SUASANANYA meriah. Sekitar 3.000 artis dan seniman DKI Jakarta bertumpuk di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu sore pekan lalu. Maka, ribuan penonton pun -- yang tahu adanya acara ini dari koran -- tumpleg bleg memenuhi gedung berkapasitas 1O.000 itu. Gubernur Soeprapto, serta Menteri Perindustrian Hartarto -- yang menjabat anggota Dewan Pembina Golkar untuk daerah pemilihan DKI Jaya -- hadir. Udara panas. Tapi penonton tampaknya tak peduli. Dengan antusias mereka menikmati hiburan gratis yang ditampilkan berbagai kelompok artis itu. Tapi, sekitar satu jam kemudian, suasana mendadak hening. Sampan Hismanto, Lilis Suryani, dan Eddy Silitonga berbaris masuk. Lilis, penyanyi yang beken pada 1960-an itu, tampil ke depan corong. Ia membacakan pernyataan. Isinya: ucapan terima kasih artis dan seniman se-DKI Jakarta kepada Gubernur Soeprapto, "Yang banyak membantu kegiatan kami." Kemudian, giliran Eddy Silitonga membacakan pernyataan. "Kami, artis dan seniman se-Jakarta, menyampaikan terima kasih kepada Pak Harto dan keluarga atas kesediaannya dicalonkan kembali sebagai presiden untuk periode 1988-1993. Semoga kepada Pak Harto diberikan sehat walafiat dan tetap mampu memimpin negara dan bangsa ini." Gubernur Soeprapto kemudian menyerahkan lima perangkat gambang kromong dan sound system kepada 10 sanggar seni dari lima wilayah DKI Jaya. Lalu, dengan suara serak, Gubernur, yang sore itu berbatik model safari, itu menyambut, "Pak Harto adalah pembina utama Golkar. Kalau Saudara-saudara mendukung Pak Harto, maka dalam pemilu nanti mesti memilih ...." Penonton diam. Sejumlah artis dan seniman yang ada di baris depan tampak ragu. "Beringin !" kata Pak Prapto, "Memilih ...." " ... Beringin," sambut para artis dan seniman, yang agaknya mulai mafhum. Bila penonton bingung, bisa dimengerti. Sebab, secara resmi, acara sore itu -- seperti yang diumumkan -- adalah "Apel Bakti Artis/Seniman se-DKI Jaya", yang diorganisasikan Dinas Kebudayaan DKI Jaya. Tujuannya: mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Soeprapto dan Presiden Soeharto yang telah banyak membantu mereka. Sejumlah artis tampaknya sadar akan arah perhelatan tersebut. S. Bagio, yang menggiring 150-an pelawak Jakarta, misalnya. "Sebagai artis yang tinggal di Jakarta, saya mau ikut dan mengerahkan anak buah," kata pelawak yang tampak bergairah dengan seragam kaus kuning bercap "Artis Lestari". Karena Golkar? "Tentu saja," jawabnya. Demikian juga Asmuni, sang pelawak dari Srimulat. "Jelas, itu," ujarnya sembari mengedipkan sebelah matanya. Tapi ada pula yang tak tahu-menahu. Kata Djoni Zulkarnaen, pimpinan sanggar Seni Sukma dari Pinang Ranti, Jakarta Timur, "Kami datang hanya karena memenuhi hati nurani, menunjukkan solidaritas sesama teman saja, yang ingin berterima kasih kepada Pak Prapto." Ida Leman, yang tenar setelah memerankan Mbak Pur dalam serial televisi Losmen, mengomentari, "Prinsipnya, saya tak bisa kalau dituntut untuk fanatik pada satu ...." Ia tak menyelesaikan kalimatnya. Acara dengan modal dengkul, kata Soeparmo, Kepala Dinas Kebudayaan DKI, ini semula memang hanya bermaksud berterima kasih. "Syukuran", istilah Sampan Hismanto, yang juga pimpinan HSMI (Himpunan Seniman Muda Indonesia). Gubernur Soeprapto sendiri menganggap yang dilakukannya bukan kampanye, tapi sekadar "pembinaan". Kata Gubernur, yang malam itu mendapat julukan "sersan" (serius tapi santai) dari para artis, "Itu 'kan menanggapi ungkapan perasaan mereka." Acara penutup: Gubernur Soeprapto dinaikkan ke atas singa-singaan dan Jawa Barat, dan diiringi artis yang tersisa mengelilingi pelataran Istora sambil mengacung-acungkan dua jarinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini