Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun 1975 baru 10.000 orang Israel di Tepi Barat. Sekarang sudah ada 225.000 disana, ditambah 200.000 lagi di Yerusalem Timur."
William B. Quandt
Blair mengajak Bush membuka lagi perundingan damai Israel-Palestina. Hanya Amerika yang bisa menekan Israel untuk memberikan konsesi kepada pemimpin baru Palestina. Konsesi penting untuk memperkuat kehadiran pemimpin Palestina yang moderat pada masa pasca-Arafat. Jawaban Bush atas ajakan Blair yang itu-itu juga: pemerintah AS tidak akan mengubah haluan kebijakannya di Timur Tengah, tidak akan melunakkan tuntutannya agar Palestina berbuat lebih banyak untuk membentuk lembaga-lembaga sipil, melakukan reformasi sistem keuangan dan politik, serta melucuti dan menangkap kelompok militan yang melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap warga Israel.
Apa yang bisa didamaikan dalam perang yang dibiarkan setengah abad lebih lamanya, dan membunuh berpuluh ribu jiwa? Siapa bisa mengubah bubur menjadi nasi?
Israel adalah produk Kongres Zionis pada 1897. Para penggagasnya sekuler. Bayangan mereka tentang tanah air Yahudi jelas religius. Bayangan ini diperjelas setiap kali Israel berperang. Sejak 1948, setiap kali perang dan menang, setiap kali pula merebut tanah orang. Kemenangan Israel dalam perang 1948 menghasilkan isolasi dataran tinggi Palestina Tengah dari tanah pertaniannya yang subur, dan pasarannya di pantai dan pusat-pusat perkotaan.
Kemenangan Perang Enam Hari pada 1967 ditindaklanjuti konsolidasi subordinasi ekonomi Palestina pada ekonomi Israel secara sistematis dan bertahap. Seluruh transaksi tanah dan bangunan, seluruh pemanfaatan penggunaan air dan segenap sumber alam harus seizin penguasa militer. Kewenangan menyita tanah, izin perbankan, dan pengaturan administrasi dewan kota dan desa sepenuhnya di tangan penguasa militer. Sekaligus dengan perangkat peraturan militer ini diberlakukan juga kartu pengenal, pas jalan, SIM, dan izin praktek profesi.
Tanah yang tadinya merupakan milik penduduk Palestina harus diserahkan kepada Dewan Permukiman Yahudi. Hukum pertanahan diubah untuk memungkinkan perusahaan asing membeli tanah Palestina. Yang dimaksudkan hukum dengan istilah "asing" adalah "Israel". Pada saat kekuasaan militer dialihkan kepada pemerintahan sipil, di daerah pendudukan berlaku dua sistem hukum: hukum Israel buat pemukim Yahudi di Gaza dan Tepi Barat; hukum Palestina untuk penduduk Arab. Sejak 1981, dilaksanakan tahap konsolidasi penguasaan atas tanah yang disita penguasa militer Israel.
Menurut hasil penelitian yang dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia dan Ford Foundation (FAFO), tanah sitaan pada 1992 sudah mencapai 60 persen dari Tepi Barat dan Gaza. Wilayah Palestina pra-1967 sudah dipecah jadi empat daerah tertutup: Tepi Barat Utara (Distrik Nablus, Ramallah, dan Tulkarem), Tepi Barat Selatan (Hebron dan Betlehem), Gaza, dan Yerusalem. Orang tidak bisa bebas berkunjung dari daerah yang satu ke daerah yang lain tanpa pas jalan. Kemudian dilaksanakan empat macam kebijakan yang sangat menekan kehidupan orang sehari-hari: penahanan administratif, tahanan rumah atau kampung halaman, penyitaan tanah, dan pembongkaran rumah tinggal.
Menurut penelitian FAFO sejak 1987 hingga 1992, sudah 15.240 orang Palestina yang dikenakan penahanan administratif. Dalam periode yang sama, tidak kurang dari 36 ribu hektare tanah disita dan 2.193 rumah dibuldoser menjadi rata dengan tanah di depan penghuninya. Dari jumlah rumah yang dihancurkan itu, hanya 35 persen yang beralasan sekuriti. Menurut laporan FAFO, penghancuran rumah tinggal lebih ditujukan untuk mencegah ekspansi perumahan daripada sanksi atas kegiatan politik.
Perlu diingat bahwa Israel, yang dipropagandakan sebagai satu-satunya negara yang demokratis di Timur Tengah, melakukan semua itu secara yuridis-formal atas persetujuan dewan perwakilan rakyatnya. Semua pihak di Israel tersangkut dalam upaya de-Arabisasi Palestina. Hadapkan sejarah kolonisasi selama 50 tahun itu dengan tuntutan minimum pejuang Palestina: kembalikan tanah Palestina pra-1967, kosongkan kamp pemukiman Yahudi di Gaza dan Tepi Barat, berikan hak para pengungsi untuk pulang ke kampung halaman, dan ibu kota negara Palestina di Yerusalem Timur. Konsesi maksimal Israel tidak memenuhi tuntutan minimal Palestina, tidak di Oslo, tidak di Camp David, dan tidak dalam tawaran Ehud Barak. Sementara itu, orang berbicara tentang kemungkinan damai di Palestina.
Perdamaian Israel-Palestina terjepit antara posisi-posisi yang diambil berbagai pihak yang berkepentingan. Sharon sedang main cerdik-cerdikan dengan trik PR penarikan militer dan permukiman Yahudi dari Gaza untuk menimbulkan kesan kepada dunia bahwa Israel mau damai. Alasan yang sebenarnya adalah bahwa permukiman di Gaza sulit dilindungi. Karena itu, konsentrasi pengembangan permukiman Yahudi dipindahkan ke Tepi Barat. Jumlahnya diperluas, tembok "apartheid" pemisah Yahudi dari Arab terus dibangun. Negara Arab tetangga Palestina lepas tangan. Mungkin sudah bosan kalah perang terus dengan Israel. Mungkin juga karena mengerti bahwa Barat menggunakan dan membiarkan kekerasan untuk mempertahankan hegemoni militer Israel di Timur Tengah.
Gerakan pembebasan Palestina terbelah antara yang sekuler dan yang Islamis, antara generasi intifadah dan generasi Arafat. Dulu, karisma Yasser Arafatlah yang meredam rangkaian konflik itu. Arafat sudah mati, sedangkan Abu Mazen hanya berhasil meraih suara 2 persen dalam pemilihan Presiden Otoritas Palestina. Para pengamat cemas bahwa yang akan menang dalam pemilihan pengganti Arafat adalah mereka yang bergaris keras. Tony Blair butuh sukses setelah kegagalannya di Irak; ia berambisi mengajak Eropa menggagas perdamaian di Timur Tengah. Di lain pihak, Eropa bertahan dalam banyak kritik, sedikit berbuat. Tinggal Amerika yang, betapapun kecilnya, masih dititipi harapan dunia agar berani memenangkan perdamaian. Orang berdoa agar Bush bisa disadarkan bahwa politik pilih kasihnya dalam konflik Israel-Palestina merupakan lawan terbesar dalam perang totalnya terhadap terorisme.
Berbagai kalangan berpendapat bahwa Bush tidak berkepentingan mendamaikan Israel dan Palestina. George Bush sama dengan Harry Truman, Presiden AS yang tanpa konsultasi dengan kabinetnya mengakui Israel 11 menit setelah proklamasi berdirinya negara itu. Bush dan Truman lahir dan dibesarkan di Sabuk Kitab Suci Amerika yang terbentang dari Texas ke utara dan timur melalui Kansas, Nebraska, Missouri, sampai Florida. Bush dan Truman keduanya khatam Kitab Suci tafsiran fundamentalis. Bush dkk. percaya bahwa Yesus tidak akan bangkit kembali sebelum orang Yahudi masuk Kristen. Dari Bible Belt Amerika, menderas gelombang upaya mengkristenkan Yahudi. Sedemikian suksesnya gelombang dakwah ini sehingga di Israel sendiri diberlakukan undang-undang yang melarang upaya Kristenisasi orang Yahudi. Yang melanggar undang-undang ini diancam hukum penjara satu tahun. Akhirnya, Bush dkk. juga percaya bahwa saat kembalinya Yesus sebagai juru penyelamat akan terjadi 2.000 tahun setelah kelahiran Nabi Isa. Karena saat lahirnya Nabi Isa masih diperdebatkan, maka ada konsensus Kristiani bahwa Mesias akan kembali antara tahun 2000 dan 2007. Untuk itu, bangsa Yahudi harus dimenangkan dulu, dan kemudian cepat-cepat dikristenkan (Perjanjian Baru, Kitab Matius 10:5 dan 23:39; Kitab Paulus, Roma I; Perjanjian Lama: Yehezkiel 38-39). Bush tidak sendirian berkepercayaan seperti itu. Di belakang kemenangannya, tahun ini berbaris 50 juta pemilih umat Gereja Southern Baptist dan Evangelis.
Posisi Amerika sebagai juru damai di Timur Tengah bergantung pada perkembangan kepribadian Bush di masa kepresidenannya yang kedua. Sistem Amerika tak memungkinkan perpanjangan jabatannya. Ketergantungannya pada lobi Yahudi dan barisan Kristen fundamentalis tidak seperti sebelum pemilihan presiden. Pada 2008, ia akan masuk kotak sejarah. Akankah ia dikenang sebagai negarawan pendamai, atau penginjil yang berperang tanpa kesudahan? Saya mencemaskan yang terburuk, sambil berharapan yang wajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo