Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Selamatkan Ambon

5 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tamrin Amal Tomagola Sosiolog, dosen pascasarjana UI dan Dekan FISIP Universitas Terbuka Konflik antarkomunitas umat beragama di Ambon dan sekitarnya, yang telah berlangsung selama 11 bulan terakhir ini, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Sebaliknya, eskalasi tingkat ketegangan di lapangan terus meninggi, korban yang terluka terus merambat ke angka 800. Jumlah kematian, yang sejauh ini telah mencapai 1.200 orang, terus berjatuhan dengan kecepatan rata-rata lima putra Maluku gugur setiap hari. Jumlah pengungsi terus menumpuk, baik di dalam kota maupun di luar kota Ambon. Pada tingkat perkembangan konflik yang sudah sangat memprihatinkan ini, jelas diperlukan intervensi dari sesama manusia Indonesia. Dwitunggal Gus Dur dan Megawati bersama-sama dengan masyarakat Maluku di luar Maluku dan pihak-pihak lain yang peduli atas tragedi kemanusiaan harus segera bertindak membebaskan Ambon dari jeratan kekerasan. Kondisi Terakhir Ambon Dalam minggu terakhir ini, tingkat pertikaian Ambon telah memasuki babak baru yang mendebarkan. Sebelumnya, setelah suatu pertempuran usai, kedua belah pihak yang bertikai kembali ke wilayahnya masing-masing, tapi kini sedang terjadi upaya invasi dengan tujuan pengenyahan pihak lain dan pendudukan wilayah yang direbut. Sedang berlangsung perjuangan hidup-mati karena setiap jengkal wilayah yang lepas jelas sukar direbut kembali. Aparat yang bertugas tidak dapat berbuat banyak untuk menengahi. Secara geopolitik, Kota Ambon telah terbagi dalam dua wilayah umat yang terpisahkan satu dari yang lain oleh batas demarkasi yang jelas. Setiap komunitas terkurung dalam dalam wilayah masing-masing dan punya pasar, sekolah, angkutan khusus sendiri-sendiri. Hubungan darat terputus sama sekali. Jalan laut menjadi alternatif untuk melakukan kontak dengan sesama umat yang bermukim di tempat-tempat yang terpisah. Dari hari ke hari terus terjadi pemusatan kekuatan tempur oleh pihak masing-masing, baik yang berasal dari Ambon sendiri maupun dari luar Ambon. Pembuatan senjata rakitan dan penumpukannya terus berlangsung. Duel di darat telah meluas ke duel laut. Bahkan kapal-kapal yang datang dan pergi dari Ambon telah menjadi ajang perkelahian dan kapal tertentu dikuasai oleh satu kelompok agama tertentu sehingga tiap kelompok mempunyai kapal yang aman untuk kelompok masing-masing. Para pemimpin, terutama para pemimpin formal, telah kehilangan wibawa kepemimpinannya samasekali. Yang menguasai lapangan adalah terutama para pemimpin informal dan para pemuda kapitan lapangan. Para pemimpin adat yang telah hancur wibawanya selama Orde Baru tidak dapat berbuat banyak selain mengikuti kemauan para kapitan lapangan. Para pemimpin gereja masih mempunyai genggaman yang kuat dan utuh atas jemaahnya, sedangkan para pemimpin Islam terpecah-pecah dalam beberapa faksi. Sekelompok kecil radikal di kedua belah pihak yang tetap menginginkan berlanjutnya pertumpahan darah sampai ada yang terusir dari Ambon. Sebagian besar warga Kota Ambon sebenarnya sudah lelah dan jenuh. Pada saat yang sama mereka sadar bahwa keadaan sudah mencapai titik buntu. Semakin hari semakin jelas bahwa pertikaian Ambon tidak akan dapat dimenangi oleh pihak mana pun lewat cara kekerasan bersenjata. Karena itu, tinggal cara dialog kemanusiaanlah yang harus dipilih untuk menyelamatkan hari depan generasi mendatang putra-putri Maluku dari ambang kehancuran. Solusi Cara penyucian hati nurani tersebut dapat dimulai dengan mematerikan kesadaran di hati masing-masing bahwa musuh bersama (common enemy) dari kedua belah pihak yang bertikai di Ambon adalah kemiskinan dan keterbelakangan Maluku. Itulah musuh sebenarnya bagi warga Maluku umumnya, warga Ambon khususnya. Bila kenyataan di atas disadari, sesungguhnya warga Ambon mempunyai kepentingan yang sama (common interest), yaitu, pertama, mencegah keterpurukan Maluku lebih jauh dengan cara segera meletakkan senjata sebelum Ramadan dan Natal tiba. Bersamaan dengan upaya penyadaran dan pencerahan diri, dalam jangka pendek perlu diambil tindakan. Misalnya, penggantian seluruh pasukan militer dan polisi dengan pasukan segar yang profesional dan tidak berpihak. Dengan pasukan perwira yang segar, polisi harus bertindak tegas terhadap setiap warga yang membawa senjata tajam di tempat umum. Misalnya, menangkap dan memproses tindakan kriminal apa pun dan pengadilan menggelar secara terbuka kasus-kasus kriminal dimaksud. Sementara itu, pemerintah pusat dan daerah segera melakukan rehabilitasi dalam dua bidang, yaitu rehabilitasi fisik dan rehabilitasi mental. Menurut saya, Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati perlu segera datang ke Maluku, khususnya ke Ambon dan Ternate, untuk memperlihatkan kepedulian mereka dan bahwa Ambon sama sekali tidak dianaktirikan (dalam perbandingan dengan Aceh). Sebelumnya, Wakil Presiden Megawati bisa segera membentuk Tim Rekonsiliasi Ambon sesegera mungkin, yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden. Tim perlu diberi kebebasan dan wewenang luas untuk secara sungguh-sungguh mulai meletakkan fondasi rekonsiliasi yang langgeng dengan menemu-kenali dan mengikut-sertakan para tokoh informal akar-rumput, terutama dari kalangan pemuda. Tim ini seyogianya bekerja dari dua arah, baik dari akar-rumput maupun dari tingkat elite pimpinan. Bila hal di atas telah tercapai, barulah upaya jangka menengah dapat diusahakan, yaitu merintis dan meletakkan dasar-dasar kelembagaan dialog antar-iman di Ambon, lalu mereaktualisasi relevansi dari berbagai perangkat sosial budaya yang ada. Generasi muda perlu mendapat perhatian khusus dalam kaitan ini. Barulah kemudian Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah segera merumuskan suatu pola pemukiman alternatif untuk Ambon, yang secara desain fisik memfasilitasi pembauran antarsuku, agama, dan ras. Hanya dengan penyelesaian yang menyeluruhlah kasus Ambon bisa diobati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus