Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Wanita di indonesia: tergolong ...

Dalam skripsi barbara schiller "women, work, and status in rural java, 1978" menunjukan bahwa, status wanita pedesaan jawa cukup tinggi. wanita mempunyai hak penuh atas segala aktivitas keluarga.

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU Ibu Kartini yang mati muda bangkit dari kubur apakah yang bergelimang dalam benaknya? Niscaya banyak yang mencengangkan Ibu Kartini. Wanita Indonesia telah menduduki berlusin kedudukan yang tidak bisa diimpikan tujuh puluh tahun yang lalu. Mereka bekerja di perusahaan swasta dan kantor Pemerintah, dari kedudukan pelayan kantin sampai menteri. Wanita Indonesia begitu maju dalam bacaan, mencerminkan kemajuan pendidikan. Mutu majalah wanita Indonesia dewasa ini tidak kalah dari majalah Belanda, yang dibaca oleh keturunan kawan-kawan Ibu Kartini. *** "Di negara-negara yang sedang berkembang, apa lagi di Indonesia, orang perlu hati-hati kalau mau omong tentang stalus wanita," demikian kata seorang rekan (sarjana Amerika) dengan serius. "Sebagai contoh ambil wanita Jawa. Apakah status mereka tergolong rendah?" Sebagai isyarat tidak tahu, saya menggelengkan kepala. Dia pun melanjutkan dengan bersemangat. "Dengan membaca buku Hindred Geertz (The Javanese family, 1961) dan skripsi Barbara Schiller (Women, work and status in rural Java, 1978), saya punya kesan yang kuat bahwa status wanita pedesaan Jawa cukup tinggi. Lebih tingi bila dibandingkan dengan berbagai masyarakat lainnya di Asia." Penjelasannya yang panjan lebar, dapat disillgia begini. Pekerjaan wanita mengurus dapur dan anak sudah jelas. Namun perlu diketahui bahwa pembagian pekerjaan antara pria dan wanita cukup fleksibel. Adakalanya laki-laki juga membantu dalam pekerjaan rumah tangga. Wanita aktip dalam berbagai pekerjaan di luar rumah untuk menunjang ekonomi rumah tangga. Mereka bertani, memburuh, jadi pedagang kecil atau besar. Banyak jenis pekerjaan terbuka bagi wanita. Tidak bisa dibilang mereka tergantung secara ekonomis kepada suami. Mereka punya kesanggupan berotonomi. Dan itu indikator status. Dalam kehidupan sosial terdapat perbedaan. Status laki-laki lebih menonjol dalam beberapa hal dan suami terdaftar sebagai kepala rumah tangga. Tetapi aktivitas sosial wanita tidak bisa dikatakan sepi dan jangan dinilai kwalitasnya lebih rendah. Terkadang aktivitas mereka jelas terpisah tetapi terkadang bertumpang tindih dengan aktivitas laki-laki. Isteri tunduk secara formal kepada suami. Namun isteri mengambil pelbagai keputusan yang penting di dalam dan di luar rumah tangga. Wanita juga mempunyai hak penuh atas barang dan tanah. Kalau terjadi perceraian, anak-anak cenderung ikut ibunya. Dalam hubungan antar kerabat, perempuan mempunyai tarikan yang luar biasa. Bila ada anggota tambahan dalam rumah tangga, atau diambil anak angkat, biasanya dia dari pihak isteri. Kunjung mengunjung, bantu membantu lebih intensip melalui jaringan kerabat isteri. Kalau anak perempuan kawin, dia cenderung bertempat tinggal dekat ibunya dan hwbungan mereka dekat. Sang ibu ialah pusat kasih dan tanggung jawab. Hildred Geertz menamakan sistem kekerabatan demikian matrifocal, dalam sistem mana otoritas, pengaruh dan tanggung jawab wanita lebih besar dari laki-laki. Sebaliknya, menurut Geertz, wanita memperoleh limpahan kasih sayang dan loyalitas yang lebih besar. Saya termangu. Apakah betul status wanita Jawa sudah mendingan? Apakah mereka sudah lama bangkit, tangkas seperti Srikandi? Modernisasi akan membawanya ke arah mana? Dia mengakhiri pembicaraan dengan berkata secara meyakinkan: "Dan di sini terletak masalah kami di Amerika. Masalah status wanita dalam rumah tangga. Pekerjaan dalam rumah tangga, fungsinya melahirkan dan merawat anak-anak amat kurang dihargai. Sumber kehangatan dan kemesraan diremehkan. Sang ibu lebih suka terlontar keluar, katanya bebas dari kurungan, keluar mengembangkan diri. Si ibu kehilangan maknit. Sumber cinta mengering, ikatan kasih sayang mengendor. Implikasinya luas. Jelas ini tidak bisa ditambal dengan barang-barang konsumsi yang mewah. Yah, tentu banyak yang tidak setuju dengan saya. Tapi pendapat saya beginilah."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus