Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Mundur & maju

Ada orang yang lebih suka mundur daripada maju. seorang samurai memilih mundur (mati) daripada menanggung aib. raja edward viii mundur sebagai raja setelah kawin dengan janda wallis simpson.

26 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK seorang pun sudi beli mobil yang mundur terus, atau maju terus. Mobil sempurna adalah dia yang bisa mundur dan bisa pula maju, sesuai kebutuhan dan situasi. Lain perkara bila orang bermaksud usaha dagang atau berebut order seperti laron memburu lampu di musim penghujan. Pasti dibentuknya PT Maju, bukannya PT Mundur, lewat kalimat notaris yang tak mudah dipaham. Tapi, rupanya ada juga cucu Adam yang lebih gemar mundur daripada maju. Seorang samurai memilih mundur ke alam baka daripada menanggung aib. Bahkan seorang Menteri Perhubungan Jepang yang lebih pragmatis pilih turun dari kursi ketika pesawat pengangkut sipil jatuh berdebam di tengah hutan. Seakan solider dengan sepupunya. Seorang Menteri Israel mundur hanya karena koran menghubung-hubungkan namanya dengan korupsi. Sungguh rapuh Yahudi itu, apa sih pentingnya korupsi itu? Begitu pula tuan P Menteri Britania itu: apakah pembesar tidak diperkenankan terlibat skandal seks? Bagaimana mungkin Inggris yang sanggup menginjak beratus juta batang leher India bisa tertangkap hansip karena pelacur? Oleh karena sekolah itu macam-macam, produknya pun aneka ragam. Contoh riilnya Gamal Abd. Nasser, anak kelahiran Bani Mur, lulusan Akademi Militer Kerajaan. Dihinggap malu kegagalan Perang 1967, anak Arab jempolan ini pilih mundur dari presiden, terpikat pepatah Melayu "daripada hidup berputih mata mending mati berkalang tanah". Hanya rakyat Mesir yang menjerit jerit: Jangan ya Gamal, janganlah kau mundur! Menurut kabar, bila berniat keledai maju ke depan, tarik buntutnya mundur. Keledai itu dungu, tiga kali lipat dungunya dari angsa. Terbukti info itu tidak sepenuhnya benar. Seseorang coba tarik buntut keledai binatang itu benar-benar mundur semundur-mundurnya hingga kejeblos ke comberan. Di dunia yang sudah begini komplek, satu-dua keledai memiliki kelainan sendiri yang perlu diperhitungkan oleh lembaga semacam Lipi. Yang betul-betul mundur tidak mencla-mencle begitu keputusan diambil adalah Raja ldward VIII, sinuhun Inggris Raya dan Irlandia Utara. Tak ada mendung tak ada hujan kabut tak biasanya menjauh dari London, bulan November 1936 Perdana Menteri Stanley Baldwin terperanjat seperti ada orang meninju punggungnya dari belakang: sang raja merangkap kepala gereja bertekad bulat mengawini janda 2 x cerai Wallis Simpson yang kerempeng. Edward betul-betul mundur dan betul-betul kawin, hingkang ke Paris menjinjing kopor. Tak banyak lagi raja di bumi, tapi lebih tak banyak lagi raja yang minggat dari mahligai tanpa disorong revolusi apa pun juga. Wallis Simpson sudah menekuk seekor singa. KALAU saja tak keliru raba, jangan-jangan Edward VIII ini tergolong Sukarnois tulen, semata-mata karena terpikat semboyan penuh sambaran api "Maju terus pantang mundur!" Dan bisa juga kena pukauan -- kalau saja yang dipertuan paham Jawa -- "Rawe-rawe rantas malang-malang putung". Berhubung cinta itu sama perkasanya seperti gelombang ataupun setan, hanya orang macam Nietzsche atau Kropotkin yang sanggup menepisnya ke pinggir hanya dengan kelingking. Bila kekuasaan dan tata sosial dianggap angin oleh nihilis dan anarkis ini, apa pula artinya seorang Wallis Simpson? Sekarang tiba giliran berandai-andai! Andaikata. Andaikata Edward Albert Christian George Andrew Patrick David alias Edward VIII ini iseng-iseng di atas geladak selaku laksamana armada baca tulisan Cina gunung Mao Zhedong, barangkali jalan cerita akan lain. Khusus kalimat "Mundur selangkah untuk maju dua langkah". Bukan mustahil tahtanya bisa selamat. Akan bagaimana halnya sang janda, bukanlah menjadi urusan saya. Itu urusan Biro Konsultan. Berat dugaan, justru sempat terbaca oleh Idham Chalid, entah di mana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus