Tvri: optimalkan iklan

Malang benar nasib TVRI. Sementara televisi swasta sibuk meng- hadirkan pentas dunia, TVRI malah sibuk dengan pengadaan dana. Keprihatinan ini datang setelah saya membaca tulisan "TVRI: Kaya Beban" (TEMPO, 6 Juli 1991, Laporan Khusus). Bagaimana sebuah instansi besar pembawa pesan-pesan pem- bangunan harus beroperasi dengan dana Rp 70 milyar (1990)? Tentu ini gambaran sebuah kehebatan dan sekaligus keprihatinan. Hebatnya TVRI masih mampu melaksanakan tugas dan berusaha meningkatkan mutu siaran. Prihatinnya, mengapa TVRI harus beroperasi dengan dana yang kecil, sedangkan beban tanggung jawabnya besar. Sementara itu, pada televisi swasta terjadi sebaliknya. Saya pikir dengan kondisi seperti ini, sudah saat- nya giliran TVRI mendapat angin segar. Tak perlu malu mengenang masa-masa jaya "Manasuka Siaran Niaga". Saya tidak bermaksud agar TVRI kembali ke pola acara "Manasuka Niaga". Yang saya maksud adalah, iklan tersebut dapat disalurkan lewat acara-acara kuis seperti Serba Prima atau Gita Remaja. Tak perlu pula malu-malu memasang logo suatu produk industri tertentu. Tapi, dengan syarat, tetap menjaga bobot dan gengsi acara tersebut. Cara ini tak ada salahnya kalau dioptimalkan, agar iklan tidak hanya Rp 1,5 milyar (iklan "terselubung"). TJATUR H . Mahasiswa Unpar Bandung