Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mira Agustina sama sekali tak percaya bahwa suaminya, Al-Faruq, telah tewas diberondong senjata api di Irak. Mira bahkan menyebut berita ini sebagai propaganda Amerika Serikat. Tapi, tentu saja Mira berbicara dengan perasaannya, yang bisa jadi salah. Karena itu, ia meminta pemerintah mengirim jenazah suaminya ke Tanah Air. Selain untuk memberi kepastian bahwa itu benar suaminya, juga agar jenazah suaminya bisa dimakamkan di Indonesia. Ini memang cara paling sederhana untuk membuktikan bahwa Al-Faruq betul-betul telah tewas.
Namun, Badan Intelijen Negara (BIN) sangat yakin Al-Faruq telah tewas. Informasi itu diperoleh BIN dari juru bicara Resimen Kerajaan Pangeran Wales, Mayor Charles Burbridge. Al-Faruq telah lama lari dari penjara Badan Intelijen Amerika (CIA) di Bagram, Afganistan. Ia menyusup ke Irak. Konon ada ayahnya di sana. Ia diketahui keberadaannya oleh intelijen tentara Kerajaan Inggris di Basrah, kota kedua terbesar di selatan Irak. Sebanyak 200 tentara disiapkan untuk menggerebek Al-Faruq, yang kemudian tewas dengan empat tembakan. Sayangnya, Burbridge menolak menunjukkan foto orang yang tewas itu.
Benarkah itu Al-Faruq yang pernah diciduk oleh intel BIN di Bogor pada 5 Juni empat tahun lalu? Ini masih menjadi teka-teki. Meski pihak BIN sangat yakin hal itu, fakta yang mendukung keyakinan itu tidak ada, atau belum dibeberkan ke umum. BIN hanya berdasarkan informasi dari juru bicara tentara Inggris yang bertugas di Irak. Sedangkan tentara Inggris yang menembak ”teroris” itu tak pernah mengumumkan bagaimana wajah sang tertembak. Bahkan identitas lengkap pun tak diumumkan. Bagaimana bisa mencocokkan dengan Al-Faruq yang lari dari penjara CIA atau Al-Faruq yang tertangkap di Bogor?
Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri, Imron Cotan, juga mendapat informasi tewasnya Al-Faruq, pemimpin Al-Qaidah di Asia Tenggara itu. Cuma, Imron menyatakan pemerintah perlu mengklarifikasi kebenaran berita itu melalui saluran yang resmi, yakni Kedutaan Besar RI di Amman, Yordania. Ini dilakukan karena pemerintah belum menempatkan duta besar di Irak setelah militer Amerika Serikat menumbangkan pemimpin negeri itu, Saddam Hussein.
Pernyataan Imron penting untuk dijadikan pegangan bahwa secara formal yang tewas digerebek tentara Inggris di Irak Selatan itu belum tentu Al-Faruq, betapapun kecilnya kesalahan ini. Hal senada juga dikatakan pihak Polri, yang sejatinya masih perlu melakukan pengusutan atau sejenis klarifikasi tentang siapa sebenarnya yang tewas itu. Karena ini masalah penting, menyangkut terorisme yang nantinya berkait dengan melacak jaringannya, klarifikasi yang dilakukan secara resmi dan formal itu adalah keharusan. Jika perlu, melibatkan Mira Agustina, orang yang tentu paling mengenal wajah Al-Faruq karena Mira adalah istrinya yang sudah memberikan dua keturunan.
Adapun urusan akan dibawa ke mana jenazah Al-Faruq setelah terbukti dialah orangnya, tentu dokumen yang menyangkut identitas diri Al-Faruq harus diteliti dengan jelas, disertai dengan pelacakan bagaimana identitas diri itu diterbitkan. Seperti diberitakan, gembong teroris ini memiliki banyak paspor dari negara berbeda, bahkan KTP Indonesia juga ia miliki dengan nama yang berbeda-beda. Tapi, ini urusan nanti setelah semua menjadi jelas benarkah yang tewas itu Al-Faruq.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo