Akhir-akhir ini, wabah musik rap menggejala di Indonesia dan menyerang artis-artis kita (TEMPO, 11 Mei 1991, Musik). Saya sependapat dengan Bung Iwan Fals, yang trenyuh melihat orang-orang mudah sekali terbawa oleh mode musik Barat itu. Lalu, di mana daya kreativitas artis dan musisi-musisi kita kalau hanya bisa meniru dan mendompleng musik yang lagi mode? Pada 1989-1990, banyak artis kita yang hijrah ke musik dangdut, karena waktu itu musik dangdut sedang menjadi mode. Dengan lari ke musik dangdut, penyanyi mengharapkan dirinya cepat mendapatkan uang dan terkenal. Usai masa dangdut itu, kini muncul musik rap, lalu artis-artis melirik ke ladang baru itu. Tapi, anehnya, TVRI sering menayangkan penyanyi-penyanyi ini. Apalagi RCTI dan SCTV langsung menayangkan dari penyanyi Baratnya, seperti M.C. Hammer dan Vanila Ice, yang penampilan mereka dalam membawakan lagu diselingi dengan background yang busananya sangat tidak enak dan tidak layak ditonton oleh kita sebagai orang Timur. Memang tak semua artis kita terbawa arus. Kita bersyukur masih memiliki penyanyi, seperti Franky & Jane, Ebiet G. Ade, dan Iwan Fals yang, insya Allah, tidak akan mengikuti mode dari luar. Kenapa penyanyi seperti Franky & Jane (dengan nyanyian alamnya) dan Iwan Fals (dengan kritik sosialnya), yang mempunyai kepedulian terhadap bangsanya, kurang ditampilkan di TVRI dan TV swasta? Akan dikemanakan musik kita ini? A. DARMANSYAH Jalan Sunan Giri XV No. 17 Gresik Jawa Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini