Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Yang lain dari kongres real estate

Dalam kongres real estate internasional ke-27 di vancouver, indonesia mengusulkan untuk menjadi tuan rumah pada kongres berikutnya. ada keraguan pada kemampuan jakarta untuk menampung 3.000 peserta.

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KISAH tentang suatu kongres internasional tampaknya selalu menarik. Lebih-lebih jika diadakan di sebuah kota besar dan di negara yang besar pula. Kongres real estate yang satu ini hampir bersamaan waktunya dengan kongres permukiman di Vancouver. Namun dalam kongres Real Estate Internasional ke-27 ini diwarnai beberapa peristiwa yang unik, sehingga membuatnya lain dari pada yang lain. Upacara pembukaan Kongres Real Estate ini berlangsung selama 3 jam. 1 jam pertama diisi dengan pertunjukan pop dari Sekolah militer dan tarian muda-mudi Amerika. Seperti lazimnya semua delegasi dari 35 negara peserta satu per satu muncul memperkenalkan diri, disertai bendera negaranya masing-masing. Kecuali Monaco dan Hongkong yang hanya diwakili benderanya, tapi tanpa disertai delegasinya. Lain halnya dengan delegasi Singapura. Untuk bendera tetangga Indonesia sesama anggota ASEAN ini oleh Panitia dikibarkan bendera Union Jack (Inggeris). Tentu saja peserta dari Singapura merasa tersinggung. Lee Chin Chuan, wakil Singapura, kontan mengajukan protes. Tapi protes tersebut malah mengundang petugas Panitia balik bertanya: "Sejak kapan Singapura merubah bendera Union Jack-nya?". Tak heran peristiwa Union Jack berbuntut panjang. Dalam sidang mengenai masalah Pacific yang saya pimpin, delegasi Singapura secara resmi mengajukan protes. Protes diterima dan Panitia menyatakan maaf: pada upacara penutupan S!ngapura menjadi satu-satunya negara yang keluar sekali lagi dengan bendera yang sebenarnya. Hadirin menyambut dengan meriah. Soal bendera tidak berakhir di situ. Ketika delegasi Indonesia memasuki ruang konperensi, alangkah terkejutnya mereka melihat bendera RI terbalik dipasang: putih-merah. Tentu saja Samola, Ketua Real Estate Indonesia cepat-cepat memprotes. Ia minta segera diperbaiki. Tak ayal lagi Panitia memperbaiki. Tapi dengan diperbaikinya bendera Indonesia, Panitia mengira bendera Monaco yang kebetulan merah-putih terbalik dipasang. Buru-buru Panitia membalik bendera Monaco tersebut dari merah-putih menjadi putih-merah. Padahal pemasangan bendera Monaco tersebut sudah betul. Untunglah delegasi Monaco tidak hadir dalam kongres ini. Kalau hadir tentu mereka akan ajukan protes. Indonesia dan Monaco mempunyai bendera yang bentuk dan susunannya sama. Entahlah, mengapa bisa demikian. Kisah bendera kini beralih ke kepala negara. Seorang utusan dari Columbia iseng bertanya: apakah Presiden Marcos masih berkuasa di Indonesia? Keterlaluan, Jawab kami, bahwa Presiden Indonesia yang sekarang adalah Presiden Soeharto yang menggantikan Presiden Soekarno. Marcos tidak pernah berkuasa di Indonesia, karena dia adalah Presiden Pilipina. Untuk mengurangi rasa malu utusan Columbia tersebut, kami cepat-cepat menambahkan, bahwa kami pun tidak mengetahui siapa Presiden Columbia sekarang. Dialog tersebut diakhiri dengan senyum dari kedua belah pihak. Ternyata jumlah delegasi Malaysia kali ini jauh lebih besar dari kebiasaan. Rupanya ini berkat desakan Pemerintahnya agar mereka dapat turut juga dalam Kongres Habitat di Vancouver, Kanada. Ketika kami ditanya apakah dari San Fransisco kami akan turut juga dalam Kongres Habitat tersebu dengan lesu kami jawab bahwa Real Estate Indonesia tidal pernah diminta Pemerintah untuk itu. Barangkali Pemerintahz mengira, soal permukiman hanya urusan pemerintah saja. Namun demikian Samola bersama saya secara "diam-diam meninjau ke sana. Untuk menjadi tuan-rumah Kongres Real Estate tampaknya tidak mudah. Harus pakai sistim antri seperti orang mau nonton bioskop. Walaupun Ketua REI Samola dengan cepat meyakinkan mengusulkan agar Kongres berikutnya diadakan di Indonesia, namun jatah baru dapat diberikan pada tahun 1983. Itu pun masih akan ditinjau oleh Sekjen FIABCI yang akan terlebih dulu mengunjungi Indonesia: apakah Jakarta masih the big village atau sudah menjadi "suatu kota". Keragu-raguan atas kemampuan Jakarta untuk menampung dan memberi fasilitas kepada 3.000 peserta konperensi tampaknya belum terhapus. Acara menjelang penutupan kongres ini diisi dengan ceramah tentang pendaratan manusia di bulan oleh astronout Amerika Cunningham. Kini dia telah menjadi pengusaha real estate. Ceramah tersebut disambut meriah oleh para peserta. Seorang anggota delegasi Inggeris memberi komentar: kini bulan telah dicemarkan pula oleh seorang pengusaha real estate, sebagaimana dunia telah dicemarkan oleh polusi akibat dari sepak-terjang oknum pengusaha real estate di bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus