Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Tebang Pilih untuk BlackBerry

Pemerintah jangan gegabah memasung segala fungsi BlackBerry. Konsumen akan menduga ini bagian dari perang bisnis.

26 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIMA juta pengguna BlackBerry di Indonesia tentu bakal melancarkan protes bila fasilitas murah, browsing, chatting, e-mail, dan Twitter pada BlackBerry dihapus. Niat pemerintah menjadikan BlackBerry hanya sebagai telepon seluler biasa yang lewat GPRS sebaiknya jangan dilaksanakan.

Publik bisa melihat cara berpikir pemerintah naif. Ancaman mengebiri fungsi layanan Internet BlackBerry itu merupakan bentuk "hukuman" pemerintah kepada Research In Motion (RIM) Kanada. Perusahaan yang memproduksi BlackBerry ini menolak membangun server di Indonesia. Karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia menganggap BlackBerry tak bisa dikontrol.

Selama ini sesungguhnya RIM telah merealisasi segala hal yang dituntut. Permintaan agar BlackBerry melakukan pemblokan terhadap konten pornografi telah dilakukan. Perintah membuka pusat pelayanan pascajual juga sudah dituruti. Sekarang ada kurang-lebih 40 BlackBerry Authorized Customer Care Center. Soal server, pihak RIM sebetulnya juga sudah mendirikan server di Singapura.

Pemerintah menganggap pembukaan server di Singapura itu belum cukup. Menteri Komunikasi Tifatul Sembiring dan kawan-kawan berkeras, bila server berada di Singapura, akan terjadi inefisiensi biaya di operator Indonesia. Alasan utama lain adalah faktor penegakan hukum. Pemerintah menganggap, bila server di Singapura, aparatur penegak hukum akan susah mendapat akses lawful interception (penyadapan). Pembukaan data untuk melacak korupsi harus meminta izin yang berbelit-belit.

Logika ini terasa berlebihan. Sebab, Komisi Pemberantasan Korupsi kita ketahui memiliki akses untuk penyadapan itu. Karena itu, jangan salahkan publik bila menduga motif di balik tekanan itu sesungguhnya adalah perang bisnis antaroperator. Orang bisa menyangka Menteri Tifatul dan kawan-kawan berada di belakang operator lain yang kalah bersaing dengan BlackBerry. Apalagi dalam pertemuan pemerintah dengan wakil BlackBerry juga hadir wakil Telkomsel, Indosat, XL, Axiata, Smart Telecom, dan NTS.

Lagi pula, siapa pun yang melek komunikasi akan tahu lokasi server tidak menjadi masalah. Apakah di Singapura, Hong Kong, atawa Kanada, asalkan seseorang memiliki username dan password ke server, dia bisa berselancar di dunia maya. Argumentasi bahwa kita akan rugi bila BlackBerry tidak mendirikan server di Indonesia juga kurang kena. Dari segi pengguna e-mail, kita tahu masyarakat kita lebih banyak menggunakan Yahoo.com, Gmail.com, YouTube.com, RapidShare.com, dan Facebook.com. Seharusnya yang ditekan mendirikan server di sini bukan BlackBerry, melainkan Yahoo.com dan sebagainya itu. Atau, bila ingin adil, baik BlackBerry maupun Yahoo.com dan lainnya sama-sama diimbau. Jangan tebang pilih.

Walhasil, pemerintah janganlah menetapkan aturan sepihak yang merugikan konsumen. Lebih baik menyiapkan infrastruktur, meregulasi hambatan birokrasi, dan memberi kepastian hukum agar dengan sendirinya perusahaan-perusahaan komunikasi dunia mau membangun servernya di Indonesia. Syukur-syukur mau mendirikan pabriknya di sini. Bila benar-benar pemerintah mempreteli fungsi BlackBerry, kita bisa mendapat satu predikat lagi: negara yang takut terhadap keterbukaan informasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus