Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Planet Berkurang, Guru Minta Petunjuk

Pluto tak lagi dimasukkan dalam keluarga planet tata surya. Buku pelajaran astronomi untuk anak sekolah perlu segera direvisi.

4 September 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sebuah kelas sekolah menengah yang disebut favo­rit, sedang berlangsung pelajaran astronomi. Seorang guru dengan kalemnya mengajukan pertanyaan: ”Anak-anak, berapa jumlah planet yang ada dalam tata surya?” Seorang anak menjawab: ”Delapan.” Pak Guru langsung mengatakan salah. ”Ada yang bisa membetulkan?”

Semua anak diam. Pak Guru mengambil buku dan membacanya: ”Ada sembilan planet dalam tata surya kita. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Ingat baik-baik.” Murid saling berpandangan dan seseorang mengacungkan tangan. ”Pak Guru rupanya tidak pernah menonton televisi dan membaca koran. Para astronom dunia yang tergabung dalam Uni Astronomi Internasional sudah mengeliminasi Pluto se­bagai planet. Pak Guru ketinggalan informasi, nih….” Lalu, beberapa murid tertawa.

Tetap dengan kalem dan tidak marah ditertawakan, Pak Guru memberi wejangan panjang. ”Anak-anak, ini sekolah swasta, sekolah mahal kata orang. Sebagai guru, saya digaji besar, tentu saya membaca koran. Tetapi ini adalah negeri di mana keputusan benar dan salah tergantung pusat. Apalagi di negeri ini dikenal sistem UAN—Ujian A­khir Nasio­nal—yang soal-soalnya dibuat oleh pusat. Dalam membuat soal, panitia pusat berpedoman pada buku yang baku. Buku baku astronomi yang kita miliki belum mencoret Pluto sebagai planet. Butuh waktu lama untuk merevisi. Jadi, sebelum ada revisi di buku astronomi, kita harus menerima apa yang ada di buku lama. Anak-anak tentu ingin lulus UAN dan tak mau memilih ikut Kejar Paket C seperti kebanyakan anggota DPR itu, kan?” Murid-murid jadi diam.

Pembaca, ini tentu saja suasana kelas imajiner. Bisa jadi tak pernah ada, atau mungkin ada dengan versi yang tidak persis. Pluto dikeluarkan dari kriteria planet dan kita tiba-tiba jadi kelabakan. Tak terbayang sebelumnya keberadaan planet di tata surya ternyata bisa dieliminasi, seperti halnya peserta konser AFI atau Indonesian Idol. Cuma, yang menggugurkan Pluto sebagai planet bukanlah pulsa telepon yang disalurkan lewat SMS, melainkan voting para astronom sejagat yang berkumpul di Praha.

Dengan demikian, buku teks yang jadi pegangan meng­ajar astronomi memang harus direvisi. Tak bisa hanya de­ngan menghapus kata Pluto dengan tip ex. Kepada murid harus diajarkan, kenapa dulu Pluto bisa masuk dalam kate­gori planet, dan kenapa kini dieliminasi. Atau kalau pa­kai istilah olahraga, kenapa Pluto mengalami degradasi dari planet biasa menjadi ”planet kerdil”. Sejarah penemuan Pluto pada 1930 oleh Clyde Tombaugh, yang baru berusia 24 tahun, juga harus tetap dijadikan bahan bacaan yang menarik. Termasuk asal-usul pemberian nama Pluto, dewa Romawi purba, yang di Vietnam kata itu berarti Penjaga Neraka atau di Korea berarti Raja Kematian.

Kita kelabakan karena urusan ajar-mengajar sangat bergantung pada pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Guru bisa saja menerangkan dengan rinci sejarah ditemukannya Pluto sampai planet ini ”dibuang”, tetapi buku standar untuk mengajar dan kelulusan siswa tergantung pemerintah pusat. Birokrasi ini harus dipangkas secepatnya, bahkan perdebatan tentang perlu-tidaknya UAN bisa dibuka kembali. Jangan sampai terjadi, jika seorang murid bertanya ada berapa planet sekarang ini, Pak Guru menjawab: ”Belum ada petunjuk dan keputusan dari Menteri Pendidikan Nasional.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus