Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEGAWATI Soekarnoputri menyodorkan tangan ke semua tamu. Pada Hari Raya, September lalu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu membuka rumahnya untuk silaturahmi. Para petinggi Partai Banteng hadir di rumah Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, ini. Maruarar Sirait, politikus muda partai itu, tak absen. Ketika menyalami tuan rumah, Maruarar berucap, "Maju terus, ya, Bu?" Mantan presiden itu menjawab, "Siapa bilang saya mau mundur?"
Pemilihan presiden baru akan digelar tiga tahun lagi, tapi, gampang ditebak, pembicaraan keduanya merujuk pada hajatan 2014 itu. Putri mantan presiden Sukarno ini masih berniat meraih kursi RI-1, yang pernah ia duduki sekitar tiga tahun sejak 2001, menggantikan Abdurrahman Wahid. Jika dilakukan, ini usaha ketiganya dalam pemilihan presiden langsung, setelah 2004 dan 2009. Pada dua kali pemilihan itu, dia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Megawati memang bersiap maju lagi. Untuk itu, belakangan ia lebih rajin menjaga kesehatan. Dia rutin berenang di kolam belakang rumahnya. Sang Ketua Umum juga lebih sering berkunjung ke daerah. Hasil kunjungannya segera terlihat: Bupati Cirebon Dedi Supardi—yang didukung PDI Perjuangan—mengatakan sokongan. "Saya mendukung Ibu Megawati jadi presiden berikutnya," kata dia di hadapan Megawati dan kader partai se-Cirebon. Y.F. Soekasno, politikus Banteng dari Surakarta, mengatakan hal serupa. "Bagi kami, Megawati tetap terbaik."
Maruarar menilai Megawati masih layak diusung: dukungan arus bawah tinggi dan tingkat keterpilihan lumayan. Megawati juga dinilai belum terlalu tua untuk bersaing dengan calon lain, semisal Aburizal Bakrie dari Partai Golkar. "Tak ada alasan menolak pencalonan Megawati," kata anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat ini.
Hadangan justru datang dari rumah Mega sendiri. Taufiq Kiemas, suaminya, yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai, menyatakan Megawati lebih baik tak maju lagi. Ia menimbang, Megawati pada 2014 akan berusia hampir 68 tahun. "Dulu kita menertawakan Pak Harto ketika umur 70 masih mau jadi presiden. Sekarang masak kita ikut-ikutan," kata dia.
Sejumlah politikus partai itu mengatakan Taufiq berupaya memajukan putrinya, Puan Maharani. Keinginan ini sudah terlihat sejak diajukan tawaran koalisi dari Presiden Yudhoyono. Ketika itu ada tiga kursi menteri yang ditawarkan. Taufiq berkeras mengajukan Puan untuk satu pos. Belakangan, Mega menolak berkoalisi. Kursi menteri pun lepas.
Taufiq meminta sejumlah pentolan partai mendukung Puan. "Tolong, jaga adikmu," kata seorang politikus menirukan Taufiq. Semua yang diberi pesan segera mafhum. Setelah menitipkan pesan, kata seorang politikus PDIP, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu kerap memberi hadiah—jam tangan Rolex atau Omega.
Puan masih terkesan malu-malu. Dalam acara partai di Balikpapan, Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga PDI Perjuangan ini menyatakan bersedia maju. "Kakek saya presiden, ibu saya presiden. Bila gilirannya dan mendapatkan dukungan dari seluruh keluarga PDIP, akan jadi kesempatan kita," katanya dua hari setelah dukungan untuk Megawati berkumandang di Cirebon. "Semua kader PDIP berhak menjadi calon presiden bila mendapat dukungan semua pengurus." Tapi dia juga menyisipkan hasil kongres partai di Bali, April 2010, yang bulat mendukung ibunya.
Meski masih menunggu sikap ibunda, menurut para politikus partai itu, Puan telah membentuk tim untuk menjajaki dukungan pengurus daerah. Tim ini dipimpin Bambang Wuryanto, yang disebut "dititipi" Taufiq Kiemas agar mendukung Puan. Anggotanya antara lain Eriko Sotarduga dan Effendi Simbolon. Eriko Wakil Sekretaris Jenderal Partai, adapun Bambang dan Effendi Ketua Pengurus Pusat.
Puan, kata sumber lain, juga unjuk gigi dengan berusaha mengisi pos-pos penting untuk dirinya dan pendukungnya. Meski belum terwujud secara formal, Puan berusaha menempati posisi ketua fraksi DPR yang masih dipegang Tjahjo Kumolo, Sekretaris Jenderal Partai. "Kadang rapat fraksi harus menunggu kehadiran Puan meski sudah ada Tjahjo," kata seorang anggota Dewan.
Sepak terjang Puan dianggap meresahkan. Seorang petinggi Lenteng Agung—markas PDI Perjuangan—mengatakan partainya terbelah dua: pendukung Megawati dan pendukung Puan. Tentu, kelompok pro-Mega masih unggul. Indikatornya, kebanyakan pengurus daerah masih loyal pada Ketua Umum. Di DPR pun, mayoritas kader belum setuju Puan, kini 38 tahun, maju. "Puan dianggap belum matang," kata seorang legislator Banteng.
Megawati tak diam saja. Beberapa pengurus partai bercerita Megawati beberapa kali mengingatkan agar tak mengistimewakan Puan. "Anak saya itu tiga. Anak Pak Taufiq satu. Ingat ya, adikmu bukan cuma satu," kata sejumlah sumber menirukan ucapan Megawati. Puan anak hasil perkawinan Megawati dengan Taufiq Kiemas. Sebelumnya, Megawati punya dua anak dari perkawinannya dengan Surindro Suprijarso, pilot Angkatan Udara yang hilang di perairan Biak pada Januari 1970: Mohammad Rizki Pratama dan Mohammad Prananda.
Sejumlah politikus Partai Banteng yakin Megawati tak menyiapkan Puan sebagai pengganti. Megawati pun tak menganakemaskan putri bungsunya itu. Megawati, misalnya, tak menyetujui Puan menjadi ketua fraksi. Memperhitungkan dukungan daerah dan hasil pemilihan legislator pada 2014, Mega bertekad maju lagi. Kalau respons masyarakat masih bagus, Megawati dipastikan melaju.
Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo mengatakan, sampai saat ini, PDI Perjuangan belum memutuskan calon yang bakal diusung. "Bisa saja kami bahas sesudah pemilihan legislator." Ia membantah partainya pecah karena persoalan ini. "Kami tetap solid." Puan, yang ditemui Tempo pada Kamis pekan lalu, tak mau berkomentar. Ihwal pernyataannya di Balikpapan, "Itu salah," kata sarjana komunikasi dari Universitas Indonesia ini.
Bambang Wuryanto juga membantah terbentuknya tim pendukung Puan. Ia menegaskan, siapa yang menjadi calon presiden dari partainya ditentukan oleh Ketua Umum. "Kalau Ibu menyuruh kami memilih coro, ya kami pilih coro," kata Bambang. Meski mengaku pernah dimintai tolong oleh Taufiq Kiemas untuk "membimbing" Puan, Bambang menyangkal menerima hadiah. "Pak Taufiq itu memang suka memberi. Tapi tak ada hubungannya dengan Puan."
Taufiq Kiemas membantah mengistimewakan putri tunggalnya. "Saya tak pernah ngomong Mbak Puan sedikit pun, lho." Menurut dia, permintaannya agar sang istri tak maju lagi murni untuk regenerasi partai. "Pemimpin harus memikirkan generasi berikutnya."
Pramono, Munawwaroh, Mahardika Satria Hadi (Jakarta), Ahmad Rafiq (Surakarta), S.G. Wibisono (Balikpapan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo