Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tak Perlu Panik

8 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tjandra Yoga Aditama *) Dokter Spesialis Paru & Pernapasan,Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Persahabatan

Setelah heboh SARS, kita kembali dihebohkan dengan ledakan satu jenis penyakit pernapasan, yaitu avian influenza atau sering disebut flu burung. Inilah jenis virus yang, selain menyerang unggas, ternyata juga menyerang manusia. Apa sebenarnya flu burung, apa penyebabnya, dan bagaimana penanggulangannya?

Virus H5N1

Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, maupun ayam. Tapi, selain menyerang unggas, flu ini menyerang jenis binatang lain. Di Italia, misalnya, pernah tercatat pada 1878 flu ini menyerang babi.

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A subtipe H5 dan H7 serta H9. Pada dasarnya, influenza pada manusia dan binatang disebabkan oleh virus influenza yang secara medis terbagi menjadi tipe A, B, dan C. Secara lebih rinci, klasifikasi itu dibagi lagi menjadi subtipe berdasarkan kandungan haemagglutinin (H) dan neuraminidase (N).

Komponen H dan N merupakan antigen penting yang menentukan kemampuan virus merusak sasarannya. Seluruhnya ada sekitar 15 subtipe virus influenza pada unggas, misalnya H5N1 dan H7N7.

Bagi unggas yang terserang, dampaknya bisa ringan sampai berat, bahkan amat menular dan fatal. Secara medis, dampak paling fatal itu disebut highly pathogenic avian influenza, dengan angka kematian unggas mencapai 100 persen. Adapun flu burung yang kini mewabah disebabkan oleh virus tipe A subtipe H5N1.

Virus flu burung tadinya hanya menyebabkan penyakit pada binatang. Flu burung pertama yang tercatat menyerang manusia terjadi di Hong Kong pada 1997, ketika virus A H5N1 menyebabkan penyakit paru berat pada 18 orang dan 6 di antaranya meninggal. Itu berarti angka kematiannya mencapai 30 persen.

Sepintas angka 30 persen ini lebih tinggi dari SARS, yang tingkat kematiannya hanya 10 persen. Tapi, harus diingat, jumlah total kasus flu burung yang menyerang manusia pada 1997 itu relatif kecil, tidak sampai 20 orang. Sebaliknya, SARS mengguncang dunia pada tahun 2003 dengan angka kasus mencapai lebih dari 8.000—400 kali lebih banyak dari kasus flu burung.

Pada Februari 2003, muncul lagi kasus H5N1 di Hong Kong yang menyerang dua orang pasien dan seorang di antaranya tewas. Jenis lain flu burung yang juga menular ke manusia adalah H7N7—di Belanda pada Februari 2003. Dalam kasus ini, seorang dokter hewan meninggal dan 83 orang jatuh sakit. Lalu virus tipe H9N2 menyerang anak-anak di Hong Kong pada 1999 (2 kasus) dan Desember 2003 (1 kasus). Virus H9N2 sendiri tidaklah menyebabkan penyakit berbahaya pada unggas.

Bagaimana virus ini menular? Cara paling mudah adalah melalui air liur dan feses unggas. Potensi penularan membesar karena virus ini bisa tetap hidup sampai 4 hari dalam suhu 22 derajat Celsius, bahkan lebih dari 30 hari pada suhu 0 derajat Celsius. Itulah sebabnya wabah flu burung hampir selalu terjadi di musim dingin seperti sekarang.

Penularan pada manusia terjadi karena kontak langsung (menyentuh ayam atau burung yang sakit) atau tidak langsung (memegang truk pengangkut unggas yang terjangkit, masuk ke kandangnya, atau melalui kontak di pasar penjualan unggas hidup).

Aman Dikonsumsi

Yang sering ditanyakan adalah apakah aman mengkonsumsi daging unggas pada saat flu burung merebak. Seharusnya kita tak perlu cemas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa virus ini akan mati pada suhu 70 derajat Celsius atau 80 derajat Celsius selama 1 menit. Artinya, jika kita memasak ayam dengan air atau minyak mendidih (dan proses itu pasti lebih dari satu menit), jelas sang virus sudah mati. Jadi, silakan menyantap ayam sejauh sudah dimasak matang.

WHO juga menyatakan virus H5N1 tidak menular dari orang ke orang. Penularan hanya terjadi dari unggas ke orang. Pengalaman pun menunjukkan belum pernah ada kasus petugas kesehatan yang merawat pasien flu burung ikut tertular. Ini sekali lagi membuktikan bahwa virus itu tidak menular dari manusia ke manusia seperti terjadi dalam kasus SARS.

Meski demikian, virus H5N1 tak bisa diremehkan karena bisa bermutasi. H5N1 memiliki sifat antigenic drift, yaitu perubahan terus-menerus dalam komposisi antigen. Sifat lainnya adalah antigenic shift: beberapa subtipe dapat ber-"merger" dan membentuk subtipe baru yang mungkin lebih berbahaya. Maka, bila seseorang terinfeksi virus flu burung dan pada saat yang sama juga terinfeksi virus flu biasa, bukan mustahil di dalam tubuh korban kedua jenis virus itu saling menggabungkan sifatnya sehingga lahirlah varian virus baru yang lebih berbahaya. Lebih berbahaya karena virus itu memiliki sifat ganda, yaitu berakibat fatal (sifat flu burung) dan mudah menular (sifat flu biasa yang lazim kita derita). Mudah-mudahan saja mutasi seperti itu tidak terjadi.

Perjalanan Penyakit

Gejala flu burung pada manusia pada dasarnya sama dengan flu pada umumnya. Yang membedakan adalah dampaknya karena flu burung bisa lebih fatal.

Di tahap awal, korban akan merasa demam, sakit tenggorokan, batuk, nyeri sendi, dan badan lemah. Selain itu, bisa muncul keluhan sakit perut, muntah, dan mungkin infeksi konjungtiva mata (conjunctivitis). Bila keadaan makin buruk, akan muncul gejala severe respiratory distress dengan ciri sesak napas hebat, rendahnya kadar O2, serta meningkatnya kadar CO2. Ini terjadi karena flu menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia, baik akibat virus flu sendiri maupun oleh bakteri yang kemudian ikut menyerang.

Dalam kasus yang ringan, terapi bagi korban adalah beristirahat yang cukup, banyak minum, makan makanan bergizi, atau mengkonsumsi obat simtomatik sesuai dengan gejala yang ada. Untuk mengatasi penyebab penyakit, kadang-kadang pasien diberi obat antivirus dan/atau antibiotik bila memang terjadi infeksi oleh bakteri. Tapi, bila keadaan makin parah, pasien mungkin harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan alat bantu napas (ventilator).

Secara umum, gejala pada penderita flu burung memang lebih parah dibandingkan dengan korban flu biasa. Dalam kasus flu biasa, umumnya dalam beberapa hari flu akan hilang. Tapi, dalam kasus flu burung, gejala itu tidak menghilang. Kian hari, panas badan meninggi, batuk makin menghebat, dan badan pun makin lemah.

Untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai tahapan serangan flu burung, ada baiknya kita melihat data beberapa pasien di Hong Kong pada 1997.

Pasien pertama adalah anak berusia 3 tahun. Pada 9 Mei 1997 dia mulai menunjukkan gejala flu, pada 15 Mei dirawat di rumah sakit, pada 18 Mei masuk ICU, dan pada 21 Mei meninggal dunia.

Pasien kedua juga seorang anak, berumur 2 tahun, dengan kelainan jantung bawaan. Ia mulai menunjukkan gejala flu pada 6 November 1997. Besoknya dia langsung masuk rumah sakit dengan dugaan pneumonia dan pada 9 November sudah sembuh.

Pasien ketiga anak berumur 13 tahun. Ia mengeluh batuk pada 20 November 1997. Pada 26 November dia dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan esok harinya masuk ICU.

Pasien keempat pria 54 tahun yang mengeluh mengalami flu pada 24 November 1997. Pada 29 November ia masuk rumah sakit karena pneumonia dan meninggal pada 5 Desember.

Pasien kelima adalah wanita 24 tahun yang mulai merasakan gejala flu pada 4 Desember 1997, masuk rumah sakit karena pneumonia pada 7 Desember, dan 2 hari kemudian harus masuk ICU dan dipasangi ventilator.

Pasien keenam pria 37 tahun yang mulai menunjukkan gejala flu pada 17 November 1997 dan masuk rumah sakit pada 24 November karena pneumonia. Pasien ini sembuh dan dipulangkan pada 16 Desember 1997.

Apa yang bisa kita lihat dari data itu? Tampak bahwa tahapan serangan flu burung sangat cepat, cukup dalam hitungan hari, meski tak selalu berakibat kematian.

Jalani Pola Hidup Sehat

Menghadapi wabah flu burung, kita sebetulnya tak perlu panik, meski tentu saja harus tetap waspada. Memang, dalam dua bulan terakhir, sudah jutaan ayam yang mati. Tapi, pada saat yang sama, jumlah korban manusia yang tertular flu burung tak sampai 20 orang. Ini berarti tidak serta-merta ayam yang sakit akan segera menularkan flunya kepada manusia di sekitarnya.

Sikap ekstrawaspada tentu harus dilakukan oleh mereka yang sehari-hari bersentuhan dengan unggas. Untuk kelompok ini, prosedur keamanan baku—menjaga kebersihan kandang, mencuci tangan—harus dijalankan dengan ketat. Sedangkan bagi masyarakat luas, tak perlu ragu memakan daging ayam atau unggas lain sejauh dimasak dengan benar.

Untuk melawan wabah flu burung ini, cara terbaik adalah menangani langsung unggas dan peternakan yang terinfeksi. Harus pula dilakukan pencegahan penularan antarpeternakan melalui alat peternakan, kendaraan, makanan, kandang, dan pakaian. Sedangkan membunuh unggas yang tertular adalah bentuk pencegahan lain agar wabah ini terisolasi.

Bagaimana agar kita tidak terserang flu ini? Langkah terpenting adalah menjaga daya tahan tubuh, makan makanan bergizi, beristirahat teratur, dan berolahraga. Intinya, jalanilah pola hidup sehat. Nasihat lama untuk mencuci tangan secara teratur juga harus dipatuhi.

Sayangnya, sampai kini, belum ada vaksin untuk menangkal flu burung pada manusia. Para ahli memperkirakan dalam beberapa bulan vaksin ini mungkin sudah bisa dibuat.

Memang dunia medis sudah memiliki vaksin influenza, tapi jenis ini hanya untuk mencegah flu biasa, bukan flu burung. Vaksin yang beredar itu hanya untuk virus tipe A H1N1 dan H3N2 serta tipe B. Artinya, walaupun seseorang telah divaksinasi influenza, jika yang menyerang adalah subtipe yang bukan H1N1 atau H3N2, dia masih akan tetap mungkin jatuh sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus