Laporan Khusus TEMPO, 16 Juli 1991, tentang pertelevisian In- donesia membuat saya senang. Senang karena RCTI boleh menyiarkan acara-acaranya melalui satelit Palapa ke seluruh In- donesia. Walhasil, semua orang yang mempunyai antena parabola bisa menghadirkan pentas dunia. Ini menyegarkan masyarakat In- donesia yang capek dicekoki acara-acara TVRI yang sama sekali tak menghibur. Dengan SK Dirjen RTF ini berarti pemirsa sudah mempunyai alternatif dalam memuaskan seleranya. Memang, sudah waktunya masyarakat Indonesia diperbolehkan belajar memilih sesuai dengan selera dan nuraninya. Alternatif-alternatif ini mem- berikan dinamika kepada masyarakat Indonesia untuk berpikir kreatif dan tidak mengalami stagnasi. Stagnasi yang disebabkan oleh sistem ketunggalan menyebabkan orang berpikir seragam. Kini, Pemerintah, khususnya Departemen Penerangan, lebih arif untuk membinekakan selera masyarakat. Sekarang, kita bisa mendengar tetangga kita berteriak gembira sewaktu menonton film McGyver di RCTI, sementara tetangga yang lain asyik menekuni siaran pedesaan TVRI. Ini gejala yang sangat menggembirakan karena perbedaan harus ada dalam hidup ini. Pada Minggu, kita bisa bersorak gembira karena tidak lagi digurui oleh "banyolan" Ria Jenaka, yang sama sekali tidak lucu. Begitu pula, kita tak perlu lagi menonton "Aneka Ria Safari", yang lebih tepat disebut "Aneka Dangdut Safari". Juga tak perlu lagi menonton siaran penerangan, seperti KB, transmigrasi, atau kelompencapir. HARRIS HERMANSYAH S. Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini