Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Riau: Juga Soal Bis Air

Ediruslan Pe Amanriza berkomentar bahwa bis air ternyata kurang sesuai dengan kondisi perairan di Riau. Pedagang-pedagang lebih baik menumpang perahu bermotor seperti biasa.

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TULISAN William Embang dalam Rubrik Komentar, TEMPO No. 31 Thn. VIII, 30 September 1978, tentang bis air yang kurang cocok untuk kondisi perairan (sungai) di Kalimantan, menarik perhatian. Sebab Riau pun, dengan kondisi perairan (terutama sungai) seperti yang kita dapati sekarang ini, akan menghadapi masalah dan hambatan yang kurang lebih tak banyak bedanya. Malah pada beberapa hal di perairan (sungai) tertentu di Riau kehadiran bis air ini terasa "menggelikan". Menurut buku petunjuk yang dikeluarkan LLSADF Riau, dan dibagi-bagikan ketika meresmikan pemakaian bis air itu di Pekanbaru bulan Agustus lalu, ada tiga jaringan perjalanan yang akan ditempuh bis air kita yang molek itu: A. Sungai Rokan dengan rute Sinaboi, Bagansiapi-api hingga Pasir Pengaraian di pedalaman, pp. B. Sungai Siak dengan rute Pekanbaru, Okura, Perawang, Buatan, Siak, barangkali juga hingga ke Selat Panjang dan Bengkalis, pp. C. Sungai Inderagiri dengan rute Taluk Kuantan, Rengat, Tembilahan hingga ke Pasir Ringgit (Air Molek) pp. Kemudian mari kita telaah hambatan yang akan dihadapi: Ad. A. Sepanjang pengetahuan saya, Sungai Rokan bukanlah sungai yang dapat dilayari sambil bersiul-siul oleh jenis kendaraan air semacam bis yang 200 juta ini hingga ke pedalaman. Sebab: 1. Alur sungai yang selalu berpindah-pindah terutama di bagian muara, sebagai akibat air pasang yang membawa lumpur yang entah dari mana itu. Proses ini telah terjadi puluhan tahun. Alur sungai tidak saja berpindah-pindah dalam jarak waktu tertentu, tetapi juga kian menyempit dan daratan kian beringsut ke laut. Pelabuhan Bagansiapiapi terkepung daratan-daratan baru ini dan hanya bisa didekati ketika pasang penuh. 2. Sering terjadi pendangkalan (kerapkali kekeringan) terutama sekali di pedalaman. 3. Kotor, tidak saja permukaan tetapi terlebih-lebih simpang-siur dan silang sengketa tonggak di bawah air. Bila rute mau dipertahankan, barangkali hanya terbatas pada jaringan pelayaran: Sinaboi, Bagansiapiapi, Tanah Putih, Rantau Bais, Rangau, Si Arang-Arang hingga ke Pujut. Sedang dari Pujut hingga ke pedalaman (Pasir Pengaraian) baru bisa dilayari bis air yang sekaligus juga ampibi: sewaktu-waktu bisa mengeluarkan "roda" dan melacak dasar sungai yang dangkal/kering. Tetapi pun kalau rute itu disunat, bukan kesulitan selesai. Tambang (ongkos) terlalu tinggi: sekitar Rp 6000 s/d 8000. Umumnya penumpang perahu bermotor (jenis kendaraan air yang selama ini beroperasi di sepanjang sungai) adalah pedagang yang dikenal sebagai "pedagang berbelok", pedagang kecil yang berjaja pada hari-hari pekan di negeri-negeri yang saya sebut di atas. Mereka barangkali lebih baik menumpang perahu bermotor yang setia mengangkut mereka selama ini -- bukan saja bisa duduk, tetapi bisa pula meluruskan badan dengan santai. Kalau begitu keadaannya, bukankah bis kita yang 200 juta ini akan mengalami kerugian terus-menerus. Ada rute yang menarik -- ini kata saya saja -- yakni Dumai, Senaboi, Bagansiapiapi, Pulau Halang, Tg. Kubu, Panipahan, pp. Tapi saya ragu apakah bis kita mampu bersaing dalam masalah tambang dengan perahu brmotor, yang sudah menjalani rute itu dengan hanya Rp 1000 s/d Rp 2000 (Dumai-Bagansiapiapi) -- di samping ada pula yang hanya membayar dengan mengucapkan "hallo" saja. Sedang pada ad.B persis seperti yang ditulis Saudara William Embang dalam komentarnya. Sebab di Bagansiapiapi dan Pekanbaru pun ada industri kapal kayu dan perahu bermotor. Ad.C. Pada rute Taluk Kuantan-Rengat, orang lebih baik naik bis beneran. Cepat dan hemat. Sedang Rengat-Tembilahan, bis air ini akan bersaing dengan speed boat. EDIRUSLAN PE AMANRIZA Jl. Sudirman 163 Pekanbaru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus