Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Apa Itu Nikel, Sejauh Mana Bahaya Tambang Nikel?

Laut, darat, dan udara Tanjung Buli rusak setelah ada penambangan bijih nikel. Nelayan pun kehilangan mata pencarian.

10 Agustus 2022 | 22.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikel merupakan hasil bumi yang diincar oleh perusahaan besar. Bentuknya berupa logam berwarna putih keperak–perakan sedikit semburat keemasan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikel merupakan komoditas berharga yang penting untuk menunjang kehidupan manusia. Namun, sejauhmana bahayanya jika ditambang? 

Dampak Bahaya

Melansir Majalah Tempo edisi 28 Maret 2020, laut, darat, dan udara Tanjung Buli rusak setelah ada penambangan bijih nikel. Nelayan kehilangan mata pencarian.

Desa Buli di Kecamatan Maba, Halmahera Timur, praktis dikelilingi pertambangan. Sekitar 10 kilometer ke utara dari pusat desa, ada lahan yang menjadi pusat penambangan bijih nikel oleh PT Aneka Tambang Tbk. Di selatan desa, Antam membangun tempat pemurnian (smelter) bijih nikel berbiaya US$ 1,6 miliar.

Desa ini terpencil nun di utara di pulau kecil Maluku Utara. Dari Jakarta, dibutuhkan waktu hampir 12 jam perjalanan dengan pesawat melalui Manad.

Menurut catatan Jatam, rentetan aktivitas tambang telah memicu bencana banjir bandang yang menyebabkan dua orang meninggal dunia, ratusan rumah penduduk, dan bangunan pemerintah serta fasilitas umum rusak parah di tiga desa. Desa-desa itu adalah Dampala, Le Le, dan Desa Siumbatu di Morowali pada 8 Juni 2019.

Di sisi lain, kegiatan tambang juga disebut memicu pencemaran air laut di wilayah Desa Kurisa, Bahodopi. Air laut tiba-tiba berubah warna menjadi hitam pada Juni 2021. Diduga, timbunan batu bara yang masif di lokasi itu terseret ke pembuangan air panas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berdaya 65 x 2 megawatt saat hujan deras dan mengalir langsung ke laut.

Komoditas Nikel di Alam Indonesia

Berdasarkan data US Geological Survey yang dipublikasikan Vale Indonesia, Indonesia memiliki 4 juta metrik ton cadangan nikel atau setara dengan 5% cadangan nikel dunia. Sebagian besar cadangan nikel tersebut berada di Pulau Sulawesi. Kekayaan alam berupa nikel membuat Indonesia berhasil menguasai lebih dari 20% total ekspor nikel dunia sekaligus menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa. Lima kawasan tambang dan smelter nikel terbesar di tanah air, yaitu:

-Morowali, Sulawesi Tengah.
-Halmahera Timur, Maluku Utara (tepatnya di Maba, Maba Tengah, Buli, dan Wasilei).
-Kolaka, Sulawesi Tenggara. 
-Pulau Gag, Papua Barat.
-Pulau Obi, Maluku Utara.

Cadangan nikel Indonesia yang melimpah juga turut mendukung realisasi iklim bisnis yang kondusif. Sejumlah investor yang berniat mengembangkan mobil listrik melirik Indonesia sebagai tempat berinvestasi karena dianggap memiliki cadangan nikel memadai untuk bahan dasar baterainya.

Kandungan nikel yang besar dalam baterai mobil listrik dapat meningkatkan kepadatan baterainya sehingga jarak tempuh mobil jadi lebih jauh. 

Nikel hadir di banyak barang, dari uang logam sampai mobil. Anda akan temukan nikel di telepon genggam dan baterai isi ulang yang memberi tenaga selagi Anda mengirim SMS, membaca e-mail, dan terus terhubung.

TAUFIK RUMADAUL
Baca juga : Pemerintah Dikritik Usai Tesla Beli Hasil Tambang Nikel RI

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus