemerintahan Presiden
Sadat harus bergulat dengan beberapa masalah dasar yang
memerlukan pemecahan segera: penyediaan kebutuhan pokok setelah
sekian lama dilalaikan oleh perekonomian sosialistisnya mendiang
Presiden Nasser.
Bagi Presiden Sadat, masalahnya memiliki urgensi lebih besar
lagi, karena rasa tidak senang kepada politik perdamaiannya
dengan Israel tidak dapat dibiarkan menjadi sumber sengketa
politik lebih dahsyat, kalau dibiarkan bergabung dengan issue
langkanya kebutuhan pokok. Demonstrasi menuntut pangan sebelum
persetujuan Camp David saja sudah sulit ditangani, apalagi kini,
setelah dua kali Perdana Menteri Israel Manachem Begin ke Mesir
dan Sadat sendiri ke Jerusalem.
Demikian pula, serangkaian keadaan tidak menguntungkan harus
dihadapi sebagai kenyataan: laju pertumbuhan penduduk yang
sangat besar, masih terbatasnya kemampuan mengembangkan industri
menengah, dan sektor pedesaan yang masih belum mampu menyediakan
pangan, dan seterusnya. Pada deretan hal-hal yang tidak
menguntungkan itu harus ditambahkan pula belum adanya konsensus
nasional tentang orientasi pembangunan yang diingini.
Dua faktor utama menunjukkan perbedaan menyolok dalam persamaan
keadaan antara Mesir dan kita. Yang pertama adalah alotnya
birokrasi di sana untuk diarahkan kepada kebutuhan membangun.
Terlepas dari perbaikan kecil di sana-sini, birokrasi Mesir
telah membengkak dan mengeras begitu rupa, sehingga ia justru
merupakan ancaman terhadap keberhasilan pembangunan. Faktor lain
juga tampak menyolok: kurang mampunya sektor nonpemerintah untuk
melakukan hal-hal berarti di tingkat bawah, sehingga semakin
hari semakin terasa tingginya laju proses 'penegerian' kehidupan
sosial-ekonomi secara menetap dan menipisnya kemampuan pihak
nonpemerintah untuk melakukan pengawasan atas birokrasi.
Salah satu bukti dari kenyataan ini adalah tidak berlanjutnya
dengan memuaskan prakarsa Presiden Sadat untuk memulai
demokratisasi kehidupan politik di Mesir sejak tahun 1975.
Gagasan Sadat semula adalah menciptakan beberapa partai politik,
ada yang memerintah dan ada yang menjadi oposisi loyal. Kini
gagasan itu mengalami ujian berat. Partai Wafd di bawah Fuad
Sirageldine membubarkan diri daripada 'diatur' terus-menerus
oleh pihak yang memerintah. Kelompok moderat dalam Partai Aksi
Sosialis pimpinan Ibrahim Shukri terjepit oleh unsur-unsur
keras, yang menginginkan perlawanan lebih konsisten terhadap
campur-tangan aparat pemerintah dalam kehidupan politik mereka.
Front Progresif Nasional yang menghimpun sekian banyak
tokoh-tokoh kiri, dari yang Marxis-Leninis tulen hingga yang
dinamai 'muslim kiri' (yasari dini), juga mengalami
tekanan-tekanan berat dari partai-nya Sadat, Partai Demokrat
Nasional. Khalid Muhyiddin, pemimpin Front tersebut, lang
dulunya menjadi sesama anggota teras bersama Sadat dalam gerakan
Opsir Merdeka yang menumbangkan monarki dalam tahun 1952, kini
mendapati ruang gerak partainya semakin lama semakin mengecil,
hingga ia menghentikan penerbitan organ mingguan front-nya itu,
Al-Ahrar.
Ternyata banyak yang dapat dipelajari dari keadaan Mesir kini.
Yang terpenting adalah keharusan menghentikan pemekaran
kekuasaan birokrasi pemerintahan, karena ia akan membawa kepada
penghancuran krativitas sektor nonpemerintah. Padahal tanpa
pertisipasi nyata dari sektor ini, pembangunan politik yang
demokratis tidak akan terlaksana. Sedangkan pembangunan politik
akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan di bidang lain.
Syukurlah, sedikit banyak ada perbedaan antara bangsa kita dan
bangsa Mesir dalam hal ini. Walaupun perbedaan ini semakin hari
juga semakin mengecil--karena birokrasi pemerintahan di negeri
kita semakin hari juga semakin membengkak ukuran dan
kekuasaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini