Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Satu aspek pembreidelan koran

Pembreidelan 7 koran yang dilakukan pemerintah berarti hilang juga tujuh sarana katharsis sosial bagi masyarakat indonesia. katharsis diperlukan sebagai proses penyaluran keresahan jiwa.

18 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KORAN seperti juga teater, pembacaan sajak atau grup diskusi, biasanya diangap sebagai sarana komunikasi, tempat berita dan informasi lalu-lalang dari satu tempat ke tempat lain. dari satu orang ke orang laim Lewat koran pemerintah tahu apa yang bergolak di masyarakat, rakyat tahu apa yang diputuskan pemerintah, langganan tahu apa yang disiapkan penjual, dan yang butuh rekreasi tahu juga malam ini nonton apa di Gitabahari atau New Garden Hall. Tetapi lebih dari itu. koran dan sarana-sarana lain seperti tersebut di atas adalah juga sarana katharsis. Di situ sempat tersalur uneg-uneg, ketidak-puasan keresahan dan kritik. Semua beban jiwa yang menumpuk dan mengeras menjadi dynamit explosi, sudah encer sendiri karena sempat disalurkan tanpa kekerasan. Dengan itu sebetulnya diciptakan dua keuntungan sosial yakni tercegahnya proses menjadi mampatnya keresahan, dan dengan demikian terbebas juga orang-orang yang tidak puas dari suatu sikap reaksioner yang terus-menerus. Kiranya kita tak harus mendalami teori Freud tentang represi misalnya, hanya untuk memahami bahwa seberat-berat mata memandang lebih berat jiwa memikul. Manusia bukan lautan yang tanpa henti dapat menampung banjir sungai Brantas atau daerah Rembang yang mampu mengungsikan 18.140 penduduk. Mungkin kita lebih mirip sebuah gelas. Kalau beban masuk ke dalamnya, maka daya tampung selalu terbatas. Lebih dari itu air meluap dan meja makan jadi jorok. Kalau kita perhatikan ucapan Sudomo misalnya, maka alasan pembreidelan koran yang 7 buah di Jakarta itu, lebih didasarkan pada pertimbangan keamanan dan stabilitas nasional. Tulisan ini bermaksud menanggapi masaiah pembreidelan dari segi yang sama. Pertanyaannya adalah: apakah dengan ditutupnya 7 koran ibukota (buat sementara) keresahan masyarakat memang berkurang, bila diingat bahwa dengan itu berarti hilang juga 7 sarana katharsis sosial bagi masyarakat Indonesia? Pertimbangan pemerintah adalah bahwa pemberitaan koran-koran itu akhir-akhir ini justru menyebarkan keresahan. Tetapi sebetulnya dengan itu, pada hemat kita, terjadi juga proses penyaluran keresahan, mengencernya kegelisahan, terbebasnya orang orang dari keharusan menekan semua ketidakpuasan ke dalam jiwa secara terus-menerus. Dengan katharsis semacam itu, maka suatu keadaan yang, katakanlah, normal dapat tercipta tanpa suatu security approach. Seminggu sekali beberapa teman saja suka datang ngobrol. Bahannya tidak pernah 'sistimatis', pokoknya utara selatan bioskop, pacar, buku baru atau kekesalan di tempat kerja. Pembicaraan seperti itu tidak pernah ada kesimpulannya, dan nampaknya semua kami diam-diam sadar bahwa ngumpul begituan tidak untuk membahas masalah - analisa soal lalu problem solving. Itu hanya proses pembebasan jiwa, saat membuang sampah, suatu psikoanalisa dalam tanda-petik. Semua kami tahu juga bahwa pembicaraan jenis ini agak sukar dibreidel. Tetapi kalau seandainya dilarang, wah bisa pusing tujuh keliling. Rupanya katharsis seperti itulah yang dimaksud pemerintah Inggeris. ketika mereka menyediakan Hyde Park sebagai tempat orang boleh maki atas cara yang paling gila, menyembur semua uneg-uneg sampai lega. Kita mungkin tidak membutuhkan Hyde Park - sekurang-kurangnya begitulah yang pernah dikatakan oleh Prof Doddy Tisnaamijaya. Betul Pak! Tapi tolong bilang, apa kita perlu koran nggak?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus