Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

''Semoga Mereka Melarang Membunuh Orang"

10 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Impian Xanana Gusmao untuk menginjakkan kakinya kembali ke bumi Timor Loro Sa'e terbayar sudah. Jumat pagi pekan lalu, dengan pengawalan superketat dari pasukan International Force for East Timor (Interfet), Presiden Concelho Nacional Resistencia de Timorese (CNRT) ini tiba di Dili, yang porak-poranda, menyusul terjadinya aksi kekerasan pascajajak pendapat 30 Agustus silam.

Matanya berkaca-kaca saat memberikan sambutan di depan penduduk yang mengelu-elukan kedatangannya di bekas rumah dinas Gubernur Tim-Tim. ''Masa depan kini adalah milik kita," kata Xanana kepada rakyat Tim-Tim untuk membangun kembali negeri mereka. Sebelum tokoh pergerakan ini tiba kembali di Dili, wartawan TEMPO Dewi Anggraeni dua pekan lalu menemuinya di Melbourne, di sela-sela pertemuan dengan tokoh-tokoh gereja dan masyarakat Tim-Tim. Petikannya:


Apa yang akan Anda lakukan untuk Timor Timur?

Melihat kerusuhan yang telah terjadi di Timor Timur, kami belum punya rencana siap pakai untuk masa transisi. Padahal, sebelumnya kami sudah punya rancangan. Namun, kini semuanya berubah. Kami akan mengkaji kebutuhan-kebutuhan yang penting, lalu menentukan prioritas.

Jadi, belum tahu prioritas yang harus diambil?

Pengkajiannya belum selesai. Kami mesti mengadakan evaluasi kebutuhan-kebutuhan yang ada. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini.

Kapan persisnya?

Seminggu-dua minggu lagi. Sebelum itu, saya akan ke Darwin dulu. Di sana CNRT akan berkumpul untuk merencanakan segala sesuatu untuk masa transisi yang saya sebutkan itu.

Apakah Anda akan menjadi presiden pertama?

Oh, tidak. Itu akan tergantung pada rakyat. Sementara itu, kita akan menjalani proses transisi. Perjuangan kita belum selesai. Harus kita selesaikan sampai ke titik kemerdekaan. Sampai di titik itu saya tetap bersedia memimpin, tapi sesudah itu lebih baik orang yang lebih kapabel untuk membangun Timor Timur.

Kalau rakyat memilih Anda?

Wah, saya sudah 25 tahun memimpin. Kita mau mengajarkan masyarakat memisahkan masa depan dengan masa lalu. Perjuangan adalah perjuangan, dan rekonstruksi adalah rekonstruksi. Jangan sampai pahlawan-pahlawan itu, pada zaman baru terbiasa memegang kekuasaan, nanti kacau.

Walaupun rakyat menginginkan, Anda tetap menolak?

Selama dua-tiga tahun masa transisi ini, akan terlihat siapa yang kapabel dan memang bisa menjadi pemimpin pada masa yang baru.

Mengapa masa transisi ini begitu ditekankan?

Karena masa transisi ini adalah kelanjutan dari perjuangan, di bawah administrasi PBB. Titik akhir dari masa ini ialah saat hari kemerdekaan diresmikan.

Kelak, bagaimana hubungan Indonesia-Tim-Tim?

Dengan rakyat Indonesia kita tidak punya masalah. Rakyat Indonesia adalah saudara kita. Walau selama 23 tahun kita ditekan oleh pemerintah dan para jenderal, dengan rakyat Indonesia kami tetap bersahabat. Sedangkan hubungan antara pemerintah Indonesia dan Tim-Tim merdeka bergantung pada pemerintah Indonesia. Kalau pemerintahnya demokratis, tentu hubungannya baik. Kita membutuhkan itu. Mudah-mudahan, dengan Amien Rais sebagai Ketua MPR dan presiden baru, akan ada upaya untuk menghargai nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Semoga mereka melarang orang membunuh orang lain.

Anda yakin, presiden Indonesia mendatang akan kooperatif dengan Tim-Tim?

Ya. Sebab, situasi ekonomi di Indonesia juga mendorong ke arah itu.Masyarakat internasional juga mengawasi Indonesia dalam banyak hal, termasuk Tim-Tim dan hak asasi manusia. Mereka juga mengamati yang terjadi di Nusatenggara Timur, agar tidak terjadi destabilisasi kawasan. Saya kira Presiden Indonesia akan melihat bahwa kekerasan yang terjadi di perbatasan harus dihentikan. Pembangunan ekonomi sulit dilakukan kalau keamanan buruk.

Anda setuju dengan peradilan kejahatan perang yang dicanangkan Komisi Hak Asasi Manusia PBB?

Kami setuju bukan untuk kami sendiri. Tidak lama lagi kami akan bebas dari tekanan dan penindasan Kopassus. Kami mendukung peradilan itu, bukan mau balas dendam, tapi karena hal itu perlu, agar rakyat Indonesia juga menikmati iklim yang demokratis dan kebebasan hak asasi manusia. Di banyak tempat di Indonesia, terjadi tindakan kekerasan dan penindasan. Pada era demokrasi, ini harus diluruskan. Kalau boleh saya katakan, ini adalah ungkapan solidaritas dari rakyat Timor Timur kepada rakyat Indonesia, saudara-saudara kami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus