NAH, yang satu ini bukan makanan Jepang, seekalipun mirip nama menu tempura moriawase. Kalau Anda membeli mangkuk teh baru, bagian pantat mangkuk itu masih kasar dan tajam, sehingga bisa menggurat permukaan meja. Bagian itu menjadi tajam karena tidak terlapis glasir. Karena itu, ibu-ibu rumah tangga Jepang lalu mengambil dua mangkuk teh yang baru dan menggosok-gosokkan kedua pantat mangkuk itu. Terjadilah proses salimg mengauskan. Proses itu disebut suri-awase. Tetapi suriawease kini tidak hanya menjadi bahasa kaum ibu. Dalam kultur manajemen Jepang pun istllah ini mulai dipakai. Dua orang atau leblh, yang mendapat tugas untuk menyelesalkan suatu sasaran, perlu saling beradaptasi agar ketika bekerja sama tidak ada bagian-bagian "runcing" yang bisa melukai rekannya. Proses kompromi dan saling menyesuaikan diri ini dinamakan juga suri-awase. Dan ini merupakan sikap konsisten orang Jepang untuk mempertahankan wa (harmoni) di mana pun mereka berada. Dengan suri-awase setiap pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan dalam irama kerja yang harmomis. Ada lagi yang bernama nemawashi. Ini merupakan salah satu kultur penting dalam manajemen Jepang yang dikiaskan dari suatu proses kera. Secara harfiah, ia berarti pekerjaan menggali tanah di sekitar akar pohon yang akan dipindahkan. Jepang memang ahli dalam proses ini. Pohon-pohon besar pun dapat dipindahkan, dan tetap hidup segar. Secara hati-hati, tanah sekitar akan digali agar akar-akarnya tidak terlukai atau putus waktu pohon diangkat. Sekujur batang pohon dibungkus dengan semacam ijuk atau jerami karena pohon itu dianggap sakit dan perlu diselimuti. Lalu pohon dipindahkan ke tempat barunya, dan dirawat dengan cermat. Ada pengertian prakondisi, persiapan, atau langkah awal dalam kata nemawashi itu. Dalam pengertian barunya, nemawashi dimaksudkan sebagai pekerjaan pendahuluan guna memperoleh dukungan rekan sekerja, sebelum suatu keputusan diusulkan untuk dilaksanakan. Sering kali kita terperangkap dalam suatu situasi ketika usul kita ternyata tidak mendapat dukungan yang cukup dari rekan lainnya. Ketiadaan dukungan itu acap kali terjadi karena kurang berhasilnya komunikasi, atau juga karena usul itu mempunyai skala yang terlalu besar sehingga sulit dicerna oleh rekan sekerja dalam waktu singkat. Hal itu dapat dihindari bila sebelumnya usul itu sudah dikomunikasikan kepada setiap orang yang akan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaannya kemudian. Dalam proses nemawashi itu sering kali pula sebuah usul menjadi Iebih sempurna ketika akhirnya diajukan. Atau mJungkin juga malah tidak akan pernah diajukan, karena dalam proses nemawashi ternyata tidak ada seorang pun yang bersedia mendukung gagasan itu. Untuk melengkapi prosedur ini, manajemen Jepang juga mengenai suatu sistem yang disebut ringi. Ringi-sbo adalah memo intern yang diedarkan untuk memperoleh persetujuan pihak-pihak yan berkepentingan tentang suatu hal yang akan dilaksanakan. Misalnya, perusahaan akan membeli sebuah komputer dari satu merk tertentu. Mereka yang setuju akan membubuhkan hanko (stempel pribadi) atau paraf. Sering kali pula mereka membubuhkan komentar atau usul tambahan. Ringi-sho ini bisa bersifat horisontal (peer relations) antar manajer yang setingkat, bisa juga bersifat vertikal keatas ataupun ke bawah. Proses ringi vertikal ke atas dari bawahan tentulah tidak akan membuat atasan mereka merasa tersinggung karena proses nemawashi telah lebih dulu dilakukan. Dengan demikian, jelaslah peran ketiga hal ini - suri-awase, nemawashi, dan ringi dalam proses pengambilan keputusan di kalangan bisnis Jepang. Keuntungan sistem berjenjang dalam proses pengambilan keputusan ini adalah bahwa semua hal yang kemudian diputuskan akan memperoleh dukungan dan antusiasme seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Tidak akan ada orang merasa "terinjak kakinya" karena merasa tidak dilibatkan. Kerugiannya? Ya, proses ini memang makan waktu agak panjang. Karena itu, Anda sekarang mulai sadar mengapa Anda selalu menunggu lama sebelum mendapat keputusan dari perusahaan Jepang. Dalam sistem manajemen Jepang, imdividu memang tldak penting, karena setiap pekerjaan selalu ditekankan pada kebersamaan. Istilah Indonesianya mungkin adalah musyawarah dan mufakat. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini