Kapal Lusitania Expresso yang membawa serombongan warga negara Portugal dan beberapa orang asing lainnya akhirnya gagal memasuki perairan Indonesia setelah dicegat oleh penjaga laut kita. Rombongan yang menamakan dirinya sebagai "Misi Perdamaian" itu, yang semula berkoar untuk mengambil segala risiko dalam upayanya masuk ke Indonesia (khususnya Dili, Timor Timur), ternyata hanya besar mulut saja dan segera "balik bakul" sebelum aparat keamanan kita bertindak lebih lanjut. Tapi benarkah misi ini gagal? Dari sisi "niat utamanya", melakukan tabur bunga dan berziarah ke makam Santa Cruz di Dili, memang mereka gagal. Tapi kita juga tahu bahwa tujuan misi ini sebenarnya bukan semata-mata untuk melakukan ziarah dan tabur bunga ke atas pusara para "pahlawan" mereka, terutama yang menjadi kurban peristiwa 12 November 1991. Siapa pun patut menduga bahwa misi itu sebenarnya hanyalah ikamuflaser, dalam arti bukan tujuan sebenarnya. Sebab, siapa pun tahu bahwa misi mereka tidak mungkin berhasil. Misi ini lebih patut disebut sebagai sebuah puisi petualangan yang absurd dan konyol. Soalnya, bagaimana mungkin ada serombongan orang dan sebuah kapal dapat masuk ke wilayah suatu negara tanpa dilengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk memasuki wilayah suatu negara yang berdaulat. Apapun alasannya dan siapa pun orangnya tidak mungkin dibiarkan memasuki suatu negara tanpa dilengkapi persyaratan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan hukum internasional. Mereka tentu tahu tentang itu. Lalu apa sebenarnya tujuan mereka? Banyak sinyalemen mengatakan bahwa tujuan mereka hanyalah untuk memprovokasi pihak kita sambil berspekulasi: siapa tahu bisa lolos ke Dili. Dari sisi ini misi mereka tampaknya tidak gagal sama sekali. Mereka setidaknya telah berhasil membuat kita sibuk. Seperti kita ketahui, pemerintah , khususnya pihak keamanan, telah melakukan persiapan yang benar-benar maksimal guna menghadapi segala kemungkinan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah kita cukup serius menanggapi ulah mereka. Juga, kalangan masyarakat dan media massa pun ikut terbawa arus provokasi mereka. Kita lihat beberapa organisasi kemasyarakatan melakukan protes resmi. Media cetak dan elektronik membuat liputan tentang misi ini, boleh dikatakan agak besarbesaran. TEMPO sendiri dua kali menjadikan si Lusi ini sebagai laporan utama. Lengkap sudah atribut "kebesaran" misi Lusitania ini. WALUYO BASUKI Blok Z 2 Nomor 11 Pondok Kopi Jakarta 13470
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini