Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Polusi moral: akibat film dan media massa?

27 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tulisan ini lahir dari keprihatinan diri yang berkepanjangan. Saya hanya sekadar mengingatkan instansi yang terkait dengan masalah perfilman dan media massa, atas meningkatnya kasus kriminal. Sekarang, menurut saya, terjadi polusi moral akibat berbagai poster dan adegan film yang tidak senonoh. Selain itu, juga kalimat-kalimat nakal dari beberapa koran mingguan dan majalah tertentu yang menampilkan pose-pose yang kelewat minim dengan dalih mode. Begitu pula beredarnya bacaan-bacaan cabul di kalangan masyarakat. Dalam hal ini, Badan Sensor Film dan bagian dari Departemen Penerangan yang mengeluarkan SIUPP mohon bertindak tegas dan bijaksana untuk mencegah menjalarnya virus-virus amoral yang disebabkan oleh faktor di atas. Juga masyarakat yang masih men- cintai kebenaran moralitas. Dari berbagai kasus perkosaan, per- zinaan, dan pembunuhan, terungkap bahwa pelakunya mengaku ber- buat kekerasan dan kekejian karena awalnya tergoda oleh adegan dan gambar cabul. Yang memprihatinkan, polusi moral itu sekarang bukan hanya monopoli orang kota besar, tapi radiasinya telah menyusup sampai ke pelosok-pelosok negeri ini. Itu terlihat adanya kasus kawin tengik -- hamil sebelum nikah -- yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Yang paling mengerikan adalah kekejian pembunuhan terhadap janin-janin calon bayi akibat pergaulan bebas di kalangan kaum muda. Kalau saja janin-janin itu bisa berkata, ia akan protes, "Papa, Mama mengapa begitu tega memperlakukan saya seperti itu? Bukankah saya punya hak dan kewajiban hidup seperti Papa dan Mama juga?" Kalau kita sangat mempedulikan pencemaran lingkungan, mengapa dalam hal pencemaran moral kita diam, seakan-akan kita impoten. Bila di lingkungan hidup ada Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), barangkali di bidang moral perlu ada Amdam (Analisa Mengenai Dampak Moral). Mumpung penyakitnya belum sampai taraf stadium akut. Bukankah dampak pencemaran moral lebih mengerikan? Sebab, manusia yang tercemar bisa berbuat keji dan kesetanan. Mengapa kita diam melihat kekejian menjalar ke mana-mana? Ini salah siapa? Ini dosa siapa? Mari kita berkaca pada nurani yang bening. Semoga Tuhan memberikan petunjuk yang benar bagi kita semua. TOTOK WIBOWO Bagian Produksi Pertamina UEP IV Tanjung Kalimantan Selatan 71571

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus