Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak bisa dimungkiri, terkadang kita mengalami kesulitan ketika hendak menentukan kata sambung (konjungsi) atau kata depan (preposisi) yang tepat untuk menghubungkan unsur-unsur dalam sebuah kalimat. Akibatnya, kata sambung ”oleh”, misalnya, sering dipertukarkan dengan preposisi ”dari”, ”pada”, dan ”kepada” atau konjungsi ”dengan”. Kalimat ”Tim Jerman kalah oleh Spanyol” masih bersaing dengan kalimat ”Tim Jerman kalah dari Spanyol”. Begitu pula antara ”Lelaki tua itu terpesona oleh kecantikannya” dan ”Lelaki tua itu terpe sona pada kecantikannya” atau antara ”Kita terbelenggu oleh isu-isu politik yang sensasional” dan ”Kita terbelenggu dengan isu-isu politik yang sensasional”.
Karena kesulitan itu, tak jarang pewarta mengambil ”jalan pintas” untuk menentukan pilihan kata yang dianggap pas. Salah satunya pemakaian kata ”terkait” yang seolah dapat berfungsi sebagai konjungsi atau preposisi. Beberapa tahun belakangan ini, media cetak dan elektronik sangat produktif menggunakan kata yang sebenarnya masuk kategori kata kerja (verba) itu. Di bawah ini beberapa contohnya.
”Lawatan Valencia ke Madrid bakal berat terkait masih cederanya pemain lini pertahanan mereka”. Kalimat ini ingin menunjukkan bahwa cederanya pemain belakang Valencia mengakibatkan beratnya lawatan tim itu ke Madrid. Ada hubungan sebab-akibat di sini. Itu berarti kata sambung yang tepat adalah ”karena”: ”Lawatan Valencia ke Madrid bakal berat karena masih cederanya pemain lini pertahanan mereka”.
”Kubunya tidak memberikan komentar terkait pernyataan Capello”. ”Memberikan komentar” dalam kalimat ini semestinya diikuti kata depan yang menandai arah, yaitu ”terhadap”: ”Kubunya tidak memberikan komentar terhadap pernyataan Capello”.
”Ia disangka menerima suap terkait kasus mafia hukum”. Di antara ”suap” dan ”kasus mafia hukum” seharusnya diletakkan preposisi yang menandai sesuatu yang mengandung isi, yakni ”dalam”: ”Ia disangka menerima suap dalam kasus mafia hukum”.
Sering juga ”terkait” secara sewenang-we nang mengisi posisi ”tentang”. Misalnya, ”KPK akan meminta keterang an mereka terkait perkara Bank Century”, ”Juve tak pernah menghubungi nya terkait rencana pembelian Kuyt”, ”Mah kamah Agung menolak permohonan peninjauan kembali terkait hilangnya mobil Toyota Kijang Super milik Anny R. Gultom”, dan ”Terkait hal itu, ia mengatakan tidak tahu-menahu”.
Tentu saja, tidak terhitung pula jumlah tulisan yang menempatkan kata ”terkait” secara tepat. Sebagai kata kerja, ”terkait” masuk kategori verba intransitif, yakni verba yang tidak memerlukan obyek atau pelengkap penderita. Jika kata ”terkait” diikuti pelengkap, agar kalimat menjadi sempurna, dibutuhkan partikel yang menghubungkan keduanya, biasanya kata ”dengan”. Contohnya, ”Kerusuhan itu terkait dengan langkanya bahan pokok”, ”Tingkat ketergantungan para pembeli rumah terkait dengan kredit kepemilikan rumah”, dan ”Kelompok itu terkait dengan gerakan bersenjata yang sedang diburu polisi”. Kata ”terkait” dalam contoh terakhir bisa juga diganti dengan ”berkaitan” untuk menunjukkan adanya hubungan timbal balik.
Bagaimana menurut kamus? Ternyata hanya Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yang mencantumkan sublema ”terkait”, yang dimaknai sebagai ”sudah dikait; tidak se ngaja mengait”, ”dapat dikaitkan”, ”bersangkut paut; berhubungan”, dan ”ada kaitannya; ada hubung annya”. Kamus lain, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta (1984) dan Kamus Umum Bahasa Indonesia J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain (1994), tidak menyertakan sublema ”terkait” di bawah lema ”kait”.
Dalam Kamus Dewan Malaysia (2007), ”terkait” dirujuk ke ”terlibat”: ”terbebat, terbelit, terlipat, termasuk (dalam suatu hal), terbabit” tidak berkaitan dengan makna ”terkait” dalam bahasa Indonesia. Adapun Te saurus Bahasa Indonesia Eko Endarmoko (2006) mencantumkan ”terkait” sebagai verba dengan sinonim ”tercangkel, tercantel, tercantol, tersangkut, teruit, tergantung, tersangsang, melekat, terikat, terpaut”, yang sebenarnya bisa dilengkapi oleh ”terhubung” dan ”tersambung”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo