Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap difabel memiliki cara berinteraksi yang berbeda sesuai dengan ragam disabilitasnya. Koordinator Jakarta Barrier Free Tourism atau JBFT, Faisal Rusdi mengatakan setiap penyandang disabilitas memiliki etika berinteraksi karena menggunakan alat bantu yang menjadi bagian dari tubuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Wheelie 7, Operasikan Kursi Roda Lewat 10 Ekspresi Wajah
"Setiap individu, baik penyandang disabilitas atau bukan penyandang disabilitas, tidak mau bagian tubuhnya diperlakukan sembarangan," kata Faisal saat dihubungi, Selasa 19 Maret 2019. "Sebab itu, perlu etika berkomunikasi dan berinteraksi karena banyak orang yang belum tahu bagaimana cara memperlakukan alat bantu bagi penyandang disabilitas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi pengguna kursi roda, ada beberapa etika yang harus diperhatikan. Pertama tidak menopangkan tangan ke pegangan atau hand rail kursi roda saat posisi diam atau ketika kursi tidak berjalan. Siku atau tangan yang menopang di pegangan kursi roda dapat membahayakan pengguna kursi roda karena mengganggu keseimbangan.
Kedua, tidak menyandarkan kaki di salah satu bagian kursi roda. Apalagi sambil menggoyang-goyangkan kaki karena sangat mengganggu pengguna kursi roda. "Jika kaki yang bersandar di kursi roda itu bergerak, maka pengguna kursi roda juga akan merasakan tubuhnya terguncang dan itu membuat tidak nyaman," ucap Faisal.
Ketiga, saat berbicara dengan pengguna kursi roda sebaiknya dilakukan dari arah depan dan pandangan mata sejajar dengan pandangan mata pengguna kursi roda. Ketika bertegur sapa pun, sebaiknya tidak menepuk bagian belakang bahu pengguna kursi roda, melainkan langsung ke hadapan pengguna kursi roda.
Keempat, bagi relawan pendamping yang mendorong kursi roda, sebaiknya menjaga ritme dorongan dan tidak terburu-buru. Relawan pendorong kursi roda harus memperhatikan kondisi di depan kursi roda, termasuk medan yang tidak rata dan material yang menjadi penghalang.
Kelima, saat pengguna kursi roda dipanggil orang lain dari arah yang berbeda, sebaiknya relawan pendorong kursi roda mengarahkan kursi roda ke arah sumber suara atau ke arah orang yang memanggil. "Banyak relawan yang lupa. Mereka tetap mendorong kursi rodanya berjalan, sementara pengguna kursi roda dibiarkan berbicara atau bertegur sapa sambil berteriak dengan orang yang memanggil," ujar Faisal.
Keenam, tidak membopong kursi roda ke tempat yang harus diakses menggunakan tangga. Ada teknik khusus bagi relawan pendamping untuk membawa kursi roda melewati anak tangga. Salah satunya adalah dengan memposisikan kursi roda rebah ke belakang atau bertumpu pada tubuh relawan pendamping, kemudian mengangkat roda bagian depan kursi roda ketika menaiki anak tangga dan mensejajarkan roda kanan dan roda kiri ketika menaiki anak tangga.
"Ketika turun ataupun naik, posisi relawan pendamping selalu di belakang kursi roda, kecuali ketika meluncur di atas bidang miring atau ramp. Saat turun, relawan pendamping dapat berjalan searah kursi roda untuk menjaga agar pengguna kursi roda tidak jatuh ke depan," kata Faisal.
Bagi relawan pendamping yang tidak kuat mendorong kursi roda menaiki anak tangga, dapat dibantu relawan lain dengan cara yang sama. Relawan tambahan tetap berdiri di belakang kursi roda. Meski begitu, sebenarnya kursi roda tidak boleh dibopong ketika ada penggunanya.