Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tasawuf: wajar mahasiswa bertasawuf

25 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah membaca dan merenungi tulisan Sdr. Abdul Haris Booegies tentang tasawuf (TEMPO, 4 Mei 1991, Komentar), timbul sifat sok pintar saya untuk bicara. Ini bukan melemparkan polemik, tapi hanya sekadar menyampaikan hasil renungan semalam, siapa tahu ada manfaatnya. Dalam komentarnya, Abdul Haris Boogies berpendapat bahwa tasawuf itu menghambat ilmu dan teknologi. Terus terang, saya sangat tidak sependapat dengan itu. Bolehkah? Sebab, menurut saya, pendapat Abdul Haris itu sama dengan renungan saya yang hanya semalam dan tanpa didasari literatur-literatur keislaman yang lengkap. Juga, pendapat yang hanya sekilas itu tanpa memandang segi lain yang lebih luas. Walau demikian, saya menghargai pendapat Abdul Haris Boogies sebagai tanda orang yang berpikir. Iman, Islam (baca: Syariat), dan Ihsan adalah bagian yang tak bisa dipisahkan lagi. Ketiga unsur inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai disiplin keilmuan dalam Islam. Iman melahirkan ilmu tauhid. Islam (dalam arti Syariat) melahirkan ilmu fikih dengan berbagai segi ibadah, muamalah, dan jiniah. Sedangkan Ihsan melahirkan ilmu tasawuf. Semua disiplin ini saling melengkapi dan harus ada dalam memahami Islam secara pas dan benar. Jika tidak, maka akan timpang, atau bengkok. Sedangkan Islam adalah agama yang lurus. Nah, khusus soal tasawuf -- jika kita sependapat -- adalah satu disiplin keilmuan dalam Islam yang membahas kebersihan hati dari berbagai penyakit yang merusak. Ia meliputi bahasan zuhud, warak, istiqamah dalam ketaatan, ikhlas, riya, ujub, takabur, rida, dan lain-lain. Hal itu bisa dilihat dalam karya Imam Al Ghazali, Taswuf Modern (Hamka), dan karangan lain tentang tasawuf. Semua pembahasan di atas tertumpu pada pengertian ihsan itu sendiri. Jadi, tasawuf berusaha menunjukkan bahwa semua ibadah itu hendaknya disandarkan pada Allah, baik dari segi tujuan dan tata caranya. Inilah yang tak disadari Saudara Abdul Haris Boogies, mungkin ia terpaku pada Laporan Utama TEMPO, 20 April 1991 itu. Memang segala sesuatu cenderung selalu berubah. Maka, tidak tertutup kemungkinan adanya penyelewengan dan salah tafsir dalam bidang tasawuf, sehingga itu merupakan bid'ah. Tapi bukan berarti kita harus acuh dan apatis terhadap tasawuf, yang merupakan kelengkapan ajaran Islam. Justru sebaliknya, memacu kita untuk berjuang membersihkan bid'ah yang melekat pada tasawuf -- - juga pada tauhid dan fikih -- yang telah dicoreng-moreng oleh tangan-tangan jahil. Inilah mungkin disebut dengan pembersihan atau pemurnian, yakni mengembalikan pada asalnya. Abu, dengan kata lain, disebut tajdid. Jadi, sangat naif jika ada seorang muslim merasa geli melihat seorang mahasiswa muslim bertasawuf. Padahal, itu tidak bisa dianggap aneh. Karena mahasiswa itu mau berusaha memenuhi panggilan masuk Islam dengan kaffah -- - Islam dalam keseluruhannya. Banyak alasan seseorang itu ikut tasawuf. Itu tergantung bagaimana psikologisnya. Bukan karena rutinitas saja, tapi bisa juga karena keresahan, misalnya, karena jarang melakukan salat, lalu timbul keinginan untuk istiqamah salat. Mungkin saja karena kejenuhan duniawi, yang selama ini tidak mempunyai pegangan agama. Sehingga jiwa yang kosong itu berontak, lalu ingat menyebut Tuhan. Semua gejala itu adalah wajar dan manusiawi. Justru di situlah tasawuf mempunyai peranan penting dalam memberikan rasa aman, tenteram, dan damai. Inilah Islam sebagai obat penawar, bukan penyebab ketimpangan psikologis. Bahkan, penyeimbang. Pandangan tentang life begins at 40 adalah pandangan konyol dan membahayakan para kawula muda. Hidup seorang muslim dimulai ketika ia mengaku Islam. Saat itulah ia dibebani untuk selalu mengatur langkah sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada alasan lain, kecuali ia berani berhadapan dengan azab yang pedih. MUSTARI IAIN Sunan Ampel Jember Jalan Jumat No. 21 Mangli-Jember Jawa Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus